Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tangis Orangtua 58 Siswa SD Belajar Beralas Tanah dan Beratap Pohon Sawit, Sekolah Disita Pemerintah

Tangis orang tua tak bisa terbendung melihat anak-anaknya belajar dengan kondisi sangat memprihatinkan sebab beralaskan tanah dan beratap daun.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/Dok. Warga
ORANG TUA NANGIS - Tangkapan layar video anak-anak baru masuk SD belajar di tanah beratapkan terpal di dalam kebun sawit di kawasan TNTN, Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (14/7/2025). Mereka menjadi korban terdampak konflik yang masih terjadi antara masyarakat dengan pemerintah perihal kepemilikan tanah. 

TRIBUNJATIM.COM - Para orang tua siswa Sekolah Dasar di Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kabupaten Pelalawan, Riau menangis.

Tangisan itu keluar dari air mata para ibu yang menyaksikan cara anak-anaknya belajar.

Tidak di ruangan khusus agar terlindungi dari terik matahari, debu dan panas, anak-anak itu terpaksa belajar dalam kondisi sangat memprihatinkan.

Bukan tanpa sebab, para siswa SD tersebut tidak lagi memiliki ruangan karena lahan sekolahnya yang bermasalah.

Para warga dipaksa relokasi mandiri termasuk fasilitas sekolah yang ada di Desa Lubuk Kembang Bunga.

Tampak jelas anak-anak sekolah dasar (SD) belajar di tanah beralaskan dan beratapkan terpal di kebun sawit, Senin (14/7/2025).

Dedaunan seperti pohon hingga pelepah pisang yang hanya melindungi anak-anak tersebut dari terik matahari.

Terlihat pula saat pembelajaran dilakukan, anak-anak tersebut kepanasan.

Mereka adalah murid baru dari Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Anak-anak itu tinggal di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Baca juga: Alasan 29 Siswa Mundur dari Sekolah Rakyat, Ditinggalkan Meski Terjamin dengan Fasilitas Lengkap

Diketahui lahan yang menjadi tempat tinggal mereka disita pemerintah karena dinyatakan masuk dalam kawasan hutan.

Dalam video yang viral di media sosial terlihat, anak-anak tampak mengenakan seragam merah putih, duduk melingkar di atas plastik terpal.

Mereka belajar di bawah pohon sawit, sebagian hanya terlindungi pelepah daun dari terik matahari.

Seorang guru perempuan tampak mengajar di tengah mereka.

Beberapa anak terlihat mengipas tubuh dengan topi sekolah karena kepanasan, sedangkan di belakang mereka, sejumlah orang tua ikut duduk di tanah.

Baca juga: Dhika Bocah Aura Farming Diundang ke Dubai, Orangtua Lihat Dulu Kondisi Anak: Dia Capek

Kondisi tersebut terjadi pada hari pertama mereka masuk sekolah, Senin kemarin.

Bukannya duduk di ruang kelas yang layak, mereka harus belajar di kebun sawit tanpa fasilitas memadai.

"Anak-anak ini siswa baru sekolah dasar, jumlahnya ada 58 orang, hari pertama sekolah terpaksa belajar di tanah dalam kebun sawit," kata Abdul Aziz, juru bicara warga TNTN, dihubungi Kompas.com, Senin malam, seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa (15/7/2025).

Aziz mengatakan, anak-anak itu sebelumnya hendak bersekolah di SD 20 Dusun Toro Jaya.

Namun, sejak lahan sekolah disita dan dinyatakan masuk kawasan TNTN, sekolah itu dilarang menerima murid baru.

Sementara siswa kelas dua hingga enam masih diperbolehkan sekolah, dengan total 455 siswa dalam 10 rombongan belajar.

Dulunya, SD 20 merupakan kelas jauh dari SD Negeri 003 Desa Lubuk Kembang Bunga dan baru berstatus negeri pada September 2024.

Sejak penyitaan lahan, orang tua diminta mendaftarkan anak ke SD induk, yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan.

"Jarak tempuh dari Dusun Toro Jaya ke sekolah itu sekitar 2 jam, tidak mungkin orang tua mengantar anaknya sejauh itu," kata Aziz.

Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Jenazah Penyuluh KB Diangkut Pakai Motor -  Istri Arya Curiga Sebelum Suami Tewas

Akhirnya, warga berinisiatif membangun tenda sederhana dari terpal plastik di luar kawasan TNTN agar anak-anak tetap bisa belajar. 

Mereka meminta bantuan seorang guru untuk mengajar secara sukarela.

"Orang tua mereka minta tolong ke seorang guru untuk mengajar dan anak-anak tidak sabar ingin sekolah, karena hari pertama masuk sekolah," ucap Aziz.

Menurut dia, orang tua menangis menyaksikan anak-anak mereka belajar di tanah.

"Ibu-ibu banyak yang menangis bisa sampai seperti ini, seperti zona perang yang tidak ada ampun lagi, tidak ada toleransi, tidak ada solusi," kata Aziz.

"Masyarakat disuruh mencari solusi sendiri," lanjut dia.

Baca juga: Anak Ditembak Mati Prajurit TNI, Keluarga Menangis 2 Terdakwa Cuma Dipenjara Kurang dari 2 Tahun

Pada hari pertama sekolah, anak-anak diberikan pemahaman soal situasi yang mereka alami.

Mereka bertanya mengapa harus belajar di kebun sawit.

"Di awal masuk sekolah ini, anak-anak diberikan pemahaman kenapa tempat belajarnya seperti ini dan mereka dapat penjelasan dari gurunya, banyak yang nangis," kata Aziz.

Ia menilai pemerintah seharusnya memberikan solusi konkret agar pendidikan anak-anak tidak terdampak.

Menurutnya, ini seperti hukuman yang diwariskan turun-temurun.

"Hukuman ke orang tuanya, sawit yang tidak laku lagi, anaknya harus menderita karena sekolahnya seperti itu," ucapnya.

Tangkapan layar video anak-anak baru masuk SD belajar di tanah beratapkan terpal di dalam kebun sawit di kawasan TNTN, Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (14/7/2025).
Tangkapan layar video anak-anak baru masuk SD belajar di tanah beratapkan terpal di dalam kebun sawit di kawasan TNTN, Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (14/7/2025). (KOMPAS.COM/Dok. Warga)

Di hari kedua sekolah, warga berupaya memindahkan kegiatan belajar ke sebuah musalah yang berada di luar kawasan TNTN.

"Yang penting tidak dalam kawasan TNTN," katanya.

Seperti diketahui, Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) beberapa waktu lalu menyita lahan yang digarap warga di TNTN, termasuk di Dusun Toro Jaya.

Pemerintah meminta warga melakukan relokasi mandiri, namun banyak yang menolak dengan alasan lahan itu dibeli secara sah.

Hingga kini, ribuan warga masih bertahan.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved