Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bukan Hura-hura, Warga Jember Peringati HUT RI Ke-80 dengan Sungkem ke Ibu, Jalani 'Restu Ibu'

Perayaan HUT RI Ke-80 di beberapa wilayah ternyata masih kental dengan budaya dan tradisi, seperti warga di Jember ini.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/Mega Silvia
RESTU IBU - Prosesi Restu Ibu dalam Festival Kampung Lortskal di Desa/Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur untuk memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia, Sabtu (16/8/2025) malam. 

TRIBUNJATIM.COM - Jika sebagian besar kota dan daerah di Indonesia merayakan HUT RI dengan hura-hura dan pesta rakyat, tidak dengan warga di Kabupaten Jember.

HUT RI ke-80 diketahui memang sarat akan berbagai makna dari setiap daerah yang merayakannya.

Di ibu kota misalnya, digelar karnaval hingga pesta rakyat untuk menyambut hari jadi Indonesia.

Tetapi warga Desa Kalisat, Kabupaten Jember merayakannya dengan cara berbeda.

Simak kisahnya berikut:

Gamelan Jawa mengiringi ritual sungkeman anak kepada sang ibu sebagai peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di Desa/Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Sebuah puncak perayaan menyambut 17 Agustus, Festival Kampung Lortskal (Festkal) itu sengaja mengusung tema 'Restu Ibu' yang menyimpan makna mendalam.

Paduan adat, budaya, dan tradisi yang masih kental di sebuah desa di Jember Utara, digelar pada Sabtu malam (16/8/2025).

Zuhana Anibudin Zuhro, Panitia Festkal, mengatakan HUT ke-80 RI adalah momentum untuk mengangkat kembali budaya yang masih berkembang di tengah masyarakat Kalisat.

Sungkeman yang berarti permintaan restu, kemudian sang ibu menyuapkan nasi adalah simbol bahwa ibu yang selalu memberi kepada sang anak.

Baca juga: Libur Hari Kemerdekaan, Volume Kendaraan di Kota Malang Naik, Polresta Malang Siagakan Personel

"Prosesi Restu Ibu menjadi penghormatan terhadap ingatan kolektif masyarakat lokal yang selama ini menjadi fondasi identitas sosial dan budaya," paparnya.

Dikatakan, selama ini tradisi meminta restu kepada ibu saat hendak merantau tak semata karena ajaran agama.

Tradisi ini pun merupakan budaya lama yang diekspresikan melalui berbagai ritual, seperti berjalan merangkak di bawah kaki ibu atau sang ibu memotong sedikit bagian rambut yang ada di tubuhnya untuk menjadi kalung sebagai bekal merantau.

Nama prosesi Restu Ibu, tambahnya, diambil dari nama sungai yang ada di Desa Ajung, Kecamatan Kalisat.

PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH RAKSASA - Bendera Merah Putih berkibar di Bukit Gelon, Pacitan, Jatim, Minggu (17/8/2025). Perayaan detik-detik proklamasi, sebuah bendera Merah Putih berukuran raksasa berhasil dikibarkan di Bukit Gelon, Pacitan, Jatim, Minggu (17/8/2025).
PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH RAKSASA - Bendera Merah Putih berkibar di Bukit Gelon, Pacitan, Jatim, Minggu (17/8/2025). Perayaan detik-detik proklamasi, sebuah bendera Merah Putih berukuran raksasa berhasil dikibarkan di Bukit Gelon, Pacitan, Jatim, Minggu (17/8/2025). (Edwin for Tribunjatim.com)

"Ada sungai yang dikenal dengan Restu Ibu, dulu kerap digunakan untuk mandi dan mencuci," terang dia.

Diiringi senandung gamelan Kyai Samudro, di utara Stasiun Kalisat, warga Kampung Lortskal hanyut dalam momentum sakral itu.

Peringatan 17 Agustus juga diawali dengan rangkaian karnaval sejak sore, selamatan, salawatan, dan ditutup dengan pengajian Kyai Badrus dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat.

Baca juga: Pemuda Surabaya Modif Motor Yamaha Grand Filano dengan Konsep Daily Style hingga Sabet Piala

Sementara itu di Trenggalek Jawa Timur, ada cerita menarik bertepatan dengan HUT RI.

Rasa sukacita dirasakan pasangan suami istri asal Desa Sumberingin, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Hariyanto (38) dan Nila Mustika (34), Minggu (17/8/2025).

Buah hatinya lahir tepat di HUT Kemerdekaan RI ke-80.

Bayi laki-laki tersebut lahir di RSUD dr Soedomo Trenggalek, pukul 05.45 WIB dengan berat 3,7 kilogram.

Nila mengaku tidak menyangka anak ketiganya itu bisa lahir tepat pada 17 Agustus, karena Hari Perkiraan Lahir (HPL) bayinya tanggal 9 Agustus 2025.

"Tidak menyangka lahir 17 Agustus karena HPL-nya tanggal 9 lalu mundur hari ini. Senang sekali (lahir hari ini) karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia," kata Nila, Minggu (17/8/2025).

Nila telah menyiapkan sejumlah alternatif nama untuk buah hatinya, satu di antaranya adalah nama yang mengandung unsur kemerdekaan, yaitu Mahardika.

Nama tersebut merupakan saran dari Direktur RSUD dr Soedomo Trenggalek, Rofiq Hindiono saat menjenguk dan mengucapkan selamat kepada dirinya.

"Insyaallah ada (unsur kemerdekaannya), bisa menggunakan saran dari pak direktur," lanjutnya.

Sementara itu, Rofiq menuturkan, bayi yang lahir pada 17 Agustus memang mendapatkan perlakuan istimewa dari RSUD dr Soedomo.

Ia akan dicatat dan didokumentasikan secara khusus oleh RSUD dr Soedomo yang kemudian diserahkan ke orang tua bayi.

Bahkan tahun ini, Rofiq berkesempatan untuk mengusulkan nama kepada bayi tersebut.

Baca juga: Kenakan Pakaian Tradisional hingga Karakter Anime, Warga Jombang Semangat Ikuti Upacara HUT RI ke-80

"Bayinya lahir dari keluarga muslim, bejenis kelamin laki-laki. Kalau sunnahnya Rasullullah namanya Muhammad atau Ahmad, sedangkan nama tengahnya dari ibu bapaknya sudah punya, nah untuk akhirnya saya ada saran Mahardika," kata Rofiq.

Mahardika, menurut Rofiq sangat pas digunakan untuk bayi laki-laki yang lahir tepat pada Hari Kemerdekaan.

Rofiq memastikan, bayi tersebut lahir secara normal.

Dan tahun ini tidak ada bayi yang lahir secara caesar di RSUD dr Soedomo, baik dari permintaan maupun sesuai HPL-nya.

"Sebenarnya yang lahir hari ini ada dua, namun yang satu IUFD (Intrauterine Fetal Death) atau lahir mati," pungkasnya.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved