Berita Viral
Bikin Siswa Akhiri Hidup, Guru Fisika Ngotot Tak Bully, Ucapannya Bikin Ayah Korban Bergetar Emosi
Pengakuan guru Fisika yang diduga membuat siswa SMA mengakhiri hidup membuat ayah korban makin emosi.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Para guru SMAN 6 Garut dipanggil oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mediasi dengan kedua orang tua korban berinisial P (16).
Pada mediasi tersebut, Dedi Mulyadi mengkonfirmasi aduan yang disampaikan oleh ibu P, Fuji Lestari, kepada para guru.
Salah satu yang jadi sorotan yakni ucapan guru Fisika yang menyebut P sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).
Baca juga: Gaji Cuma Rp110 Ribu per Bulan, Guru Zuhdi Tolak Pengembalian Uang Damai Rp12,5 Juta dari Ortu Murid
Pengakuan guru Fisika yang diduga membuat siswa SMA di Garut mengakhiri hidup ini membuat ayah korban makin emosi.
"Saya menanyai almarhum juga, ada di postingan saya juga kan," kata Fuji sambil menahan tangis, dikutip dari tayangan di kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL, Sabtu (18/7/2025).
"Oleh?" tanya Dedi.
Fuji pun sempat terdiam, namun suaminya dengan suara bergetar menunjuk seorang guru wanita.
"Guru Fisika? Sok ibu, pernah enggak ibu suka merendahkan ketika pelajaran?" tanya KDM lagi.
Seorang guru yang mengenakan hijab cokelat itu pun membantah telah merendahkan siswanya.
"Tidak pak," katanya.
Ia kemudian menjelaskan soal sosok almarhum selama mengikuti pelajarannya.
"Jadi minggu awal MPLS, minggu kedua baru KBM. Ketika KBM, biasanya anak-anak masih masa perkenalan," kata dia.
Kemudian di minggu awal pembelajaran, ia mengaku memberikan tugas kepada para siswa untuk memberikan assesment awal terkait materi pelajarannya.
Namun, menurut dia, saat itu korban dan beberapa anak belum selesai mengerjakan tugas tersebut.

"Biasa saya berkeliling melihat anak-anak yang belum beres."
"Karena sudah mau jam pulang, jadi yang belum (selesai) dikumpulkan minggu depan ya," tutur dia, mengutip TribunnewsBogor.com.
Namun, hingga minggu depannya lagi, kata dia, korban masih belum juga mengumpulkan tugasnya.
"Tapi memang ada beberapa juga (siswa lain)," jelasnya.
Akhirnya korban pun mengumpulkan tugasnya, namun tidak ada perkembangan dari minggu lalu.
Kemudian di pertemuan berikutnya, ia memutuskan untuk memanggil P.
"Ketika masuk kelas, saya panggil ke depan. Priya coba ini baca, Priya bisa baca."
"Alhamdulillah ternyata kamu bisa baca, tapi kenapa ini tulisannya setelah tiga minggu masih belum beres?" tutur guru tersebut.
Di akhir penuturannya, guru perempuan ini tetap tidak mengakui perbuatannya yang telah menyebut P sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Bu ini tangan saya suka keringetan, terus suka gatel-gatel, jadi saya sulit untuk menulis," cerita guru Fisika lagi.
"Ya udah lain kali belajar lebih rajin," kata guru Fisika tersebut pada korban.
Baca juga: Tangis Dea Anak Nelayan Diterima Kuliah di ITB, Rumah Sederhananya Banjir Piala & Piagam Lomba
Mendengar penjelasan sang guru Fisika, ayah korban terlihat tak kuasa menahan emosinya.
Ia tampak menahan diri untuk tidak emosi dengan cara menutup mulutnya, tapi tubuhnya bergetar.
Namun, saat itu rupanya ayah korban tak sanggup untuk mendengarkan penjelasan guru tersebut dan meminta izin untuk keluar.
"Izin keluar, enggak kuat katanya, Pak," kata sang istri.
KDM pun kemudian memapah ayah korban untuk keluar dari ruangan demi menenangkan diri.
Setelah itu, sang guru Fisika kembali menjelaskan kalau hal itu ia sampaikan tidak di depan teman-temannya yang lain.
"Itu bukan di depan kelas pak, hanya berhadapan di meja guru."
"Tapi kalau misalkan di pelajaran saya, fisika di semester 1 tidak ada masalah, ketika masuk semester 2, tugas jarang dikumpulkan," tandasnya.

Sebelumnya, P juga menceritakan pada ibunya soal perlakuan guru Fisika tersebut.
Menurutnya, hal itu disampaikan oleh sang guru kepada dirinya.
"Kan disuruh ke depan, berhadapan, nanya gitu (kamu ABK). Priya kamu ABK? Gitu," ungkap P kepada ibunya.
Terkait dengan dugaan ibu guru membully anaknya, Fuji mengaku pernah mengkonfrontasinya secara langsung.
Namun, saat bertemu dengan wali kelas anaknya, Fuji tak puas dengan respons sang ibu guru.
"Saya bilang, 'Ibu anak saya ini ada pembully-an, kan saya sering dipanggil ke BK semester 1, tapi enggak pernah menceritakan hal ini?'."
"'Kenapa ibu tidak bilang, anak saya tuh mengalami hal seperti itu'," kata Fuji.
"Ketika ibu bercerita tentang pembullyan, sikap wali kelasnya gimana?" tanya Dedi penasaran.
"Diam aja, jadi kayak gitu aja, enggak yang terlalu gimana," ujar Fuji.
Baca juga: Sempat Pamer Menu Acara Makan Gratis, Kini Dedi Mulyadi Justru Ngaku Tak Tahu: Saya Melarang
Belakangan, Fuji baru menyadari soal sikap tak baik wali kelas anaknya.
Kata Fuji, wali kelas putranya tersebut selalu abai dengan P.
"Kan anak saya waktu kelas 1 itu tipes dua kali. Yang satu kali itu sebulan lebih. Mereka (guru dan teman sekelas) tidak ada yang menengok sama sekali."
"Kata saya (ke wali kelas), 'Ibu mah anak saya sakit sebulan aja enggak ada nengok, padahal rumah sakitnya dekat dengan sekolah'. Katanya banyak kegiatan."
"Tapi udah tahu anak saya dikucilkan, kenapa ini enggak jadi momen temannya disuruh jenguk. Malahan temannya yang di kelas lain yang nengok, teman sekelas juga enggak," ungkap Fuji.
"Kata anak saya pas masuk lagi, 'Ditanyain enggak (setelah sakit dan sembuh)'. Katanya enggak ada."
"Kan biasanya kalau habis lama enggak masuk (ditanyain), teman-teman enggak nanyain. Tapi yang nanya mah anak-anak dari teater," sambungnya.

Atas dugaan perundungan P, pihak sekolah akhirnya buka suara.
Kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah dengan tegas isu pembullyan terhadap P.
Kata Dadang, P sejatinya tidak pernah dirundung di sekolah.
Dadang heran dengan asumsi yang dihembuskan oleh ibunda korban ke publik.
"Munculnya istilah pembullyan itu setelah anak tidak naik kelas," kata Dadang Mulyadi.
Lebih lanjut, Dadang mengurai dugaan penyebab P mengakhiri hidup bukan karena perundungan, tapi tidak naik kelas.
Dadang menyebut, P tidak naik kelas karena nilainya di tujuh mata pelajaran tidak memenuhi syarat.
"Orang tuanya (P) menerima bahwa anaknya tidak naik kelas, besoknya update status bahwa anaknya bernasib malang di sekolah. Kami juga tidak tahu maksudnya apa," pungkas Dadang.
Syamsul Syok Bawa Uang Rp 9 Juta saat Jaga Ortu di ICU Mendadak Hanya Tersisa Rp 10 Ribu |
![]() |
---|
15 Tahun Nurjanah Dikurung di Kamar Sempit Tanpa Toilet, Mental Terganggu Sejak Dinikahi Pria Blitar |
![]() |
---|
Siapa Sosok Pengemudi Mobil Rantis Brimob yang Lindas Ojol Affan? Ini Daftar 7 Polisi yang Diamankan |
![]() |
---|
Warga Ketar-ketir Macan Tutul Lembang Park Zoo Belum Tertangkap usai Kabur Jebol Atap |
![]() |
---|
Ujung Hidup Affan dari Antar Order Berakhir Dilindas Rantis, Tersisa Air Mata Ayah dan Teriakan Ibu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.