Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terpopuler

JATIM TERPOPULER: Warga Tolak Rencana 2 Apartemen di A Yani Malang - Limbah Gudang Buat Warga Mual

Berita Jatim terpopuler hari ini menyoroti peristiwa di Malang, Sidoarjo, dan Bojonegoro.

Editor: Olga Mardianita
TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan/Misbahul Munir
BERITA JATIM TERPOPULER: Warga Jalan Candi Kalasan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tergabung dalam Warga Peduli Lingkungan (WARPEL), membacakan deklarasi menolak adanya pembangunan mega proyek apartemen dan hotel di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Minggu (27/4/2025). Diketahui, warga khawatir adanya pembangunan tersebut dapat berdampak terjadinya kerusakan lingkungan - Aksi protes warga terhadap aktivitas gudang limbah yang berlokasi berada di Jalan Bojonegoro–Cepu, tepat di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Mojosari, pada sabtu (26/4/2025) malam. Bau menyengat yang berasal dari gudang tersebut membuat warga sekitar merasa pusing hingga mual, bahkan mengganggu kenyamanan mereka dalam beraktivitas. 

TRIBUNJATIM.COM - Berikut tersaji berita Jatim terpopuler hari ini, Senin (28/4/2025).

Segmen berita terpopuler kali ini menyoroti peristiwa di Malang, Sidoarjo, dan Bojonegoro.

Pertama, rencana pembangunan hotel dan dua apartemen di Jalan A Yani Malang ditolak warga.

Mereka bahkan kaget saat tahu Pemkot Malang menerbitkan perizinan AMDAL.

Kedua, Pemkab Sidoarjo melakukan normalisasi sungai demi menghindari banjir.

Bangunan liar di pinggir sungai pun menjadi sasaran penertiban.

Ketiga, limbah gudang di Bojonegoro mengeluarkan bau menyengat.

Warga sekitar lantas protes karena membuat mual dan pusing.

Lebih lanjut, simak berita Jatim terpopuler hari ini di bawah ini.

1. Warga Tolak Rencana Pembangunan Hotel dan Dua Apartemen di Jalan Ahmad Yani Malang, Alasan Terkuak

Pembangunan mega proyek dua apartemen dan satu hotel di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, mendapat penolakan warga.

Sebagai informasi, lokasi pembangunan apartemen dan hotel itu berada di samping Plasa Telkom Blimbing Malang. Dan juga hanya berjarak beberapa meter dari Masjid Sabilillah.

Mereka yang memprotes dan menolak itu adalah warga di Jalan Candi Kalasan, yang tempat tinggalnya berada tepat bersebelahan dengan lahan lokasi proyek tersebut.

Mereka membentuk gerakan yang dinamakan Warga Peduli Lingkungan (WARPEL).

Melalui deklarasi yang dibacakan pada Minggu (27/4/2025), WARPEL menolak secara tegas rencana pembangunan mega proyek tersebut.

Terdapat empat poin terkait penolakan pembangunan itu. Yang pertama, menolak segala bentuk gangguan perpecahan pada silaturahmi warga.

Baca juga: Rencana Pembangunan Flyover Gedangan di Sidoarjo, Kini Masih Pembebasan Lahan, Digarap Tahun depan?

MENOLAK - Warga Jalan Candi Kalasan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tergabung dalam Warga Peduli Lingkungan (WARPEL), membacakan deklarasi menolak adanya pembangunan mega proyek apartemen dan hotel di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Minggu (27/4/2025). Diketahui, warga khawatir adanya pembangunan tersebut dapat berdampak terjadinya kerusakan lingkungan.
MENOLAK - Warga Jalan Candi Kalasan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tergabung dalam Warga Peduli Lingkungan (WARPEL), membacakan deklarasi menolak adanya pembangunan mega proyek apartemen dan hotel di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Minggu (27/4/2025). Diketahui, warga khawatir adanya pembangunan tersebut dapat berdampak terjadinya kerusakan lingkungan. (TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan)

Lalu poin kedua, menolak dengan tegas rencana pembangunan yang akan merusak ruang hidup secara keseluruhan.

Ketiga, menolak rencana pembangunan dua apartemen dan satu hotel seberapapun tingginya tanpa memperhatikan hak-hak warga terdampak yang dijamin oleh undang-undang dan hukum yang berlaku.

Lalu poin terakhir, menolak terbitnya perizinan AMDAL oleh Pemkot Malang sebagai perwujudan kepedulian dan keberpihakan kepada warga terdampak.

"Jadi, pengembang yang akan membangun mega proyek di Kota Malang ini, ternyata memiliki sejarah telah membangun apartemen di Surabaya yang sampai hari ini ada permasalahan pada warga terdampak. Yaitu, rumah warga retak dan tanahnya ambles 4 centimeter, tetapi hingga saat ini tidak jelas pertanggungjawabannya," ungkap Koordinator WARPEL, Centya WM kepada TribunJatim.com, Minggu (27/4/2025).

"Oleh karena itu, kami khawatir dampaknya (dampak negatif terhadap lingkungan) seperti itu juga dialami kami," tambahnya.

Baca selengkapnya

2. Normalisasi Sungai di Sidoarjo Antisipasi Banjir Berlanjut, Bangunan Liar Jadi Sasaran Penertiban

Antisipasi banjir, Pemkab Sidoarjo terus melakukan normalisasi sungai.

Terutama sungai-sungai yang berada di kawasan Kecamatan Waru. 

Dalam program ini, keberadaan bangunan liar di sepanjang sungai kerap menjadi kendala.

Karena itu, dalam program ini, penertiban bangunan liar menjadi perhatian serius pemerintah.

"Bangunan liar menjadi atensi Pemkab Sidoarjo untuk ditertibkan. Supaya normalisasi sungai berjalan lancar," kata Kepala Dinas PUBMSDA Sidoarjo, Dwi Eko Saptono, Minggu (27/4/2025).

Menurutnya, selama dua bulan terakhir, sudah ada lima titik bangunan liar yang sedang dalam proses penertiban.

Semua dilakukan sesuai prosedur. Mulai dari peringatan sampai eksekusi penertiban. 

Baca juga: Proyek Normalisasi Sungai di Sidoarjo Kerap Terkendala Bangunan Liar, ini Langkah Pemkab dan BBWS 

Pemkab Sidoarjo melakukan normalisasi sungai, untuk mengantisipasi banjir di musim penghujan, Sabtu (20/1/2024).
Pemkab Sidoarjo melakukan normalisasi sungai, untuk mengantisipasi banjir di musim penghujan, Sabtu (20/1/2024). (Istimewa/TribunJatim.com)

Lima titik bangunan liar tersebut, salah satunya di Pepelegi yang sedang berlanjut.

Di sana, setelah dilakukan penertiban terhadap bangunan-bangunan pedagang kaki lima (PKL), dilanjutkan proses normalisasi sungai. 

Sudah lebih dari 90 truk hasil pengerukan sungai di sana.

Banyak sekali pendangkalan.

Selain sungai di Pepelegi, beberapa sungai lain bakal dikeruk.

“Selanjutnya sungai-sungai yang ada di Gedangan dan Gemurung. Ini on progres semua SOP-nya. Setelah itu lanjut ke Buduran dan juga daerah Sedati," ungkapnya.  

Baca selengkapnya

3. Warga Mojosari Bojonegoro Protes, Limbah Gudang Bau Menyengat hingga Sebabkan Pusing dan Mual

Aktivitas sebuah gudang penampungan limbah oli bekas di Desa Mojosari, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, menuai protes keras dari warga.

Bau menyengat yang berasal dari gudang tersebut membuat warga sekitar merasa pusing hingga mual, bahkan mengganggu kenyamanan mereka dalam beraktivitas.

Warga yang sudah geram mendatangi lokasi berada di Jalan Bojonegoro–Cepu, tepat di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Mojosari, pada sabtu (26/4/2025) malam.

Warga menuntut agar aktivitas gudang tersebut segera dihentikan, sebab keberadaannya selama ini menjadi sumber keluhan, terutama karena aroma menyengat yang kerap kali menyeruak ke lingkungan sekitar.

Kepala Desa Mojosari, Teguh Rahayu, mengatakan bahwa keluhan warga mulai memuncak pada Jumat (25/4/2025). Setelah menerima laporan, pihaknya langsung menegur pengelola gudang dan meminta agar limbah segera dibersihkan.

Baca juga: Sumur Warga Plosolor Kediri Berubah Warna Diduga Tercemar Limbah, DLH Siap Tindak Lanjuti Laporan

GUDANG LIMBAH - Aksi protes warga terhadap aktivitas gudang limbah yang berlokasi berada di Jalan Bojonegoro–Cepu, tepat di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Mojosari, pada sabtu (26/4/2025) malam. Bau menyengat yang berasal dari gudang tersebut membuat warga sekitar merasa pusing hingga mual, bahkan mengganggu kenyamanan mereka dalam beraktivitas.
GUDANG LIMBAH - Aksi protes warga terhadap aktivitas gudang limbah yang berlokasi berada di Jalan Bojonegoro–Cepu, tepat di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Mojosari, pada sabtu (26/4/2025) malam. Bau menyengat yang berasal dari gudang tersebut membuat warga sekitar merasa pusing hingga mual, bahkan mengganggu kenyamanan mereka dalam beraktivitas. (TribunJatim.com/Misbahul Munir)

“Ada laporan dari warga, kemudian saya tegur (pengelolanya) setelah salat Jumat kemarin,” jelas Teguh, Minggu (27/4/2025).

Menindaklanjuti teguran tersebut, pada Sabtu (26/4/2025) sore, pengelola berusaha memindahkan limbah menggunakan truk tangki.

Namun upaya itu gagal. Truk yang membawa limbah oli bekas mengalami kebocoran dalam perjalanan, sehingga harus kembali lagi ke gudang. Akibatnya, bau menyengat kembali menyeruak dan memicu amarah warga.

Geram dengan kondisi yang tak kunjung membaik, warga Mojosari akhirnya menggeruduk gudang pada Sabtu malam. Mereka mendesak agar aktivitas di lokasi tersebut dihentikan total. 

Baca selengkapnya

----- 

Berita Jatim dan berita viral lainnya.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved