Berita Viral
Tangis Pendeta Gereja Punya Utang Rp6 M Akan Disita Bank, Dibantu Gubernur
Entah karena persoalan apa, gereja pun tidak mampu membayar utang tersebut hingga terancam disita bank.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Seorang pendeta di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menangis di hadapan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Dalam video yang viral beredar, pendeta tersebut sedih karena gerejanya terancam disita oleh bank karena menunggak utang.
Pendeta tersebut diketahui bernama Paripurna Simatupang.
Baca juga: Siasat Komplotan Bobol ATM Kuras Saldo Korban Rp706 Juta Cuma Pakai Tusuk Gigi
Ia mengatakan, tanah gereja dijadikan jaminan ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Entah karena persoalan apa, gereja pun tidak mampu membayar utang tersebut, sehingga kini berada di ambang penyitaan oleh BPR.
Dalam video yang diunggah Dedi Mulyadi di media sosial, Pendeta Simatupang tampak beberapa kali menangis.
Sesekali ia menunduk ke bahu Dedi Mulyadi saat ngevlog untuk menyampaikan perkara tersebut.
Menurut Dedi Mulyadi, kasus tersebut adalah murni perkara perdata.
"Kalau gereja disita BPR, berarti harus bangun gereja baru," ujar Dedi yang dikonfrimasi ulang Kompas.com, Sabtu (9/8/2025).
"Itu lebih mahal, harus beli tanah lagi, urus izin lagi, dan kadang berpotensi menimbulkan konflik lingkungan, apalagi ini di Cianjur," imbuhnya.
Utang yang menjerat gereja tersebut mencapai Rp6 miliar.
Menurut Dedi, membayar tunggakan lebih bijak daripada membangun gereja dari awal.
Oleh karena itu, ia berjanji memfasilitasi solusi dengan mengajak para pengusaha Kristen untuk membantu menyelesaikan tunggakan utang.
"Saya akan cari teman-teman yang sama-sama Kristen, para pengusaha Kristen," kata Dedi.
"Untuk membantu membayar tunggakan ke BPR, sehingga gerejanya tetap berdiri dan BPR terlunasi," lanjutnya.

Selain itu, Dedi juga berencana menemui pihak pengadilan untuk meminta penundaan proses penyitaan.
Ia akan menggalang dukungan dari jemaah Kristiani dan pengusaha agar dana bisa terkumpul.
"Tugas saya memfasilitasi. Saya koordinasi dengan para pengusaha Kristen dan jemaat untuk melunasi. Kita selamatkan gereja ini," tegasnya.
Dedi juga meminta agar ibadah jemaah dilanjutkan, sambil ia mengusahakan untuk membantu pelunasan utang gereja.
Baca juga: 3 Anak Ketakutan Lihat Siput usai Dikurung Orang Tua di Rumah selama 4 Tahun, Dipaksa Pakai Masker
Kasus lainnya, pendirian gereja di Jalan Palautan Eres, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, sempat diwarnai protes warga.
Warga RT 02 dan RT 05 RW 03 Kalibaru sempat menggelar aksi penolakan pada Sabtu (5/7/2025), sejak pukul 09.00 WIB.
Aksi ini melibatkan ratusan warga yang mendatangi lokasi.
Peristiwa ini diceritakan oleh Irna (bukan nama sebenarnya), yang menjadi salah satu peserta aksi penolakan pada Sabtu lalu.
Menurut dia, unjuk rasa tersebut digelar bertepatan dengan momen peletakan batu pertama oleh pihak gereja sebagai tanda dimulainya pembangunan.
"Kamis itu sudah ada mediasi bersama warga dan lurah dengan pihak gereja, itu minta ditunda sementara," ujarnya.
"Tapi dua hari kemudian langsung bikin acara," imbuh Irna saat ditemui Kompas.com, Senin (7/7/2025).
Protes warga ini berakar dari rasa kecewa mereka karena tak ada komunikasi yang diupayakan pihak gereja kepada warga.
Mereka menuntut agar pembangunan dihentikan.
Menurut Irna, demo tersebut merupakan puncak kesabaran warga.
Lantaran agenda peletakan batu seolah mengabaikan keluhan warga yang pernah disampaikan dalam mediasi pada Kamis (3/7/2025).
Setelah didemo, pembangunan gereja ditunda sementara sambil menunggu keputusan final dari Pemkot Depok.
"Masyarakat itu sakit hati, jadi mereka (gereja) seperti tidak ada adab. Komunikasinya mereka itu kurang baik buat ngobrol sama kami yang jelas-jelas tinggal berdekatan," ungkap Irna.
"Kami bukan menolak gereja karena di sini juga sudah ada dua gereja yang aktif. Tapi, pihak mereka tidak ada sosialisasi ke warga," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan Mardi (bukan nama sebenarnya).
Ia menyebutkan, unjuk rasa kemarin baru bisa dibubarkan sekitar pukul 13.00 WIB.
Dirinya juga mengeluhkan sikap pihak gereja yang dinilai hanya memprioritaskan urusan administrasi ke perangkat pemerintah tanpa bersilaturahmi ke warga setempat.
"Karena ya itu, enggak ada mereka izin ke pihak RT atau minimal RW," tutur Mardi.
"Saya enggak suka itu, kok izinnya langsung ke pihak atas buat dapat perizinan. Harusnya lapor juga ke warga," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, warga di Kelurahan Kalibaru menolak adanya pembangunan gereja di lingkungannya, Jalan Palautan Eres, Kecamatan Cilodong, Kota Depok.
Pengamatan Kompas.com di lokasi pada Minggu (6/7/2025), terpasang sejumlah spanduk penolakan warga tepat di depan area lahan gereja.
Salah satu spanduk bertuliskan, "Kami warga menolak keras!!! Pembangunan gereja!".
Spanduk-spanduk penolakan warga ini bersinggungan dengan sebuah plang persegi panjang dan memiliki logo Pemerintah Kota Depok.
Plang ini merupakan tanda kepemilikan izin mendirikan bangunan (IMB) dengan nomor 6-15.8/0642/IMB/SIMPOK/DPMPTSP/2025 yang terbit pada 4 Maret 2025 untuk gereja tersebut.
Baca juga: Kaget PBB Naik 441 Persen, Mbah Tukimah Berharap Pajak Bisa Turun: Jaga Warung
Setelah mendapat penolakan warga, pembangunan gereja di Jalan Palautan Eres, Cilodong, Kota Depok, itu pun ditunda.
Penundaan pembangunan gereja ini diputuskan setelah Pemerintah Kota Depok menggelar mediasi dengan pihak gereja dan warga sekitar.
Mediasi ini digelar setelah aksi unjuk rasa yang dilakukan para warga RT 02 dan RT 05 RW 03 di depan lahan gereja pada Sabtu.
Pengamatan Kompas.com di lokasi, mediasi ini dihadiri oleh Kepala Bakesbangpol Depok Lienda Ratnanurdianny, Kepala Kemenag Depok Enjat Muhiat, camat dan lurah, pengurus perangkat lingkungan dan perwakilan pihak gereja.
Proses mediasi yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini digelar secara tertutup dengan penyampaian aspirasi secara bergantian.
"Ke depannya itu dikasih dua bulan sebelum gereja dibangun, warga saat itu sekiranya sudah nyaman dan menerima pihak gereja," ujar Kepala Kemenag Depok, Enjat Muhiat, saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Enjat mengatakan, mediasi ini harus dilakukan karena melihat adanya kesalahpahaman komunikasi antara warga dan pihak gereja.
Selama dua bulan penundaan pembangunan, pihak gereja diharuskan memperbaiki cara komunikasi dengan warga sekitar.
"Sehingga masyarakat perlu diajak bicara untuk mengetahui apa yang dimau. Tapi tadi sudah ketemu titik dan sepakat, sudah buat pernyataan juga," kata Enjat
Surat pernyataan berisikan tanda tangan kesepakatan pihak gereja dan warga saling memperbaiki komunikasi agar kondusif.
Perseteruan di antara kedua belah pihak ini berakar dari keresahan warga yang melihat komunikasi buruk tanpa sosialisasi terkait pendirian gereja.
"Tadi (faktornya) satu, karena ini masalah rasa, karena rasa ketidaknyamanan dari warga terhadap perilaku pihak gereja," ujarnya.
Baca juga: Ditelantarkan Anaknya yang PNS, Ramisih Nangis Tinggal di Kandang Sapi
Sementara itu, Pemkot Depok, Jawa Barat, meminta pembangunan Gereja GBKP Runggun Studio Alam di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, dihentikan sementara.
Permintaan ini dilakukan untuk menjaga kondusifitas setelah pembangunan gereja tersebut ditolak warga, Sabtu (5/7/2025).
Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspemkesra) pada Sekretariat Daerah (Setda) Kota Depok, Manguluang Mansyur, telah menemui perwakilan warga dan pihak gereja.
Pertemuan ini digelar di Kantor Kelurahan Kalibaru.
Menurut Mansyur, secara perizinan, pembangunan Gereja GBKP Runggun Studio Alam sudah sesuai persyaratan.
Bahkan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gereja GBKP Runggun Studio Alam sudah ada sejak 4 Maret 2025.
Setelah berkomunikasi dengan pihak gereja dan perwakilan warga, Mansyur meminta pembangunan gereja tersebut dihentikan sementara sampai ditemukan kesepakatan bersama.
"Kami menghormati keputusan masyarakat, jangan ada kegiatan dulu pembangunannya walau sudah ada peletakan batu pertama," katanya.
Mansyur meminta semua pihak yang berselisih agar sama-sama menghargai.
Warga juga dilarang melakukan tindakan anarkis dan pihak gereja tidak melanjutkan sampai ada kesepakatan bersama.
Sutradara Bongkar Fakta Ironi Ratusan Film Mengantre Tapi Merah Putih: One For All Bisa Tayang |
![]() |
---|
Kasus Cheryl Darmadi Anak Konglomerat yang Jadi Buronan Jaksa, Negara Rugi Rp 4,7 Triliun |
![]() |
---|
Tukimah Syok Tahun Ini Bayar Pajak Rp 872 Ribu Padahal Tahun Lalu Cuma Rp 161 Ribu |
![]() |
---|
Akibat Kencing Tikus 18 Warga Meninggal, Kasus Meningkat saat Musim Hujan dan Banjir |
![]() |
---|
Daftar Kebijakan yang Dicabut Bupati Pati Sudewo setelah Didemo soal Kenaikan PBB 250 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.