Berita Viral
Nestapa Guru Lulusan S1 Digaji Rp300 Ribu, Murid Baru Cuma 11 Orang, Kepsek: Hanya Bisa Berdoa
SMK di Cirebon kekurangan murid hingga gaji guru lulusan S1 hanya Rp300 ribu. Kepala sekolah merana melihat kondisi tersebut.
TRIBUNJATIM.COM - Kepala Sekolah SMK Veteran Cirebon merana gaji yang mengajar di sekolah yang ia pimpin hanya berkisar Rp300 ribu.
Padahal guru tersebut lulusan S1.
Belum lagi, sekolah kekurangan murid baru.
Tahun ini, SMK tersebut hanya ada 11 orang saja, jauh dari tahun sebelumnya yang masih 50 murid.
Kondisi ini membuat kepsek dan guru lainnya sedih sekaligus bingung.
Fakta ini diungkapkan langsung oleh Kepala SMK Veteran Cirebon, Wahyu Hidayat, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (11/7/2025).
Baca juga: Ditipu Istri Tentara, Pensiunan Guru Lesu Gajinya Tinggal Rp300.000, Utang Baru Lunas Tahun 2036
Sekolah yang berlokasi di Jalan Pemuda, Kota Cirebon, itu kini hanya memiliki 11 siswa baru.
“Sedih rasanya. Seorang guru lulusan S1 yang mengabdikan diri mendidik anak bangsa, tapi gajinya tidak sampai Rp 300 ribu. Apakah itu pantas?” ungkap Wahyu dengan suara bergetar, dikutip dari Tribun Jabar.
SMK Veteran saat ini memiliki 28 guru yang tetap bertahan di tengah kondisi serba terbatas.
Padahal di masa jayanya pada era 1990-an, sekolah ini dikenal sebagai salah satu SMK swasta favorit di Kota Cirebon dengan ribuan murid.
Namun kini, kondisinya jauh berbeda.
Jika tahun lalu masih ada sekitar 50 siswa yang mendaftar, tahun ini hanya tersisa 11.
“Kondisinya memang sangat-sangat prihatin banget. Kami hanya bisa banyak berdoa dan terus mencari siswa baru, meskipun kami bingung, apakah masih ada siswa yang bisa kami cari,” ujar Wahyu.
Situasi ini semakin berat setelah adanya kebijakan baru yang memperbolehkan sekolah negeri menerima hingga 50 siswa per kelas.

Menurut Wahyu, aturan ini mempersempit peluang sekolah swasta mendapatkan murid.
“Yang gelombang satu saja informasinya ditarik kembali ke negeri. Sekolah negeri bahkan yang biasanya menerima sekian siswa, sekarang malah nambah. Kami makin bingung,” katanya.
Penurunan jumlah siswa sebenarnya telah terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020.
Sejak saat itu, minat terhadap sekolah swasta seperti SMK Veteran terus merosot.
Tahun lalu masih ada sekitar 30 siswa yang diterima, dan kini tinggal sepertiganya.
Sejak menjabat sebagai kepala sekolah pada Januari 2025, Wahyu mengaku telah mencoba berbagai upaya agar SMK Veteran kembali dikenal masyarakat.
Namun, hasilnya belum signifikan.
“Tidak mudah menstabilkan kondisi ini. Saya sudah berusaha mengenalkan kembali SMK Veteran lewat berbagai kegiatan. Tapi ya itu, saingan makin banyak, dan aturan juga makin berat bagi sekolah kecil seperti kami,” tuturnya.
Krisis ini bukan hanya berdampak pada operasional sekolah, tetapi juga menyentuh langsung kehidupan para guru.
Dengan gaji di bawah Rp 300 ribu, mereka tetap bertahan demi keberlangsungan pendidikan.
Baca juga: Sekolah Kaget Wali Murid Protes Sumbangan Sukarela Rp3 Juta, Bantah Patok Jumlahnya, Kemenag: Lanjut
Wahyu berharap pemerintah memberikan perhatian yang lebih adil kepada sekolah swasta kecil yang juga memiliki kontribusi penting dalam pendidikan nasional.
“Kami tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Tapi yuk, duduk bareng, cari solusi. Kenapa siswa putus sekolah hanya ditarik ke negeri? Kenapa tidak dibagi ke swasta juga? Supaya adil. Kalau sekolah swasta tutup, guru-guru bisa kehilangan pekerjaan, dan itu akan berdampak ke keluarga mereka,” jelasnya.
Saat dikunjungi di lokasi, kondisi sekolah tampak tetap terawat.
Buku-buku di ruang guru dan kepala sekolah tertata rapi.
Beberapa siswa terlihat tengah melakukan rapat kegiatan di salah satu ruang.
Namun, di lantai atas, sejumlah ruang kelas terlihat kosong.
Bahkan, sebagian atap bangunan mulai berlubang akibat termakan usia.
“Dulu kita pernah jaya karena sekolah swasta belum banyak. Kita terkenal murah, disiplin dan dicari. Tapi sekarang kondisinya sangat berbeda,” ucap Wahyu menutup perbincangan.

Ruang kelas kosong
Belasan ruang kelas di SMK Veteran Cirebon, Jawa Barat, kini tak lagi terisi canda tawa siswa.
Sejak jumlah peserta didik baru terus merosot, setidaknya 13 ruang kelas dibiarkan kosong, penuh debu, bahkan sebagian atapnya telah bocor.
Meski halaman sekolah bersih dan sejumlah siswa tampak sibuk mempersiapkan kegiatan, kesunyian menyelimuti lantai dua gedung utama.
Di sana, belasan kelas tampak kosong.
Sebagian masih menyimpan kursi dan meja yang mulai lapuk, sebagian lainnya benar-benar kosong melompong.
Di beberapa sudut, meja dan kursi ditumpuk begitu saja.
Debu tebal menutupi hampir seluruh lantai putih.
Langit-langit ruangan pun tak luput dari kerusakan.
Beberapa di antaranya berlubang, menandakan minimnya perawatan.
“Total ada 25 kelas. Tapi sekarang yang dipakai cuma 12 kelas."
"Sisanya, 13 kelas, tidak terpakai sama sekali,” ujar Kepala SMK Veteran Cirebon, Wahyu Hidayat saat diwawancarai di lokasi, Jumat (11/7/2025).
Wahyu mengaku prihatin dengan kondisi sekolah yang ia pimpin.
Baca juga: Pekerjaan Sampingan Guru Saryono 33 Tahun Ngajar Dihonor Rp350 Ribu, Hidupi Anak Istri & Kakak Ipar
Ia menyayangkan kebijakan yang dianggap tidak melihat kenyataan di lapangan, khususnya bagi sekolah swasta yang kecil dan memiliki daya tampung terbatas.
“Kalau memang ada sekolah swasta yang benar-benar kondisinya prihatin, kenapa tidak dibantu? Kenapa tidak ditinjau ulang? Jangan sampai fasilitas seperti ruang kelas ini mubazir, rusak karena tidak terpakai,” ucapnya.
Ia menyebut, meskipun kelas-kelas kosong itu rutin dibersihkan, namun tetap saja kembali kotor karena terkena debu dan angin.
Minimnya dana operasional juga membuat pihak sekolah kesulitan merawat gedung.
Bahkan untuk membayar gaji guru pun, Wahyu mengaku, sekolah kerap kesulitan.
“Untuk gaji saja sudah sulit. Musala pun dulu kami bangun di belakang, tapi akhirnya dua kelas di depan kami ubah jadi musala, biar tidak kosong dan tetap bermanfaat,” jelas dia.
Kondisi ini diperparah dengan terus menurunnya jumlah siswa baru.
Tahun ajaran baru 2025/2026 ini, hanya 11 siswa yang mendaftar ke SMK Veteran Cirebon.
Padahal, sekolah ini berada di pusat kota dan memiliki fasilitas lengkap mulai dari perpustakaan hingga laboratorium.
“Dulu guru kami banyak. Tapi banyak yang pindah ke P3K, ada juga yang mundur karena penghasilan yang tak sepadan."
"Yang tersisa ini bertahan karena rasa ikhlas. Ada yang sudah puluhan tahun mengabdi di sini,” kata Wahyu, dengan nada getir.
Ia berharap pemerintah daerah maupun pusat bisa lebih bijak dalam mengambil kebijakan pendidikan, terutama terhadap sekolah swasta yang tak menjadikan pendidikan sebagai bisnis.
SMK Veteran Cirebon
gaji
guru
Wahyu Hidayat
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Halangi Mobil Ambulans, Pengemudi Innova Ditarik Sopir Suruh Lihat Kondisi Pasien, Kini Minta Maaf |
![]() |
---|
Sebut 4000 Siswa Sudah Keracunan MBG, Guntur Romli Minta Program Dievaluasi: Pemerintah Harus Serius |
![]() |
---|
Warga Kadung Percaya Kades untuk Balik Nama Sertifikat Tanah, Uang Rp96 Juta Lenyap Ditipu Eks PNS |
![]() |
---|
Viral Orang Malas Mandi Disebut Tanda Gangguan Jiwa, Benarkah? ini Penjelasan Psikolog |
![]() |
---|
Ditipu Hozizeh, Isqomariyah Malah Dipalak Polwan Rp17,5 Juta Agar Pencabutan Laporan Segera Diproses |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.