Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tak Diupah, Penjaga Laut Darmansyah Dulunya Pemburu Telur Penyu, Tobat Usai Lihat Proses Penetasan

Darmansyah kini menjadi penjaga laut dan aktivis ramah lingkungan di sekitar Pulau Mapur, Darmansyah ternyata ikhlas tak pernah mendapat upah.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/Intan Afrida Rafni
SOSOK PEMBURU TOBAT - Darmansyah saat menceritakan perjalannya sebagai Pokmaswas perisai Mapur, Bintan, Kepulauan Riau. Darmansyah rupanya sebelum menjadi seorang penjaga laut dulunya merupakan pemburu penyu di pantai. 

TRIBUNJATIM.COM - Pengalaman tak terlupakan dijalani oleh Darmansyah, seorang penjaga laut di Pulau Mapur, Bintan.

Darmansyah ternyata memiliki perjalanan hidup dalam pertobatan setelah bertahun-tahun menjadi seorang pemburu.

Sebelum jadi penjaga laut Mapur, Darmansyah adalah pemburu telur penyu.

Padahal, telur penyu tidak boleh diburu dan harus dibiarkan menetas agar spesies penyu tidaklah punah dan terus lestari di dalam liar.

Tetapi, Darmansyah mendapat hidayah dari Tuhan setelah melihat dengan matanya sendiri sebuah perjuangan hidup dari bayi-bayi penyu.

Di balik tenangnya perairan Pulau Mapur, Bintan, Kepulauan Riau, ada sosok Darmansyah (55), pria paruh baya yang memilih jalan sunyi sebagai penjaga laut.

Darmansyah bukan penjaga berseragam resmi, bukan pula aparat bersenjata.

Ia adalah warga sipil yang dengan sepenuh hati menjalankan tugas sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Perisai Mapur, sebuah kelompok yang mengawasi kawasan konservasi laut di Pulau Mapur.

Perkenalan Darmanayah dengan dunia konservasi laut bukan datang dari ruang kelas atau laboratorium, melainkan dari pengalaman pahit dan perenungan batin.

Ia pernah menjadi pemburu telur penyu.

Baca juga: 40 Tahun Jalan Kaki Jual Kacang Rp 2 Ribu, Suroso Sekolahkan Anak hingga Jadi Guru, Rumah Direnovasi

Suatu hari, Darmansyah mendapati telur-telur yang digalinya sendiri ternyata masih bisa menetas.

"Awalnya saya itu pemburu telur (penyu) untuk dijual. Jadi saya ambil, jumpa yang sudah naik lama, dia sudah berdarah. Saya tutup kembali. Sekitar berapa mingguan saya pergi," kenang Darmansyah saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (6/5/2025), seperti dilansir TribunJatim.com, Kamis (8/5/2025).

"Waktu saya mau gali, dia keluar. Oh, berarti barang ini bisa ditanam telurnya, dia bisa jadi anak," katanya.

Sejak itu, jalan Darmansyah berubah.

SOSOK PEMBURU TOBAT - Darmansyah saat menceritakan perjalannya sebagai Pokmaswas perisai Mapur, Bintan, Kepulauan Riau.
Darmansyah saat menceritakan perjalannya sebagai Pokmaswas perisai Mapur, Bintan, Kepulauan Riau.
SOSOK PEMBURU TOBAT - Darmansyah saat menceritakan perjalannya sebagai Pokmaswas perisai Mapur, Bintan, Kepulauan Riau. Darmansyah saat menceritakan perjalannya sebagai Pokmaswas perisai Mapur, Bintan, Kepulauan Riau. (Intan Afrida Rafni)

Ia bergabung dalam program Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap), proyek pengelolaan sumber daya pesisir yang didanai Bank Dunia pada awal 2000-an. Dari sinilah benih Pokmaswas tumbuh.

"Sebenarnya pembentukan Pokmaswas ini awalnya dulu semenjak adanya program Coremap. Terus program itu selesai, pada bubar semua tapi ke sini dibentuklah kawasan konservasi," kata Darmansyah.

Meski program Coremap telah lama selesai, semangat Darmansyah dan kawan-kawannya tidak padam.

Mereka tetap berpatroli, menjaga laut dan terumbu karang secara mandiri.

Pada 2022, setelah kawasan konservasi Taman Wisata Perairan (TWP) Laut Pulau Bintan ditetapkan oleh pemerintah, Pokmaswas Perisai Mapur dibentuk secara resmi.

Baca juga: Sosok Selebgram Mualaf setelah Dihujat Pelakor, Kini Tobat, Belajar dari Masa Lalu: Aku Salah Banyak

Tiga tahun berjalan, Pokmaswas Perisai Mapur memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), perangkat GPS, kamera, hingga teropong. Namun, Pokmaswas belum mempunyai kapal patroli khusus. 

"Dari situ kami sebagai masyarakat pengawasan yang dari Coremap, kami masih tetap mengawasi di daerah kami. Jadi dengan adanya kawasan konservasi dibentuk lagi ulang anggotanya yang disebut Pokmaswas," jelas Darmansyah. 

Sebagai ketua, Darmansyah mengoordinasikan 10 anggota aktif.

Sebagian besar anggota Pokmaswas adalah nelayan yang merangkap sebagai pengawas.

Setiap Jumat, mereka patroli laut selama kurang lebih empat jam, berkeliling delapan zona inti konservasi yang ada di sekitar Pulau Mapur.

Baca juga: Diberi Saran Tobat Oleh Hotman Paris, Razman Nasution: Sampai di Liang Lahat, Saya Lawan Kau!

Namun, tidak ada honor tetap untuk tugas mulia ini. Operasional Pokmaswas berjalan berkat urunan pribadi dan bantuan terbatas dari mitra seperti Konservasi Indonesia (KI).

“Kita jalan pakai kapal pribadi, beli bensin sendiri. Kadang sambil melaut, sambil patroli,” ujar dia.

Darmansyah mengakui, minimnya dukungan membuat pengawasan tidak maksimal.

"Pengawasannya kan rutin, tapi kalau kawasan dibentuk operasionalnya tidak ada untuk pengawasan, gimana mau tahu dia punya perkembangannya, kan gitu," keluh dia.

Ilustrasi penyu - Karapas Penyu yang ditemukan di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang.
Ilustrasi penyu - Karapas Penyu yang ditemukan di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. (TRIBUNJATIM.COM/IST)

Pengawasan bukan perkara mudah.

Pernah suatu ketika, Darmansyah dan tim menemukan nelayan dari desa tetangga yang menangkap ikan di zona inti.

Melihat itu, mereka tidak langsung marah atau mengusir, melainkan melakukan pendekatan sosial.

"Kami larang, setelahnya kasih sosialisasi bahwa di daerah sini tidak boleh melakukan aktivitas sama sekali karena ini kawasan zona inti. Kalau ketahuan bisa dikenakan sanksi. Cuma karena orang nelayan ini kemungkinan kan kebanyakan nelayan kan tidak tahu," kata dia.

Selain penangkapan ilegal, tantangan lain datang dari tumpahan minyak setiap musim angin utara datang. Pantai yang dulu putih bersih kini mulai menghitam.

“Kalau ada minyak, kami dokumentasikan dan lapor ke DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan). Tapi tindak lanjutnya kami enggak tahu. Kami kan cuma bisa lapor,” kata Darmansyah yang mengaku terkendala jaringan internet dan pemahaman aplikasi pelaporan resmi.

Baca juga: Cerita Luna Maya soal Busana Pengantin, Ingin Sederhana Tanpa Payet, Istri Maxime: No Bling-bling

Ketika ditanya mengapa bertahan dalam pekerjaan tanpa bayaran ini, Darmansyah menjawab dengan ringan namun dalam,

“Sudah dari hati. Dari hati saja pengin bergerak".

Dalam keterbatasan, Darmansyah merasa terpanggil menjaga laut yang telah memberinya kehidupan. Dari sekadar pemburu telur penyu, ia kini memiliki berbagai sertifikasi konservasi, termasuk selam rescue hingga input data terumbu karang.

“Kalau ada pelatihan atau proyek dari DKP, saya sering ikut,” ucap dia.

Darmansyah pun berharap pemerintah memberi perhatian lebih, khususnya untuk mendukung operasional Pokmaswas.

Bagi dia, menjaga laut bukan sekadar tugas teknis, tetapi amanah moral bagi generasi mendatang.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved