Berita Viral
Akhirnya Siswi yang Minum Pembersih Lantai Bisa Lanjut SMA, Dedi Mulyadi Tebus Ijazahnya Rp 2 Juta
Akhirnya, siswi yang nekat minum pembersih lantai ditolong Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Akhirnya, siswi yang nekat minum pembersih lantai ditolong Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Siswi berprestasi itu diketahui berinisial MMH.
MMH sempat berniat ingin mengakhiri hidup karena takut tak bisa lanjut SMA.
Padahal selama ini, ia menjadi penjaga warung buah.
Namun uang yang dihasilkannya tak cukup.
Kini, Dedi Mulyadi mempersilakan MMH bersama orangtuanya untuk mendaftar ke SMAN 1 Kota Cirebon melalui jalur mutasi.
Kabar baik ini Dedi Mulyadi ungkapkan dalam unggahan di akun Instagram-nya pada Selasa (10/6/2025) pagi.
Dedi menyebut, siswi tersebut akan menjalani proses pemulihan, sambil orangtua melakukan proses pendaftaran di SMAN 1 Kota Cirebon.
"Dia hari ini sudah mendaftar di SMAN 1 Cirebon, mungkin siang ini, karena pembukaan pagi ini. Jalurnya, jalur mutasi, karena sebelumnya sudah sekolah di SMAN Tengah Tani Cirebon," kata Dedi dalam unggahannya, Selasa (10/6/2025) pagi, melansir dari Kompas.com.
Baca juga: Tiap Hari Jaga Warung Buah, Siswi Berprestasi Minum Pembersih Lantai karena Bingung Biaya Sekolah
Setelah menerjunkan tim ke lokasi, Dedi menemukan beberapa fakta bahwa ijazah SMP MMH masih berada di Madrasah Tsanawiyah tempat dia belajar tingkat SMP di Kota Cirebon.
Dedi akhirnya melunasi uang Rp 2.000.000 untuk mendapatkan ijazah siswi tersebut.
Melalui timnya, Dedi juga sudah melunasi pembayaran rumah sakit selama MMH dirawat usai mencoba bunuh diri dengan cara minum cairan pembersih.
Tak hanya itu, Dedi juga sudah memberi uang kepada MMH dan orangtuanya untuk membantu proses pendaftaran.
Dedi kemudian membahas kembali terkait larangannya mengadakan studi tur, perpisahan, outing class, atau kelas luar, dan lainnya yang mengeluarkan banyak uang.
Dia juga menyinggung soal wisuda yang juga menghabiskan biaya tidak sedikit.
"Nah ini, dilakukan adalah bagian dari komitmen, makanya saya melarang untuk studi tur, perpisahan, kemudian outing class dan sejenisnya, coba bayangin jangankan untuk studi tur, wisuda, perpisahan, outing class bayar, baju seragam saja tidak bisa, akhirnya seperti ini," ungkap Dedi.
Baca juga: Ibu Kena Tragedi, Siswi SMP Terpaksa Gendong Adik Masih Bayi ke Sekolah, Guru Iba: Sedih Rasanya
Dedi menegaskan tindakan Gubernur Jawa Barat semata-mata agar anak-anak pelajar di Provinsi Jawa Barat melaksanakan pendidikan tuntas hingga lulus SMA.
Ahmad Faozan, rekan orangtua MMH yang juga kuasa hukum yang pertama kali mengangkat ini ke permukaan, mengucapkan terima kasih banyak kepada Dedi Mulyadi.
Dedi menjalankan amanah undang-undang senyatanya bahwa pemerintah ada untuk membantu sekolah generasi bangsa Indonesia.
Dedi juga, kata Faozan, membantu melunasi seluruh tanggungan biaya hidup yang saat ini belum terselesaikan.
Ini menjadi penyemangat hidup MMH yang merupakan anak berprestasi.
Bila ada kesempatan, MMH pun berucap ingin terus melanjutkan pendidikan hingga lulus sebagai ahli hukum masa mendatang.
"Kami ucapkan banyak terima kasih, bantuan Kang Dedi sangat cepat, alhamdulillah, korban juga bangkit lagi untuk kejar cita-citanya. Dia berprestasi dan cita-cita, dia ingin jadi profesor ilmu hukum," kata Faozan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/6/2025) pagi.
Sebelumnya diberitakan, MMH menenggak cairan pembersih lantai pada Jumat (6/6/2025) malam.
"Jalan pintas" dilakukan MMH karena merasa depresi.
Kabar mengejutkan ini didengar Faozan pada hari Sabtu (7/6/2025), saat bapak korban menghubunginya sambil meminta pertolongan bantuan hukum.
Faozan yang merasa iba langsung menemui bapak korban yang saat itu sudah berada di rumah sakit.
"Saya kaget, dia (bapak korban) menelepon saya, bilang anak minum racun. Saya langsung ke rumah sakit," kata Faozan, Ketua LBH Bapeksi Kota Cirebon, saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/6/2025) siang.
Korban ditangani di UGD dan sempat dibawa ke ruang ICU untuk memberikan penanganan intensif.
Setelah beberapa jam, Faozan menyebut, korban sadar dan mulai menjalani penanganan di ruang rawat.
Baca juga: Tak Hanya Belajar Teori, Ratusan Siswa-siswi MA Unggulan Darul Ulum Jombang Praktik Manasik Haji
Faozan menjelaskan bahwa aksi minum cairan pembersih lantai ini dilakukan MMH di warung buah tempatnya bekerja sekitar pukul 23.30 WIB pada Jumat malam.
Setelah menenggak cairan berbahaya tersebut, MMH langsung menghubungi temannya karena tidak mampu menahan sakit.
Teman korban yang panik segera meminta bantuan warga untuk membawa MMH ke rumah sakit.
Korban langsung ditangani di UGD dan sempat dirawat di ruang ICU untuk mendapatkan penanganan intensif.
Setelah beberapa jam, MMH mulai sadar dan dipindahkan ke ruang rawat.
Faozan menjelaskan bahwa tindakan tersebut diambil MMH karena depresi akibat masalah keuangan.
MMH merasa uang yang diperolehnya dari bekerja sebagai penjaga warung buah di Pasar Kalitanjung Kota Cirebon tidak cukup untuk membiayai pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Cirebon.
"Korban depresi karena kemiskinan, dia tidak bisa melanjutkan SMA-nya. Dia sudah berusaha menjadi pelayan dan penjaga toko buah, tetapi upahnya tidak mencukupi karena dia hanya mendapatkan Rp 20.000 per hari," jelas Faozan, yang juga Ketua Asosiasi Advokat Indonesia Cirebon Raya.
Baca juga: Alasan Dedi Mulyadi Agar Siswa Terhindar PR dari Sekolah, Singgung Pengalaman Masa Lalu
Pendaftaran SMA yang diinginkan MMH sudah dekat dan ia merasa cemas akan segera tutup.
Pikiran yang berlebihan membuatnya stres, sehingga ia mencari jalan pintas dengan menenggak cairan pembersih untuk mengakhiri hidupnya.
Faozan menilai kondisi ini sangat ironis dan memprihatinkan.
Pasalnya, MMH adalah anak berprestasi yang merupakan santri putri di salah satu Pondok Pesantren di Kota Cirebon.
Ia dikenal pandai berpidato dalam bahasa Inggris dan memiliki kemampuan akademis yang baik.
MMH lulus dari pondok pesantren dan sempat bersekolah di salah satu SMA di Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon pada tahun 2024.
Namun, aktivitas belajarnya terhenti karena keterbatasan biaya.
Faozan menambahkan bahwa bapak MMH tidak mampu membiayai pendidikan anaknya karena bekerja sebagai buruh.
Ibu korban juga sudah pisah beberapa waktu lalu.
MMH adalah anak semata wayang yang akhirnya memilih untuk bekerja sendiri sebagai penjaga warung buah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Faozan berharap pemerintah memberikan bantuan kepada MMH agar dapat melanjutkan pendidikan di SMA di Kota Cirebon.
Ia merasa sangat sedih melihat potensi dan prestasi korban yang seharusnya melanjutkan pendidikan, namun terputus karena masalah biaya.
Faozan berharap pemerintah dapat memberikan solusi yang tepat agar MMH dapat kembali bersekolah di Kota Cirebon.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
ingin mengakhiri hidup karena takut tak bisa lanju
minum pembersih lantai
Gubernur Jawa Barat
Dedi Mulyadi
Cirebon
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Sempat Pamer Menu Acara Makan Gratis, Kini Dedi Mulyadi Justru Ngaku Tak Tahu: Saya Melarang |
![]() |
---|
Pria Rekam Siksa Monyet karena Jok Motornya Dirusak, Nyali Menciut setelah Didatangi BBKSDA |
![]() |
---|
5 Bocah Yatim Piatu usai Orangtua Meninggal Kecelakaan, Anak Paling Bontot Masih Usia 2 Tahun |
![]() |
---|
Anggota DPRD Ngakunya Kuli Gabah saat Tertangkap Main Judi Pinggir Jalan, Lokasi Resahkan Warga |
![]() |
---|
Guru Zuhdi Tampar Siswa karena Kepalanya Kena Sandal, Sudah Ngajar 30 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.