Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Siswa SMP Dianiaya usai Potong Rambut Teman yang Tak Kena Razia, Wali Murid: Pelaku Ngaku Dikeroyok

 Seorang siswa SMP dianiaya teman sekolahnya hingga sang orangtua menempuh jalur hukum.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Dok ayah korban
SISWA SMP DIANIAYA - Tangkapan layar video siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menjadi korban penganiayaan oleh teman sekolahnya. Semua berawal dari razia potong rambut. 

"Sudah saya laporkan dan saya sudah dimintai keterangan," tuturnya.

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Ronny Sofiandri, mengatakan pihaknya baru mengetahui adanya kejadian tersebut.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan berupaya meningkatkan koordinasi dengan sekolah tersebut.

"Kami berupaya meningkatkan kerja sama dengan sekolah dan guru agar meningkatkan pengawasan dan pembinaan serta menguatkan peran BK dan wali kelas untuk mencegah tindak kekerasan," ungkapnya.

Selanjutnya, Disdik Bangkalan akan melihat proses hukum yang masih berjalan di kepolisian.

"Kami akan lihat proses hukumnya seperti apa. Nanti kami akan koordinasi dengan pihak terkait, terutama pihak Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Selain itu, perlu juga dilakukan pembinaan dan mendidik siswa yang terlibat untuk tidak mengulangi perbuatan itu," pungkasnya.

Baca juga: Anak Kades Murka Pukuli Warga yang Kritik Ayahnya, Murka Orangtua Kena Bully: Lu Ngomen-ngomen

Sementara itu, sebuah video perkelahian antar pelajar lainnya juga viral di media sosial.

Peristiwa itu terjadi di lingkungan SD 027, yang saat ini menjadi lokasi sementara kegiatan belajar mengajar SMP Negeri 16 Samarinda, Kalimantan Timur.

Perkelahian tersebut melibatkan 5 siswa yang merupakan rekan sekelas.

Aksi itu dipicu oleh kesalahpahaman dalam obrolan grup WhatsApp pelajar tersebut, yang sudah dimulai sejak malam sebelumnya.

Keduanya sempat terlibat saling olok-olok, yang kemudian memuncak menjadi kekerasan fisik pada Selasa (20/5/2025) sore, usai jam pulang sekolah.

“Bukan bullying, ini cuma kesalahpahaman antar anak-anak. Awalnya saling olok-olok, lalu salah satu menonjok, dibalas, akhirnya berkelahi. Itu kejadian sore hari, setelah guru-guru pulang,” ujar Nurul Aini selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan saat dihubungi melalui telepon, Rabu (21/5/2025).

Diketahui, penyebab utama cekcok tersebut adalah persoalan iuran sebesar Rp 5.000 yang diminta dua siswa untuk keperluan latihan tari dalam rangka kegiatan sekolah P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Kelas tersebut memilih untuk digelar di studio, bukan di sekolah seperti yang disarankan oleh para guru.

Namun, dua siswa yang menolak membayar iuran tersebut, yang diketahui merupakan saudara kembar, menjadi bahan ejekan oleh teman sekelas mereka.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved