Berita Viral
Tawa Pedagang Balas Cecaran Pembeli soal Beras Oplosan atau Tidak, Penjualan Sama Saja
Isu beras oplosan yang beredar di pasaran membuat pedagang kerap mendapat cecaran pertanyaan dari pembeli.
TRIBUNJATIM.COM - Isu beras oplosan yang beredar di pasaran membuat pedagang kerap mendapat cecaran pertanyaan dari pembeli.
Pembeli kerap mempertanyakan kualitas beras yang dijual oleh para pedagang.
Hal ini seperti dialami pedagang beras eceran di Pasar Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Para pedagang mengaku sering ditanyakan pembeli tentang kejelasan kualitas beras yang dijual.
Pertanyaan ini diajukan pembeli setelah ramai beredar isu beras oplosan yang dijual dalam kemasan.
“Habis ada isu-isu oplosan itu emang jadi suka ada yang tanya, ‘Ini berasnya oplosan enggak?’ begitu,” tutur Tomo (49), salah seorang pedagang beras, ditemui di lokasi, Rabu (6/8/2025), dikutip dari Kompas.com.
Tomo menjelaskan, tokonya tidak menjual beras oplosan seperti informasi yang beredar.
Kendati begitu, Tomo memastikan mencuatnya isu beras oplosan tidak berdampak pada penjualan beras di tokonya.
“Kalau penjualan sebenarnya sekarang sama saja sebelum ada isu oplosan, karena kan daya belinya juga turun. Tapi kan gimana pun juga ini kebutuhan, jadi tetap saja ada pembeli,” ungkap Tomo.
Baca juga: 3 Tersangka Kasus Beras Oplosan, 2 Orang Jabat Direktur, Merek yang Dijual Setrawangi hingga Resik
Balas Cercaan Hanya dengan Tawa
Yunita (35), pedagang beras lainnya, mengaku pernah ditanyakan hal serupa oleh pelanggannya.
Ia hanya menanggapi dengan tawa dan mengatakan bahwa tidak menjual beras oplosan.
“Ada saja sih ibu-ibu yang beli nanyain berasnya oplosan apa enggak, tapi saya di sini enggak ada yang jual begituan,” kata Yunita.
Di tokonya, pembeli dari kalangan ibu rumah tangga biasa membeli beras dengan kisaran harga Rp13.500 per kilogram.
Sementara pembeli dari kalangan pedagang usaha makanan biasa membeli beras harga Rp11.500 per kg dalam jumlah banyak, seperti 10 kg atau 20 kg.
Sejumlah warga yang memilih membeli beras di pasar mengaku lebih percaya pada pedagang karena bisa melihat sendiri tekstur beras yang dijual.
Dengan begitu, pembeli bisa menilai beras mana yang sesuai dengan uang yang dimiliki.
“Kalau di sini beli eceran kan bisa lihat langsung dalem teksturnya,” kata Wati (40), seorang warga di Pasar Lenteng Agung.

Produk Oplosan Ditarik
Ssebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meminta seluruh produk beras yang diproduksi PT Food Station Tjipinang Jaya segera ditarik dari pasaran.
Langkah ini diambil setelah Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri menetapkan tiga petinggi perusahaan tersebut sebagai tersangka kasus dugaan beras oplosan.
Namun, Pramono mengakui sebagian beras tersebut kemungkinan besar sudah dikonsumsi masyarakat.
“Kalau bisa ditarik, saya minta untuk ditarik. Tapi ini kan persoalannya mungkin sudah dikonsumsi,” kata Pramono usai ditemui di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Bodjonegoro, Jakarta Selatan, Senin (4/8/2025).
Tiga tersangka yang terlibat dalam kasus ini adalah KG selaku Direktur Utama, RL selaku Direktur Operasional, dan RP selaku Kepala Seksi Quality Control.
Baca juga: 26 Merek Terindikasi Beras Oplosan Beredar di Kabupaten Malang, Tampilan dan Aromanya Berbeda
Ciri beras oplosan
Ahli Teknologi Industri Pertanian, IPB University, Profesor Tajuddin Bantacut menuturkan, beras yang dipalsukan seharusnya terlihat secara kasat mata.
Ciri-ciri beras oplosan dapat dilihat dari warna, bau dan teksturnya.
Ia tidak menjelaskan secara rinci warna, bau, dan tekstur beras oplosan.
Namun, seharusnya, kata Tajuddin, tiga hal ini kontras terlihat dibandingkan beras asli.
“Setelah kita beli, buka di rumah, ya kemudian diperiksa kan secara visual warnanya, setelah dimasak terlihat teksturnya, kemudian ada baunya kan, baru dicuci mungkin ada yang mengambang atau ada yang terasa tidak seperti beras,” jelas Tajuddin.
Beras seharusnya berbau normal, tidak menyengat.
Warnanya juga putih natural, bukan putih terang atau terlalu putih.
Baca juga: Banyak Beras Oplosan Beredar di Pasaran, DKP Kabupaten Malang Imbau Masyarakat Konsumsi Beras Lokal
Jika menemukan beras yang dicampur dengan bahan lain (bukan beras), lalu penulisan keterangan pada kemasan tidak sesuai dengan kualitas beras yang didapat, beras tersebut bahkan dapat dikatakan penipuan.
“Bukan disebut oplosan, tetapi dia adalah pemalsuan atau penipuan,” tegasnya.
Lebih lanjut, perbedaan beras asli dan beras oplosan bisa dilihat dari lama penyimpanan beras di rumah.
Beras asli seharusnya tidak tahan disimpan berbulan-bulan tanpa mengundang kutu beras.
Meski penyimpanannya sesuai standar di dalam wadah kedap udara, kutu beras tetap akan muncul.
Sebaliknya, beras oplosan dapat disimpan berbulan-bulan tanpa menimbulkan kutu beras.
Bahkan, nasi dari beras oplosan tahan basi hingga tiga hari.
“Kalau saya sarankan ke masyarakat, mulai sekarang, jangan (beli) beras yang terlalu putih karena beras yang masih biasa, masih mengandung dedak, terdapat nutrisi-nutrisi yang bagus untuk makanan baik, seperti yang dilakukan di negara-negara maju,“ pungkas dia.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
Halangi Mobil Ambulans, Pengemudi Innova Ditarik Sopir Suruh Lihat Kondisi Pasien, Kini Minta Maaf |
![]() |
---|
Sebut 4000 Siswa Sudah Keracunan MBG, Guntur Romli Minta Program Dievaluasi: Pemerintah Harus Serius |
![]() |
---|
Warga Kadung Percaya Kades untuk Balik Nama Sertifikat Tanah, Uang Rp96 Juta Lenyap Ditipu Eks PNS |
![]() |
---|
Viral Orang Malas Mandi Disebut Tanda Gangguan Jiwa, Benarkah? ini Penjelasan Psikolog |
![]() |
---|
Ditipu Hozizeh, Isqomariyah Malah Dipalak Polwan Rp17,5 Juta Agar Pencabutan Laporan Segera Diproses |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.