Berita Viral
Siswa SD Negeri Tetap Datang ke Sekolah Meski Tanpa Guru, Tolak Gabung Sekolah Lain: Sudah Nyaman
Siswa SD Negeri di Pati menolak digabung dengan sekolah lain. Mereka tetap datang ke sekolah meski guru sudah dipindah tugas.
TRIBUNJATIM.COM - Rencana penggabungan dua sekolah dasar negeri di Pati, Jawa Tengah mendapat respons dari para wali murid dan siswa.
Mereka menolak sekolah digabung menjadi satu dengan sekolah lain.
Peristiwa ini menimpa para siswa SDN Tayu Kulon 01, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati.
SDN Tayu Kulon 01 berencana akan digabungkan dengan SDN Tayu Kulon 02.
Namun siswa SDN Tayu Kulon 01 mereka menolak penggabungan.
Sudah hari keempat pada tahun ajaran baru 2025/2026 ini, puluhan wali murid dan siswa tetap berangkat ke SDN Tayu Kulon 01.
Baca juga: Penyebab SDN 1 Wates dan 27 Kauman Cuma Dapat 1 Siswa Baru, Murid Kelas 1 Ini Langsung Diajar Kepsek
Sekalipun sudah tidak ada lagi kegiatan belajar-mengajar di sana.
Guru-guru sudah dipindahtugaskan ke sekolah-sekolah lain.
Ruang-ruang kelas juga sudah ditutup.
Para wali dan siswa selalu membawa poster-poster dari kertas karton bertuliskan kata-kata protes.
“Kami tidak mau dipindah!”
“Kami sudah nyaman di sini.”
Begitu bunyi dua di antara poster yang dibawa para murid.
Berdasarkan keterangan para wali murid, Kepala SDN Tayu Kulon 02 sempat datang, namun hanya untuk mencatat presensi siswa.
Baca juga: Siswa SD Terpaksa Belajar di Ruang Tamu Kepsek di Hari Pertama, Sekolah Cuma Dapat 4 Murid Baru
Ketua Komite SDN Tayu Kulon 01, Mulyadi mengatakan, para murid dan wali memang bertekad untuk terus bertahan dan tidak mau dipindah ke SDN Tayu Kulon 02.
Alasannya di antaranya ialah lokasi yang lebih strategis, banyaknya prestasi yang sudah diraih, serta nilai kesejarahan sekolah ini.
“SDN Tayu Kulon 01 ini (sudah ada sejak) tahun 1955, waktu itu SR (Sekolah Rakyat). Sehingga ini SD tertua di Tayu, perlu dilestarikan, karena bersejarah, jangan sampai ditutup,” kata dia, Kamis (17/7/2025), dikutip dari Kompas.com.
Mengenai langkah selanjutnya, Mulyadi menuturkan pihaknya masih menunggu keputusan akhir dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pati.
Kemarin, Rabu (16/7/2025), pihak dinas sempat menemui para wali murid untuk beraudiensi.
“Kemarin kepala dinas mengatakan akan sesegera mungkin mengambil sikap. Kami selaku ketua komite akan menanyakan langsung. Sebab kondisi murid-murid boleh dibilang memprihatinkan, keadaan sekarang memang masih ingin tetap bertahan di sini, tidak mau dipindah,” tandas dia.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Disdikbud Pati, Andrik Sulaksono mengatakan, terkait regrouping ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
“Kami sampaikan bahwa regrouping di Tayu Kulon tetap kami laksanakan sambil nanti kami sampaikan, memberikan pengertian pada wali murid,” kata dia, Rabu (16/7/2025).

Fenomena sekolah tak mendapat siswa baru di tahun ajaran baru bisa menjadi salah satu faktor sekolah direncanakan dalam penggabungan.
Fenomena ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti di Ngawi, Jawa Timur.
Kondisi MPLS di sekolah dasar negeri di Ngawi ini tak seperti pada umumnya.
Sejumlah SD Negeri di Kabupaten Ngawi hanya mendapatkan 1 murid baru, pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi Zaenal Fanani, mengungkapkan, dda enam sekolah yang masing-masing hanya dapat satu murid.
Baca juga: Nasib SDN Jalen di Ponorogo hanya Dapat 1 Siswa Baru, Kepsek Sebut Sudah Berusaha: Kalah Saing
Sekolah-sekolah ini tersebar di empat kecamatan yaitu SDN Dempel 1, Kecamatan Geneng, SDN Mojo 1 Kecamatan Bringin, SDN Jenggrik 1 Kecamatan Kedunggalar, SDN Karangbanyu 3 Kecamatan Widodaren), SDN Sidolaju 5 Kecamatan Widodaren dan SDN Kayutrejo 2 Kecamatan Widodaren.
“Kondisi ini terjadi karena sedikitnya lulusan TK di sekitar wilayah dan persaingan antar sekolah. Banyak orang tua kini memilih sekolah yang dinilai lebih unggul atau berlokasi strategis,” ujar Zaenal, Rabu (16/7/2025).
Dengan kondisi seperti ini, lanjut Zaenal, maka bisa menjadi bahan evaluasi, segala kemungkinan akan dilakukan regrouping sekolah.
Selain enam sekolah yang sepi murid, empat SD negeri lainnya juga hanya mendapatkan dua siswa, yaitu SDN Kayutrejo 3 Kecamatan Widodaren, SDN Gempol 1 Kecamatan Karangjati, SDN Tulakan 6 Kecamatan Sine, dan SDN Dampit 3 Kecamatan Bringin.
“Regrouping atau penggabungan sekolah dipertimbangkan sebagai solusi untuk mengatasi minimnya jumlah peserta didik, serta menjaga kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan sekolah,” pungkasnya.
Sekolah Dasar
Pati
SDN Tayu Kulon 01
SDN Tayu Kulon 02
wali murid
siswa
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Edi Kaget Istri Beri Akta Cerai saat Mengaji di Rumah Mertua, Tak Tahu Ditalak |
![]() |
---|
Kisah Driver Ojol Riri Terima Pesanan Martabak dari Luar Pulau, Ternyata Salah Orderan |
![]() |
---|
Warga Terdampak Debu Tambang Cuma Diberi Ganti Rugi Sembako Rp200 Ribu, DPRD Tegur Perusahaan |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Kasihan Immanuel Ebenezer Diborgol Pakai Baju Oranye: Mungkin Dia Khilaf |
![]() |
---|
Menu MBG Nasi Tutug Oncom untuk Siswa Viral, Camat Jelaskan Sudah Diperiksa Ahli Gizi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.