Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Kastijah Naik Haji di Usia 82 Tahun, Hasil Nabung Rp25.000 dari Jualan Ponggol selama 5 Dekade

Keberangkatan haji Kastijah di tahun 2025 ini merupakan hasil jerih payah keringatnya selama berjualan ponggol.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATENG.COM/FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD
CALON JEMAAH HAJI - Kastijah saat akan melaksanakan vaksinasi polio dan meningitis di KBIH Mambaul Ulum Tegal, Jumat (18/4/2025). Pedagang nasi ponggol tersebut tahun ini berangkat haji setelah mendaftar sejak 2012. 

TRIBUNJATIM.COM - Lansia asal Kelurahan Debong Tengah RT 05 RW 01, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah, menjadi calon jemaah haji 2025 yang sudah berusia sepuh.

Kastijah yang usianya sudah 82 tahun masih tampak sehat dengan badannya yang kurus.

Penglihatan dan pendengaran masih awas serta tak ada riwayat diabetes atau jantung.

Baca juga: Cara Ibu-ibu Mendadak Kaya Dapat Rp150 Juta, Ternyata Bohong Ngaku Pengusaha, Kini Ditangkap

Sehari-harinya, Kastijah merupakan pedagang ponggol.

Ponggol adalah nasi bungkus khas Tegal yang identik dengan lauk sambal goreng tempe dan mie.

Dia sehari-hari berjualan di depan rumahnya selepas subuh sampai pukul 08.00 WIB.

Sedangkan suaminya yang bekerja sebagai tukang becak sudah meninggal dunia sejak 2004.

"Kulo dodolan ponggol awit larene alit-alit," kata Kastijah saat melakukan vaksinasi polio dan meningitis di KBIH Mambaul Ulum Tegal, Jumat (18/4/2025).

Kastijah menjadi pedagang ponggol sejak 55 tahun lalu, saat rumahnya masih menggunakan dinding kayu.

Dia memiliki sebanyak 11 anak, 20 cucu, dan 10 cicit.

Keberangkatan hajinya di tahun ini merupakan hasil jerih payah keringatnya selama berjualan nasi ponggol.

Dia juga melarang anaknya untuk membantu.

Setelah tanggung jawab kepada anak bungsunya selesai, Kastijah fokus menabung untuk berangkat haji.

"Kulo damelaken anak bontot, Ya Allah muga-muga kulo bisa daftar haji. Angen-angene kulo piambak," ungkapnya.

Kastijah (kanan) ditemani anaknya, Ridho, saat akan melaksanakan vaksinasi polio dan meningitis di KBIH Mambaul Ulum Tegal, Jumat (18/4/2025). Pedagang nasi ponggol tersebut tahun ini berangkat haji setelah mendaftar sejak 2012.
Kastijah (kanan) ditemani anaknya, Ridho, saat akan melaksanakan vaksinasi polio dan meningitis di KBIH Mambaul Ulum Tegal, Jumat (18/4/2025). Pedagang nasi ponggol tersebut tahun ini berangkat haji setelah mendaftar sejak 2012. (TRIBUNJATENG.COM/ FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD)

Kastijah bercerita, dia lalu mendaftar haji di tahun 2012.

Pembayaran pertama Rp40 juta untuk pesan kursi, beberapa bulan kemudian dia menyetorkan lagi Rp10 juta sebagai tabungan.

Dia sendiri melakukan pelunasan biaya haji di tahun ini.

Kastijah sendiri lupa uang tersebut hasil menabung berapa tahun, tetapi setiap habis berjualan dia selalu menyisihkan uang di dalam lemari.

Terkadang Rp100 ribu, Rp25 ribu, ataupun tidak sama sekali karena untuk beli beras.

"Umpul-umpul, kadang-kadang Rp100 ribu, kadang-kadang Rp25 ribu, kadang-kadang mboten kanggo tumbas uwos," jelasnya.

Baca juga: Sekdes Malu Terlanjur Dipuji Dedi Mulyadi Kinclong, Ujungnya Malah Kena Sindir Soal Kondisi Desa

Menurut Kastijah, keinginannya untuk menunaikan ibadah haji sudah sejak kecil, saat melihat embahnya yang haji.

Dia sampai bertanya, ibadah haji rasanya enak apa tidak.

Dari situlah dia berdoa ingin berangkat haji hingga baru tercapai bisa menabung setelah anaknya dewasa.

"Sing mbien, awit embahe kulo haji. Kulo donga, muga-muga nyong mbesuk dadi bocah pinter luruh duit, mben bisa naik haji," kenang Kastijah.

Anak bungsu Kastijah, Hasan (40) mengungkapkan, ibunya berjualan ponggol sejak anak pertamanya masih kecil.

Semula Kastijah adalah ibu rumah tangga, lalu berjualan ponggol untuk membantu penghasilan almarhum bapaknya yang tukang becak.

Ibunya biasanya bangun pagi jam 03.00 WIB, melaksanakan salat tahajud, lalu masak untuk persiapan berdagang.

Saat sudah waktu subuh, ibunya salat di musala, setelah itu langsung jualan di depan rumah.

"Kalau sekarang sudah dilanjutkan oleh anak dan mantunya yang perempuan. Tapi ibu masih suka bantu bikin kupat dan alu-alu," ujarnya.

Seporsi nasi ponggol ketan dan gorengan hangat di Jalan Kapten Ismail, Kota Tegal.
Seporsi nasi ponggol ketan dan gorengan hangat di Jalan Kapten Ismail, Kota Tegal. (TribunJateng.com/Fajar Bahruddin Achmad)

Hasan mengatakan, ibunya memiliki keinginan haji sudah sejak lama, tetapi terhalang karena anaknya masih kecil-kecil.

Sehingga ibunya baru bisa mendaftar di usianya yang sudah sepuh.

Uang yang dipakai mendaftar pun tabungannya, sebab anak-anaknya tidak boleh membantu.

Menurutnya, ibunya sosok orang yang dermawan dan suka membantu.

"Saya belajar, ibu orangnya dermawan. Suka ngasih hak eman-eman. Akhirnya nurun ke anak-anaknya," ungkapnya.

Anak Kastijah yang lain, Ridho mengatakan, ibunya memang pintar menabung meskipun disimpan di lemari.

Bahkan anak-anaknya sempat kaget saat ibunya ingin mendaftar haji di tahun 2012.

Tidak ada yang tahu kalau ibunya sudah memiliki tabungan sebanyak Rp40 juta.

"Berangkat haji sudah keinginan ibu. Anak-anaknya juga enggak tahu ibu sudah menabung," katanya.

Baca juga: Pantas Murid Diminta Nyicil Rp150.000 per Bulan, Ternyata Buat Study Tour Rp6 Juta, Kepsek Dipanggil

Di Jawa Timur, warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, bernama Istadi, menjadi calon jemaah haji (CJH) tertua dari Kabupaten Kediri tahun 2025.

Meski telah berusia 93 tahun, kakek yang akrab disapa Mbah Istadi ini tetap semangat mengikuti setiap rangkaian persiapan ibadah haji, termasuk bimbingan manasik yang dijalani dengan penuh kesungguhan.

Kondisi fisiknya pun masih cukup bugar.

Ia bisa berjalan dengan baik, meskipun pendengarannya mulai menurun seiring usia. 

"Yang penting masih bisa ikut bimbingan dan persiapan berangkat," kata pria kelahiran tahun 1931 ini, Jumat (25/4/2025).

Mbah Istadi menceritakan, ia bersama sang istri pertama kali mendaftar haji pada tahun 2019.

Namun, keterbatasan biaya sempat membuat impiannya tertunda. 

"Biayanya besar, dan antrenya juga lama. Tapi saya tetap berusaha," ujarnya.

BINGKISAN - Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa memberikan apresiasi dan bingkisan secara simbolis kepada Mbah Istadi pada pelepasan calon jemaah haji (CJH) di Auditorium Simpang Lima Gumul Kediri, Kamis (24/4/2025). Istadi merupakan CJH tertua dari Kabupaten Kediri tahun 2025.
 Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa, memberikan apresiasi dan bingkisan secara simbolis kepada Mbah Istadi pada pelepasan calon jemaah haji (CJH) di Auditorium Simpang Lima Gumul Kediri, Kamis (24/4/2025). Istadi merupakan CJH tertua dari Kabupaten Kediri tahun 2025. (Tribun Jatim Network/Isya Anshori)

Keinginannya yang kuat untuk menunaikan rukun Islam kelima itu pun akhirnya mendapat jalan.

Pada tahun 2023 lalu, sepetak tanah warisan seluas 15 ru miliknya yang berada di samping rumah dibeli seseorang untuk didirikan tempat kursus bahasa.

Tanpa ragu, tanah tersebut dijual untuk melunasi biaya keberangkatan haji dirinya dan sang istri.

"Namanya juga sudah kepingin sekali. Saya dan istri akhirnya sepakat menjual tanah itu."

"Alhamdulillah, cukup untuk dua orang," kenangnya.

Meski harus merelakan warisan keluarga, Istadi mengaku tak menyesal.

Ia justru bersyukur diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji di usia senja. 

"Kalau sudah punya niat kuat, insyaallah ada jalannya. Semoga diberi kelancaran dan bisa pulang selamat ke Kediri," kata Istiadi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved