Berita Viral
3 Anak Ketakutan Lihat Siput usai Dikurung Orang Tua di Rumah selama 4 Tahun, Dipaksa Pakai Masker
Begitu melangkah ke luar rumah, mereka tampak terkejut dan langsung menyentuh rumput.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Tiga anak diselamatkan setelah bertahun-tahun dikurung orang tuanya dalam rumah.
Ketiga anak tersebut terdiri dari sepasang kembar berusia delapan tahun dan seorang anak berusia 10 tahun.
Tak hanya dikurung, mereka juga dipaksa terus memakai masker, meski pembatasan pandemi Covid-19 sudah lama berakhir.
Peristiwa ini terjadi di Oviedo, Spanyol barat laut, seperti dilansir dari Kompas.com.
Mereka dibebaskan pada Senin (28/4/2025), setelah diduga dikurung sejak 2021, sebagaimana dilaporkan oleh media lokal El Comercio.
"Begitu kami mengeluarkan mereka, ketiga anak itu mulai bernapas dalam-dalam, seolah-olah belum pernah keluar rumah sebelumnya," kata seorang penyidik.
Foto-foto yang dipublikasikan media Spanyol menunjukkan anak-anak berkewarganegaraan Jerman tersebut keluar rumah dengan tetap mengenakan masker.
Menurut polisi, begitu melangkah ke luar, mereka tampak terkejut dan langsung menyentuh rumput.
Polisi menahan orang tua anak-anak tersebut.
Teridentifikasi yang perempuan Jerman-Amerika berusia 48 tahun dan suaminya warga negara Jerman berusia 53 tahun.
Keduanya didakwa melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan penelantaran anak.
Penyidik menduga, pasutri tersebut mengalami 'sindrom Covid'.
Keduanya memaksa keluarga mereka menjalani karantina wilayah ekstrem selama bertahun-tahun.
Kasus ini terungkap setelah tetangga melapor ke pihak berwenang bahwa anak-anak tersebut tidak pernah bersekolah.
"Anak-anak itu dalam kondisi sangat buruk. Benar-benar keterlaluan," ujar penyidik kepada El Mundo, dikutip dari New York Post pada 2 Mei 2025.
Baca juga: Ditelantarkan Anaknya yang PNS, Ramisih Nangis Tinggal di Kandang Sapi
Menurutnya, ketiga anak tersebut tidak mengalami malnutrisi karena tetap diberi makan, tetapi mereka kotor dan benar-benar terputus dari realitas.
"Selain juga karena mereka tidak bersekolah," lanjutnya.
Penyidik juga menceritakan saat anak-anak dibawa keluar ke kebun rumah.
"Mereka bahkan tidak mau keluar. Ketika melihat seekor siput, mereka menjadi panik dan ketakutan," ujarnya.
Penyekapan juga dialami seorang pengamen asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, RA (20).
RA dan dua rekannya, AS (18) dan RH (20), nekat merantau ke Jakarta setelah tergiur lowongan kerja (loker).
Loker tersebut menawarkan posisi anak buah kapal (ABK) di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
"Awalnya, dari Facebook diajak sama teman. Disamper di rumah, diajak," jelas RA saat ditemui di kawasan Muara Baru, Rabu (6/8/2025), mengutip Kompas.com.
"Katanya, mau ikut enggak kerja di Jakarta jadi ABK di Muara Baru. Katanya kontrak empat bulan," imbuhnya.
Saat itu, mereka dijanjikan gaji sebesar Rp6 juta.
Merasa lelah menjadi pengamen di Majalengka dan ingin memperbaiki nasib, ketiganya memutuskan berangkat ke Jakarta.
Sebelum berangkat ke Jakarta, RA dan dua rekannya meminta ke pihak agensi agar diberikan kontrak kerja melaut selama empat bulan.
Ketika itu, pihak agensi menyepakatinya.
"Saya dari kampung dijanjikan kontrak empat bulan kan, terus dia (pihak agensi) bilang, 'Udah kamu jangan bilang sama orang-orang di kapal kontrak berapa bulan'," jelasnya.
Karena disetujui, ketiganya pun berangkat ke Muara Baru.
Sesampainya di lokasi, mereka justru ditempatkan di sebuah mess berukuran sekitar tiga meter yang dihuni oleh belasan calon ABK lainnya.
"Waktu pertama datang itu sih 15 orang di kamar," kata RA.
Baca juga: Kaget PBB Naik 441 Persen, Mbah Tukimah Berharap Pajak Bisa Turun: Jaga Warung
Setelah itu, ketiga korban pun disekap berhari-hari di mess milik agensi tersebut.
Pergerakan mereka diawasi ketat oleh para penjaga mess.
Menurut RA, ada sekitar empat orang yang selalu berjaga di sekitar mess.
Mereka membawa celurit untuk mengintimidasi para calon ABK.
"Disekapnya di mess, enggak boleh keluar, ke warung aja diikutin. Kurang lebih empat hari disekap," ucap RA.
Di hari kedua, para korban mulai diminta bekerja, yakni menyiapkan perbekalan untuk kapal yang akan berangkat.
Namun sebelum naik ke kapal, RA, AS, dan RH diwanti-wanti oleh calo yang membawa mereka agar tidak bertanya apapun kepada para pekerja kapal.
Karena penasaran, RH akhirnya memberanikan diri bertanya kepada salah satu ABK terkait kontrak kerja mereka.
"Pas di kapal, saya tanya, 'Bang, ini kontrak yang berapa bulan?' Ternyata dia bilang ini kontrak yang satu tahun," kata RH.
RA dan rekannya baru tahu, kontrak kerja mereka ternyata lebih dari empat bulan setelah bertanya kepada ABK yang sudah senior.
"ABK itu bilang, 'Kamu itu ikut calo, di sini kamu kontrak satu tahun enam bulan. Di sini, gajinya itu Rp6 juta, potongan Rp2 juta sama calo, jadi sisa Rp3 juta'," ucap RA.

Pernyataan ini mengejutkan RH karena sebelumnya mereka dijanjikan kontrak hanya empat bulan.
Lebih lanjut, RH mengungkapkan, dari gaji Rp6 juta yang dijanjikan, Rp3 juta akan langsung dipotong untuk jasa calo.
Sisa uang pun masih harus digunakan untuk membeli alat pancing secara mandiri.
"Jadi, dia (ABK) di atas kapal itu bilang, 'Enggak tahu kalian pulang bisa bawa duit atau enggak, karena kan buat beli alat pancing aja masih kurang Rp3 juta'," ujar RH.
Merasa tertipu dan tidak mendapatkan kejelasan terkait pekerjaan, RH berinisiatif menghubungi calo yang merekrut mereka.
Saat mencoba meminta kejelasan dari calo terkait kontrak kerja, RH hanya mendapat jawaban samar.
Si calo enggan menjelaskan detail dan menyuruh RH untuk tetap mengikuti proses kerja di kapal sebagai bentuk pengalaman.
Ia juga mengancam, jika mereka memutuskan batal berangkat, maka harus membayar denda sebesar Rp 2 juta.
Baca juga: Kejanggalan Mayat Pasutri Ditemukan Tewas Tanpa Luka di Atas Batu, Malamnya sempat Ngopi
Tak mau terus disekap, akhirnya RA dan dua korban lainnya nekat kabur lewat belakang mess yang langsung ke Waduk Pluit.
Mereka berenang sejauh 200 meter hingga menemukan warung di atas waduk.
Salah satu dari mereka naik dan meminta pertolongan ke warga.
Kebetulan, saat itu Wakil RT 19 RW 17 Muara Baru, Hindun, sedang duduk di sekitar lokasi.
Ia kaget ketika mendengar suara orang minta tolong dari bawah waduk.
Hindun lalu memanggil warga sekitar untuk membantu RA, AS, dan RH, naik ke daratan.
Alasan Bahlil Lahadalia Resmi Didaulat Jadi Ketua Dewan Pembina Pemuda Masjid Dunia |
![]() |
---|
Pasca Penjarahan Rumah, Uya Kuya dan Eko Patrio Dapat Dukungan Moril dari Komeng |
![]() |
---|
Kepsek dan Guru Perempuan Asyik Karaoke Pakai Smart TV Program Prabowo saat Jam Sekolah Berlangsung |
![]() |
---|
Jokowi Diminta Titiek Soeharto Tak Membayangkan Gibran Mendampingi Prabowo di Pilpres 2029 |
![]() |
---|
Ari Kaget Rp 750 Juta Miliknya Raib setelah Tak Bisa Akses Aplikasi, Siasat Pelaku Pakai KTP Palsu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.