Berita Viral
Sosok 5 Jurnalis Al Jazeera Dibunuh Israel saat Berada di Tenda Pers Gaza, MUI Mengecam Keras
5 jurnalis Al Jazeera dibunuh Israel di Kota Gaza. Dituduh pemimpin sel teroris. Pimpinan redaksi: Tuduhan Israel tidak berdasar.
TRIBUNJATIM.COM - Sosok 5 jurnalis Al Jazeera dibunuh Israel di Kota Gaza.
Al Jazeera adalah jaringan media berita internasional yang berbasis di Doha, Qatar.
Dikutip dari Wikipedia, Al Jazeera didirikan pada tahun 1996 melalui dekrit kerajaan oleh Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani.
Insiden jurnalis Al Jazeera dibunuh Israel pada Minggu (10/8/2025) malam, menggemparkan dunia.
5 sosok jurnalis Al Jazeera tewas diketahui adalah Anas al-Sharif, koresponden senior yang dikenal gigih meliput dari garis depan; Mohammed Qreiqeh, koresponden lapangan; Ibrahim Zaher dan Mohammed Noufal, keduanya juru kamera; serta Moamen Aliwa, asisten produksi.
Kelimanya tewas saat menjalankan tugas jurnalistik di tengah konflik bersenjata di Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel atau IDF mengklaim bahwa Anas al-Sharif adalah 'pemimpin sel teroris Hamas' dan menyatakan bahwa pembunuhan tersebut merupakan tindakan yang disengaja terhadap target militan.
Namun klaim IDF ini dibantah oleh Pemimpin redaksi Al Jazeera, Mohamed Moawad.
“Kami mengecam keras pembunuhan lima jurnalis kami di Gaza. Mereka adalah jurnalis terakreditasi yang menjalankan tugas profesional mereka untuk melaporkan kebenaran dari lapangan.
Tuduhan Israel terhadap Anas al-Sharif tidak berdasar dan tidak didukung bukti apa pun,”
Menurut laporan CNN, mereka tewas saat berada di tenda bertanda 'Pers' di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza yang menjadi sasaran serangan drone Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Tenda tersebut digunakan para jurnalis Al Jazeera untuk meliput perkembangan perang di wilayah tersebut.
Al Jazeera menyebut pembunuhan ini sebagai “upaya putus asa untuk membungkam suara-suara menjelang pendudukan Gaza.”
Baca juga: Sosok Suleiman Obeid, Pele Palestina yang Ditembak Tentara Israel saat Antre Bantuan
Baca juga: Sosok Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza Meninggal Dibom Israel, Ahli Jantung Terakhir
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) sebelumnya telah menyatakan “sangat khawatir” terhadap keselamatan Al-Sharif, mengingat adanya kampanye fitnah yang diarahkan kepadanya.
CPJ mencatat 186 jurnalis tewas sejak perang dimulai hampir dua tahun lalu, 178 di antaranya warga Palestina yang dibunuh Israel.
Dikutip dari laman resmi Committee to Protect Journalists (CPJ), Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) adalah organisasi independen nirlaba yang berpusat di New York, Amerika Serikat, yang bertujuan untuk membela kebebasan pers dan melindungi hak jurnalis di seluruh dunia.
Mereka mendokumentasikan serangan terhadap jurnalis, memberikan bantuan darurat, dan mengadvokasi kebijakan yang mendukung kebebasan media.
Kecaman Internasional
Kecaman internasional segera mengalir. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk “kejahatan kelaparan dan pembersihan etnis” yang dilakukan Israel, menegaskan dukungan terhadap hak rakyat Palestina.
Uni Emirat Arab memperingatkan “konsekuensi bencana, termasuk hilangnya nyawa tak berdosa” dan mendesak PBB untuk bertindak.
Sementara itu, Qatar menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum humaniter internasional secara terus-menerus.
Ketiga negara tersebut menegaskan kembali komitmen pada solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian.

Baca juga: Inilah 5 Fakta tentang Merince Kogoya, Finalis Miss Indonesia Didiskualifikasi Gegara Dukung Israel
Kecaman MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa serangan militer Israel yang menewaskan lima wartawan Al Jazeera di Gaza bukan sekadar pelanggaran HAM, melainkan ancaman global terhadap kebebasan pers.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menilai tindakan tersebut sebagai upaya sistematis untuk membungkam saksi mata dan menghalangi dokumentasi independen atas konflik.
Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Senin (11/8/2025), Sudarnoto menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya lima jurnalis Al Jazeera: Anas al-Sharif, Mohammed Qreiqeh, Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa, yang tewas dalam serangan udara Israel di luar Rumah Sakit al-Shifa, Gaza City.
“Majelis Ulama Indonesia menyampaikan duka cita yang mendalam sekaligus mengecam dengan sekeras-kerasnya tindakan militer Israel yang telah membunuh lima wartawan Al Jazeera melalui serangan udara yang sangat brutal,” ujar Sudarnoto.
Ia menegaskan bahwa serangan terhadap jurnalis bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga ancaman terhadap ekosistem informasi global.
“Tanpa keberadaan jurnalis, dinding kebisuan tumbuh dan impunitas semakin melebar,” tegasnya.
Sudarnoto juga mengecam tuduhan militer Israel yang melabeli wartawan, termasuk Anas al-Sharif, sebagai teroris. Menurutnya, pelabelan semacam itu merupakan taktik untuk mendiskreditkan jurnalis yang kritis terhadap narasi resmi Israel.
“Praktik pelabelan teroris ini telah dikecam juga oleh organisasi HAM dan pers internasional sebagai upaya mendiskreditkan dan merasionalisasi pembunuhan jurnalis,” katanya.
Menurut Committee to Protect Journalists (CPJ)—organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan berfokus pada perlindungan kebebasan pers—hingga 24 Juli 2025, sedikitnya 186 wartawan dan pekerja media tewas akibat konflik Gaza. Sementara International Federation of Journalists (IFJ), federasi jurnalis global yang mewakili lebih dari 600.000 jurnalis dari 140 negara, mencatat 164 korban dari kalangan jurnalis Palestina per Mei 2025.
Sudarnoto menyebut angka tersebut kemungkinan jauh lebih besar, mengingat banyaknya wilayah yang tidak terjangkau dokumentasi independen.
“Banyak kalangan yang memperkirakan jumlah korban dari kalangan wartawan jauh lebih besar,” ungkapnya.
MUI mendesak komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNESCO, CPJ, dan IFJ, untuk melakukan penyelidikan independen terhadap setiap serangan terhadap jurnalis. Ia juga menyerukan solidaritas global dari kalangan pers untuk mengecam tindakan Israel dan mendukung Mahkamah Internasional (ICJ) dalam menegakkan keadilan.
“Pers adalah garda terakhir dalam menceritakan kebenaran. Mereka harus dilindungi, bukan diserang,” pungkasnya.
Pesan Terakhir Anas al-Sharif
Sebelum tewas, Anas sempat menulis wasiat tertanggal 6 April 2025.
Wasiat itu kemudian diunggah oleh tim adminnya di akun X pribadinya setelah kematiannya.
“Inilah wasiat dan pesan terakhir saya. Jika kata-kata ini sampai kepada Anda, ketahuilah bahwa Israel telah membunuh saya dan membungkam suara saya.”
“Tuhan tahu saya telah mengerahkan segenap upaya dan kekuatan untuk menjadi pendukung dan suara rakyat, sejak saya membuka mata terhadap kehidupan di kamp pengungsi Jabalia.”
“Jangan lupakan Gaza... Dan jangan lupakan saya dalam doa-doa kalian yang tulus memohon ampunan dan penerimaan,” katanya, dikutip dari CNN.
Artikel ini diolah dari tayang Tribunnews.com
Berita Viral lainnya
jurnalis Al Jazeera
Israel
Gaza
Al Jazeera
Mohamed Moawad
Majelis Ulama Indonesia
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Anyndha Tri Rahmawati, Anak Penjual Soto Diterima Kuliah di UGM karena Buat Pembasmi Rayap |
![]() |
---|
4 Kasus Temuan Belatung dalam Menu Makan Bergizi Gratis, Pernah Terjadi di Tuban, Wali Murid Kecewa |
![]() |
---|
Sosok Kopda Bazarsah Divonis Mati, Pengelola Arena Judi Sabung Ayam yang Tembak 3 Polisi Lampung |
![]() |
---|
Nyanyian Zafika Bocah SD yang Simpan Kegetiran Hidupnya, Keinginan Belajarnya Luar Biasa |
![]() |
---|
Tangis Pendeta Gereja Punya Utang Rp6 M Akan Disita Bank, Dibantu Gubernur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.