Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kata dr. Reisa Broto Asmoro Pentingnya Ketahanan Sistem Pernapasan Pascapandemi

dr. Reisa Broto Asmoro dalam talkshow 'Patriot Merah Putih Mewujudkan Generasi Medis Penjaga Napas Bangsa' di UNTAG Surabaya

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Sulvi Sofiana
TALKSHOW - dr. Reisa Broto Asmoro dalam talkshow “Patriot Merah Putih Mewujudkan Generasi Medis Penjaga Napas Bangsa” dalam rangkaian kegiatan peluncuran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (9/7/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – dr. Reisa Broto Asmoro dalam talkshow “Patriot Merah Putih Mewujudkan Generasi Medis Penjaga Napas Bangsa” dalam rangkaian kegiatan peluncuran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (9/7/2025).

Sistem pernapasan merupakan salah satu beban tertinggi dalam layanan kesehatan Indonesia saat ini. 

Data menunjukkan penyakit tuberkulosis (TB) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus tertinggi kedua di dunia.

Bahkan di wilayah Surabaya dan Jawa Timur sendiri, penyakit pneumonia masih mendominasi, dengan tingkat fatalitas yang tinggi terutama pada balita.

Ia menekankan urgensi membangun ketahanan sistem pernapasan nasional pascapandemi COVID-19.

Baca juga: Mengenal Sosok KPA Tedjodiningrat, Suami Dokter Reisa Broto Asmoro, Pangeran dari Keraton Solo

“Masalah pernafasan ini membuat kita menghadapi tantangan ganda. Penyakit yang sudah lama ada seperti TB dan pneumonia belum selesai, lalu muncul penyakit infeksi baru seperti COVID-19. Lingkungan tropis yang padat dan tingkat higienitas masyarakat yang masih rendah mempercepat penyebarannya,” ujar dr. Reisa.

Ia juga mengingatkan bahwa polusi udara memperparah kondisi pernapasan masyarakat. 

Berdasarkan riset yang ia kumpulkan, kadar partikel polusi udara di Surabaya tercatat lima kali lipat lebih tinggi dari batas aman yang ditetapkan WHO.

Baca juga: Untag Surabaya Kini Punya Fakultas Kedokteran, Kampus Buka Kuota 50 Mahasiswa Baru

“Partikel halus seperti PM 2.5 dan bahkan yang lebih kecil, PM0.5, sangat mudah masuk ke sistem pernapasan dan menetap di tubuh. Ini yang membuat penyakit pernapasan makin sulit diatasi,” ungkapnya.

Selain itu, dr. Reisa turut menyoroti pentingnya peran institusi pendidikan kedokteran seperti di FK Untag Surabaya yang memiliki perhatian khusus pada bidang pulmonologi atau sistem pernapasan.

“Saya senang sekali karena FK Untag memilih fokus pada isu sistem pernapasan. Ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Apalagi dokter umum masih mendominasi 62 persen, dan proporsi dokter spesialis pernapasan masih sangat rendah,” tambahnya.

Baca juga: Untag Surabaya Beri Beasiswa Pendidikan untuk Finalis Lomba Sketsa dan Lukis

Ia juga menyoroti rasio dokter di Indonesia yang masih jauh dari standar WHO. 

“Saat ini rasio dokter Indonesia hanya sekitar 0,4 per 1.000 penduduk, sementara standar WHO adalah minimal 1:1.000. Penyebarannya pun belum merata, karena sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa,” jelas dr. Reisa.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved