Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pilu Nasib Guru saat Sekolahnya Sulit Dapat Murid, Gaji Terpaksa Ikut Dipangkas: Enggak Tega

Tantangan penerimaan murid baru tahun ajaran 2025/2026 membuat sekolah swasta di Jawa Barat sampai kesulitan memberikan gaji.

Editor: Torik Aqua
Warta Kota
DIPANGKAS - Ilustrasi bangku sekolah. Pilu nasib guru saat sekolahnya kesulitan dapat murid baru, gaji sampai ikut dipangkas. 

TRIBUNJATIM.COM - Kondisi sekolah swasta yang kesulitan mendapatkan murid baru, malah terimbas terhadap guru.

Tantangan penerimaan murid baru tahun ajaran 2025/2026 membuat sekolah swasta di Jawa Barat sampai kesulitan memberikan gaji.

Bahkan, staf dan guru terkena imbasnya.

Di antaranya adalah SMP Islam At-Thorahiyah di Karawang, Jawa Barat.

Baca juga: Kata Sekolah usai Diprotes Orangtua Siswa soal Sumbangan Sukarela Tapi Ternyata Nominal Ditentukan

Hingga akhir Juni 2025, baru ada 24 siswa yang mendaftar.

Demikian yang disampaikan Badrul Munir Al Hilmani, pengurus sekolah.

"Kami pun terus melakukan sosialisasi, promosi dan mengajak agar banyak orang tua yang bisa bergabung."

"Dan alhamdulillah hingga hari ini ada 60 murid yang mau bergabung," kata Badrul, dikutip dari TribunJabar.id.

Ia menuturkan, pihak sekolah bahkan harus mengurangi gaji guru dan pegawainya yang berjumlah 15 orang.

"Sebenarnya enggak tega, tetapi kondisi itu yang harus dilakukan.

Seperti guru menjadi Rp 35 ribu per jamnya yang sebelumnya Rp 40 ribu perjamnya," kata dia.

Ia menuturkan, selama ini, pihak sekolah selalu mentaati peraturan yang hanya menerima 32 murid salam satu rombongan belajar (rombel).

Namun, sekolah negeri tahun ini bisa menerima 45 murid.

Ia pun berharap pemerintah memberikan kesejahteraan kepada sekolah swasta.

"Kami berharap pemerintah bisa memberikan kesejahteraan pada sekolah swasta," kata dia.

Hal serupa juga terjadi di sekolah swasta di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Hingga seleksi penerimaan murid baru (SPMB) tahap dua, ada beberapa sekolah swasta di Purwakarta yang hanya mendapatkan tak lebih dari 10 murid baru.

Bahkan, ada satu sekolah yang hanya mendapatkan tujuh pendaftar baru.

"Dari 45 sekolah swasta, ada yang hanya mendapat 7, 12, 20, hingga 32 pendaftar,"

"Ini sangat memprihatinkan," ungkap Uyat Sudaryat, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Purwakarta saat dikonfirmasi Tribunjabar.id, Rabu (9/7/2025).

Kondisi ini membuat para pengelola sekolah swasta waspada.

"Kita tetap berusaha maksimal. Kami sudah menjalin komunikasi dengan para kepala SMK negeri agar bisa bersinergi, saling mendukung dalam mencerdaskan anak-anak bangsa," kata Uyat.

Ia pun berharap, siswa yang tidak lolos di sekolah negeri bisa diarahkan ke sekolah swasta supaya tak ada anak yang berhenti sekolah.

Selain itu, apabila diarahkan langsung ke sekolah swasta, pihak sekolah juga akan tetap hidup.

Terpisah, Ketua Yayasan Yasri, Agus Muharam menuturkan, tahun ini hanya ada tujuh hingga 13 murid yang mendaftar di dua sekolah milik yayasannya.

Bahkan, ia menceritakan bahwa dulu di salah satu sekolah bisa mengelola hingga 10 kelas.

Namun, saat ini sekolahnya hanya tinggal 36 siswa dari kelas 10 hingga kelas 12.

Kepada TribunJabar.id, ia mengaku bahwa kondisi seperti ini menyulitkan dalam menggaji guru dan staf.

"Dengan jumlah siswa yang sangat sedikit, kami kesulitan menggaji guru dan staf."

"Ini ancaman serius bagi keberlangsungan sekolah swasta," ucapnya.

Ia juga menyoroti kebijakan pemerintah yang memperbolehkan sekolah negeri untuk menerima siswa hingga 50 per kelas.

Kebijakan tersebut, ujar Agus dianggap tidak adil dan semakin menyingkirkan sekolah swasta.

"Jika tidak ada pembatasan rombel di sekolah negeri, maka sekolah swasta akan terus tersisih. Kami juga ikut mencerdaskan bangsa.

Pemerintah seharusnya memberi perhatian yang setara," ujarnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved