Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jadi Satu-satunya Murid SDN Baru, Shofi Langsung Diajar Kepala Sekolah, 1 Sekolah Cuma Isi 24 Siswa

Seorang anak bernama Shofi, menjadi satu-satunya murid baru di SD Negeri 1 Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNBANYUMAS/RIFQI GOZALI
HARI PERTAMA SEKOLAH - Guru sekaligus Kepala SD Negeri 1 Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Arif Wijayanto mengajar satu siswa baru di hari pertama dimulainya tahun ajaran baru 2025/2026, Senin (14/7/2025). Tahun ini, SDN 1 Wates hanya mendapat satu siswa baru. Sementara 1 sekolah ini hanya berisi 24 siswa. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang anak bernama Shofi, menjadi satu-satunya murid baru di SD Negeri 1 Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Ia berada di kelas 1 sendirian di hari pertama sekolah pada Senin (14/7/2025).

Tampak Shofi memakai seragam putih dan celana merah bersih, mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dia duduk di meja paling depan.

Shofi merupakan satu-satunya murid baru SDN 1 Wates di tahun ajaran 2025/2026.

Meski sendiri, Shofi tak terlihat takut.

Sesekali, dia bercengkrama dengan kakak kelas yang juga mengikuti kegiatan belajar mengajar, tak jauh dari tempatnya duduk.

"Anak ini, meski siswa satu-satunya, dia punya kakak kandung di sini yang saat ini kelas 5 SD," kata Kepala SDN 1 Wates, Arif Wijayanto, melansir dari TribunBanyumas.

Arif yang merupakan Kepala SDN 1 Wates, mengampu langsung kegiatan belajar mengajar di kelas 1.

Arif pun memastikan, proses belajar mengajar akan tetap berlangsung secara normal, berapapun murid yang mengikuti.

Baca juga: Wali Murid Ikut Berbaris dengan Anak di Hari Pertama Sekolah, Terbawa Suasana, Guru: Biarkan Mandiri

Bagaimanapun, dia memiliki tanggung jawab mencerdaskan siswa.

Di hari pertama kegiatan belajar mengajar, Shofi diakrabkan dengan kakak kelas di kelas 2. 

Untuk sementara, Arif menggabungkan kelas 1 dan kelas 2 agar Shofi tak merasa sendirian.

Setelah dirasa mampu, dia akan kembali memisah kegiatan belajar anak-anak didiknya itu.

"Biar mereka akrab dulu dan punya teman," kata Arif.

Arif mengakui, selama dua tahun terakhir ini, jumlah siswa baru SDN 1 Wates mengalami penurunan. 

Baca juga: Juan Anak Driver Ojol Pakai Sepatu Jebol di Hari Pertama Sekolah, Diberi Menteri Uang Rp1 Juta

Pada tahun sebelumnya, SD ini hanya mendapatkan dua siswa baru. Dan kini, hanya ada satu siswa baru.

"Mungkin, faktornya karena kami kurang sosialisasi ke masyarakat karena ini masih proses merger, jadi bingung juga," kata Arif.

Arif mengungkapkan, awalnya, ada tiga SD di Desa Wates, yaitu SDN 1 Wates, SDN 2 Wates, dan SDN 3 Wates.

Kemudian, SDN 2 Wates digabung atau di-merger dengan SDN 3 Wates.

Kini, muncul lagi wacana penggabungan SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates yang tersisa.

Apalagi, SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates masih dalam satu kompleks.

"Informasi merger yang kami terima, saat ini, masih proses," kata Arif.

Arif mengaku, terkait rencana penggabungan sekolah itu,  pihaknya sudah siap. 

Kalaupun memang rencana tersebut mundur atau batal, pihaknya akan menyiapkan langkah agar tetap bisa bersaing dengan sekolah lain.

Saat ini, SDN 1 Wates memiliki total 24 siswa, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. 

Kemudian, tujuh orang guru, terdiri dari empat guru kelas, satu guru agama, satu guru olahraga, kepala sekolah, dan satu penjaga sekolah.

"Bagaimanapun kondisinya, kami akan tetap mengajar dan proses belajar di sekolah tetap bisa berlangsung," kata Arif.

Baca juga: Hari Pertama Sekolah, Bupati Ikfina Takankan MPLS di Mojokerto Harus Menyenangkan Bagi Siswa

Sementara itu, momen serupa juga terlihat dalam pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SD Negeri 27 Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (14/7/2025).

Hanya satu siswa baru, Abrizam, yang mengikuti kegiatan tersebut.

Pantauan Kompas.com di lokasi, Abrizam duduk seorang diri di dalam kelas, ditemani wali kelasnya, Sri Handayani, yang tetap mendampingi penuh proses pengenalan sekolah.

“Abrizam berasal dari Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon. Tadi diantar bapaknya dan ditemani kakaknya yang juga sekolah di sini,” ujar Sri Handayani.

Meski hanya memiliki satu siswa, kegiatan MPLS tetap berlangsung seperti biasa.

Guru tetap memberikan pengenalan sekolah dan suasana belajar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

“Tetap kita prioritas ke anak, yang sementara baru satu siswa ini,” kata Sri Handayani.

Baca juga: Mengenal 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk MPLS 2025, Lengkap dengan Link Panduan Penerapannya

Ia menyebutkan, satu siswa tersebut masuk melalui jalur afirmasi, sementara pendaftar dari domisili zonasi dan mutasi nihil.

“Ya cukup memperhatikan, sementara ini baru satu murid dari jalur afirmasi. Domisili kosong, mutasi kosong,” lanjutnya.

Dengan kondisi tersebut, pihak sekolah belum dapat memastikan apakah proses belajar mengajar akan dilanjutkan secara mandiri atau digabung (grouping) dengan sekolah lain.

“Tadi sudah dicek. Selebihnya nanti kami ikut aturan dari dinas. Untuk ke depan kami belum bisa bicara apa pun,” ujarnya.

Menurut Sri Handayani, letak geografis sekolah menjadi salah satu penyebab minimnya pendaftar.

SDN 27 Kauman terletak di pusat kota Solo, tepatnya di Jalan Alun-Alun Lor Keraton, dikelilingi kawasan perkantoran, pasar, dan pusat ekonomi.

“Geografisnya kurang mendukung. Meskipun dekat dengan balai kota, tapi ironisnya ya seperti ini. Banyak perkantoran dan pasar, jadi kemungkinan penduduk tidak ada,” jelasnya.

Kondisi ini diperparah sejak diberlakukannya sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), yang membatasi siswa dari luar wilayah untuk mendaftar.

“Faktor zonasi diperparah dengan Covid. Dulu dari luar kota pun bisa masuk ke sini. Tapi setelah adanya zonasi, orangtua berpikir panjang,” pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved