Berita Viral
Yata Jalan 800 Km Demi Jual Bendera 17 Agustusan di Sumenep, Sengaja Cuti Kerja dan Ajak Istri
Pengalaman Yata seorang pria paruhbaya yang sengaja cuti ketika bulan agustus datang menjadi unik karena dilakukannya secara rutin.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kegiatan unik dilakukan oleh sepasang suami dan istri dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Warga Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu sudah 22 tahun menjual bendera merah putih dan pernak-pernik Agustusan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Setiap tahun, Yata menggelar dagangannya dengan cara sederhana.
Bendera merah putih dan berbagai pernak-pernik Agustusan dibentangkan di pinggir jalan.
Biasanya, lelaki berkumis ini memilih trotoar di wilayah Kecamatan Kota Sumenep sebagai lokasi berjualan, memanfaatkan tempat yang ramai dilalui orang.
Yata pertama kali datang ke Sumenep pada 2003.
Saat itu, ia datang seorang diri membawa barang dagangan seadanya.
Demi bisa berjualan bendera dan pernak-pernik Agustusan, ia harus menempuh perjalanan sekitar 876 kilometer dari Bandung ke Kabupaten Sumenep.
“Setiap tahun, jelang Agustusan, saya berangkat. Memang jauh, tapi namanya cari penghasilan,” ujar Yata di Sumenep kepada Kompas.com, Minggu (3/8/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Senin (4/8/2025).
Kala itu, tempat berjualan sekaligus menjadi tempat berteduh dan beristirahat dari terik matahari.
Baca juga: Alasan Donat Pinkan Mambo Paling Mahal Harga Rp 10 Juta, Kebanjiran Order: Tangan Aku Cuma Dua
Jika hujan turun, ia kadang menepi ke emperan toko untuk berlindung.
Semuanya dilakukan demi mencari peruntungan di tanah orang, dengan harapan bisa menambah penghasilan dan membahagiakan keluarga di kampung halaman.
“Selama bisa untuk keluarga, capeknya hilang. Yang penting halal,” tambah dia.
Setelah tujuh tahun mencari peruntungan sendiri, Yata mulai memberanikan diri mengajak sang istri ikut serta.

Sejak itu, keduanya rutin datang bersama untuk berjualan menjelang Hari Kemerdekaan.
Di kampung halamannya, pekerjaan utama Yata adalah sopir angkutan umum jenis elf di Bandung.
Namun, setiap musim kemerdekaan, ia cuti sejenak demi bisa berjualan bersama istri.
Bagi Yata, berdagang bendera bukan sekadar bisnis musiman.
Baca juga: Deretan Fakta Kuburan Bayi Dikira Bau Bangkai Gurami, Warga Curiga Perut, Sempat Diberi Susu UHT
Tapi ikhtiar untuk tetap bertahan, menambah penghasilan, dan membahagiakan keluarga.
“Enggak juga. Bukan cuma bisnis musiman. Ini ikhtiar, apalagi sekarang ekonomi sulit, demi keluarga lah pokoknya,” jelasnya.
Yata mengaku betah karena keramahan warga Sumenep.
Selama puluhan tahun, dia selalu mendapat sambutan hangat dari warga Kota Keris.
Baca juga: Modal Gelas Kosong, Mbah Wagimun Raup Rp 10 Juta dari Mengemis Depan Minimarket, Hanya Duduk
“Iya (warganya) ramah, banyak yang langganan. Itu yang bikin saya terus kembali ke sini,” ungkap Yata sambil tersenyum.
Meski saat ini banyak orang belanja lewat e-commerce, Yata tidak merasa khawatir.
Dia percaya dagangannya tetap punya keunggulan.
Di antaranya, pembeli bisa langsung melihat barang, memegang, dan memilih ukuran serta bahan sesuai kebutuhan.
Baca juga: Manajer Rumah Karaoke di Kediri Angkat Bicara Soal Insiden 3 Wanita Keracunan Miras, 1 Tewas
“Kalau beli online, kadang ukurannya enggak pas, atau bahannya beda dari foto,” tuturnya.
Ia juga sering dengar curhat pembeli yang kecewa usai berbelanja online. Banyak yang akhirnya lebih memilih beli langsung.
“Sering ada yang bilang, ‘Kapok beli online, Mas. Mending lihat langsung begini’” jelas Yata dengan nada yakin.
Seperti diketahui, rambut Yata (52) mulai menipis dan memutih.
Garis-garis halus di sudut matanya tampak jelas menunjukkan usianya yang tak lagi muda.
Namun, senyumnya tetap hangat menyambut setiap pembeli yang datang.

Biasanya, lelaki berkumis ini memilih trotoar di wilayah Kecamatan Kota Sumenep sebagai lokasi berjualan, memanfaatkan tempat yang ramai dilalui orang.
Yata pertama kali datang ke Sumenep pada 2003.
Saat itu, ia datang seorang diri membawa barang dagangan seadanya.
Demi bisa berjualan bendera dan pernak-pernik Agustusan, ia harus menempuh perjalanan sekitar 876 kilometer dari Bandung ke Kabupaten Sumenep.
“Setiap tahun, jelang Agustusan, saya berangkat. Memang jauh, tapi namanya cari penghasilan,” ujar Yata di Sumenep kepada Kompas.com, Minggu (3/8/2025).
Kala itu, tempat berjualan sekaligus menjadi tempat berteduh dan beristirahat dari terik matahari.
Jika hujan turun, ia kadang menepi ke emperan toko untuk berlindung.
Baca juga: Tragedi Keracunan Miras di Rumah Karaoke Kediri, Korban Meninggal Dunia Bertambah Total Ada 2 Orang
Semuanya dilakukan demi mencari peruntungan di tanah orang, dengan harapan bisa menambah penghasilan dan membahagiakan keluarga di kampung halaman.
“Selama bisa untuk keluarga, capeknya hilang. Yang penting halal,” tambah dia.
Setelah tujuh tahun mencari peruntungan sendiri, Yata mulai memberanikan diri mengajak sang istri ikut serta. Sejak itu, keduanya rutin datang bersama untuk berjualan menjelang Hari Kemerdekaan.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Siswa SMA Keluhkan Nasi di MBG Berlendir hingga Telur Masih Mentah: di Sekolah Kita Nggak Enak |
![]() |
---|
Wali Kota Sebut Anaknya ke Sekolah Diantar, Kelakuan Bawa Mobil Parkir di Lapangan Dibongkar Teman |
![]() |
---|
Sebut Tempat Gibran Tuntut Ilmu Tidak Setara SMA/SMK, Said Didu Pastikan UTS Insearch Hanya Bimbel |
![]() |
---|
Penjelasan Kades usai MBG Hasil Usaha Adiknya Dikritik Pelit karena Porsi Secuil: Untuk PAUD |
![]() |
---|
Tangis Keluarga Korban Tabrak Lari Minta Keadilan Harus Ngemis, Pelaku Cuma Dituntut 1,5 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.