Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kakek 60 Tahun Halusinasi Parah setelah Ikut Saran Diet ChatGPT, Tuduh Tetangga Meracuninya

Seorang kakek 60 tahun halusinasi parah setelah ikuti saran diet dari ChatGPT, chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI).

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/Galuh Putri Riyanto
EFEK DIET - Foto ilustrasi terkait berita kakek berusia 60 tahun menderita kondisi langka usai menerima saran diet dari chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI), ChatGPT. Hal tersebut dilaporkan dalam sebuah studi kasus yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine pada 5 Agustus 2025. 

Pria tersebut akhirnya ditempatkan dalam ruang psikiatri secara paksa setelah sempat mencoba melarikan diri selama perawatan.

Baca juga: Temui 5000 Wanita, Pria ini Saring Jodoh Pakai ChatGPT Sampai Menikah, Satu Saran Muncul: Seimbang

Dilansir dari USA Today, Rabu (13/8/2025), dokter menyebutkan, pria itu menderita keracunan bromida atau dikenal juga sebagai bromisme.

Kondisi itu dapat menyebabkan gejala neurologis dan psikiatris, serta jerawat dan angioma ceri (benjolan pada kulit), kelelahan, insomnia, ataksia ringan (kecanggungan), dan polidipsia (haus berlebihan).

Gejala lain dari bromisme dapat meliputi mual dan muntah, diare, kejang, kantuk, sakit kepala, lemas, penurunan berat badan, kerusakan ginjal, kegagalan pernapasan, dan koma.

Pada zaman dahulu, kondisi bromisme ini jauh lebih umum, karena garam bromida mudah ditemui dalam produk sehari-hari.

Namun, saat ini, garam bromida digunakan dalam obat-obatan tanpa resep, sering kali menyebabkan gejala neuropsikiatri dan dermatologis.

Pria itu kemudian dirawat di rumah sakit selama tiga minggu dan gejalanya secara bertahap membaik.


Perusahaan OpenAI menegaskan, ChatGPT tidak bisa digunakan sebagai saran kesehatan.

“Syarat dan ketentuan kami menyatakan bahwa ChatGPT tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan kondisi kesehatan apa pun, dan bukan pengganti nasihat profesional,” terang OpenAI.

“Kami memiliki tim keamanan yang bekerja untuk mengurangi risiko dan telah melatih sistem AI kami untuk mendorong orang mencari bimbingan profesional,” imbuhnya.

Sementara, studi yang meneliti kasus itu menyebutkan, AI berisiko memberikan informasi tanpa konteks.

ChatGPT dan sistem AI lainnya juga bisa menghasilkan ketidakakuratan ilmiah, dengan tidak memiliki kemampuan untuk membahas hasil secara kritis.

Hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan penyebaran informasi yang salah kepada para penggunanya.

Baca juga: Awalnya Pamer BB Turun usai Ikuti Cara Diet di Internet, Pria ini Syok Tangan Berubah Jadi Kuning

Dalam kasus lainnya, seorang pria menyesal diet cuma makan keju dan daging selama 8 bulan.

Pria di Florida, Amerika Serikat ini pun berujung ke rumah sakit.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved