Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

26 Tahun Nadia Mengurung Diri karena Gagal Ujian SMA, Rambut Kini Beruban hingga Rumah Penuh Sampah

Viral kisah wanita 26 tahun mengurung diri karena gagal ujian SMA. Wanita di Aljazair, Afrika Utara itu bernama Nadia.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
X @Eyaaaad
GAGAL UJIAN SMA - Nadia, wanita Aljazair, Afrika Utara mengurung diri selama 26 tahun karena gagal ujian SMA. Kini sudah beruban dan rumahnya penuh sampah. 

TRIBUNJATIM.COM - Viral kisah wanita 26 tahun mengurung diri karena gagal ujian SMA.

Wanita di Aljazair, Afrika Utara itu bernama Nadia.

Nadia akhirnya diselamatkan dan ceritanya menjadi viral di media sosial.

Melansir dari Tribunnews, rumah yang ditinggali Nadia tampak berantakan.

Pada tahun 1999, Nadia yang berusia 17 tahun mengikuti ujian SMA tetapi gagal. 

Dia menderita trauma psikologis mendalam yang membuatnya terkurung di kamar selama 26 tahun. 

Ia tidak pernah keluar sampai tetangga menemukannya dan melaporkannya kepada pihak berwenang, yang kemudian datang dan menyelamatkannya dari rumahnya yang penuh sampah dan bau busuk.

Nadia kini berusia 43 tahun, rambutnya telah ditumbuhi uban, dan saat ini ia tengah menjalani perawatan psikologis untuk menyelamatkannya dari trauma psikologis yang dialaminya.

Para tetangga mengatakan ia sulit dihubungi dan akan bersikap agresif secara verbal terhadap siapa pun yang mencoba mendekatinya. 

Bahkan saudara-saudaranya sendiri, yang tinggal serumah, dilaporkan tidak dapat membujuknya untuk pergi atau mencari bantuan.

Baca juga: Pilu Istri Sadbor Mengurung Diri setelah Suami Ditangkap Polisi, Renovasi Rumah Mandek: Enggak Kerja

Situasi tragis ini terungkap ketika seorang tetangga, setelah bertahun-tahun merasa khawatir, melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang. 

Hal ini memicu intervensi gabungan oleh pasukan keamanan dan unit perlindungan sipil, yang akhirnya berhasil menyelamatkan perempuan tersebut dari kurungannya.

Insiden ini telah memicu gelombang reaksi di media sosial, dengan para pengguna mengungkapkan keheranan yang mendalam dan mempertanyakan bagaimana kasus isolasi yang begitu lama dan parah bisa dibiarkan begitu saja. 

Banyak yang menyalahkan masyarakat dan keluarga, mempertanyakan apakah ada kelalaian yang disengaja terhadap kondisinya. 

Sentimen yang paling kuat adalah bahwa intervensi psikologis dini dapat mencegah tragedi tersebut berkembang ke tingkat yang begitu menghancurkan.

Baca juga: Prank Berujung Petaka, Ani Hanya Mengurung Diri Usai Gagal Nikah, Ayah Ceritakan Penyebab Depresi

Dalam analisis profesional kasus ini, sosiolog Abdel Hafiz Sondouqi mempertimbangkan implikasi mendalam dari insiden tersebut. 

Ia menjelaskan bahwa dampak trauma psikologis bersifat kompleks dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk sifat peristiwa traumatis dan sistem pendukung individu. 

Ia menekankan bahwa intervensi psikologis dan terapeutik yang tepat waktu sangat penting untuk pemulihan dan mencegah kondisi pasien memburuk. 

Sondouqi mencatat bahwa isolasi jangka panjang yang dialami perempuan tersebut merupakan gejala dari masalah sosial yang lebih luas di Aljazair-terkikisnya ikatan ketetanggaan dan solidaritas sosial, yang dulunya merupakan ciri khas komunitas tersebut. 

Ia memperingatkan bahwa fragmentasi sosial ini, sebuah fenomena yang sering dikaitkan dengan masyarakat Barat, telah berkontribusi pada peningkatan kasus isolasi yang tragis, bahkan di dalam keluarga. 

la menyimpulkan dengan menekankan kebutuhan mendesak akan sistem dukungan psikologis dan sosial yang lebih efektif untuk mencegah insiden serupa terulang kembali.

Kisah Lain

Sementara itu di Indonesia, seorang siswa SMP kecanduan game online sampai membolos sekolah.

Tak tanggung-tanggung, siswa SMP ini bolos selama setahun, hingga kisahnya viral di media sosial.

Kasus ini terjadi di Magetan, Jawa Timur.

Kebiasaan main game telah berlangsung sejak bocah tersebut di kelas 6 sekolah dasar.

Wiwin, kakak siswa tersebut mengatakan, setiap hari adiknya menghabiskan waktu di kamar untuk main game online.

"Awalnya kelas 6 itu mulai malas ngapa-ngapain kalau memegang HP."

"Sekolah kalau ada olahraga atau upacara atau pelajaran yang tidak disenangi pasti bolos."

"Pernah HP disembunyikan ibu, dia langsung marah," ujarnya seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (21/11/2024).

Wiwin berkata, kebiasaan adiknya main game online semakin parah saat masuk SMP.

Meski sering bangun kesiangan karena main game online, adiknya masih mau mengerjakan PR sekolah meski dengan konsekuensi terlambat datang ke sekolah.

Ketergantungan main game online semakin parah lagi ketika ibu mereka meninggal dunia.

"Sejak saat itu sudah jarang keluar, lebih banyak di kamar dan main game."

"Kalau diajak keluar, kami harus pastikan tempatnya ada WiFi atau jaringannya bagus dan tidak lama-lama karena penginnya kembali ke kamar main game," imbuhnya.

Meski demikian, kebiasaan adiknya belum terindikasi main judi online ataupun kebutuhan yang berlebihan untuk mendukung kebiasaan main game online.

Wiwin tidak tahu pasti apakah adiknya memiliki pendapatan dari kebiasaan main game itu karena tidak pernah meminta uang lebih.

"Kalau untuk kebutuhan, tidak pernah meminta uang lebih. Yang pasti kalau di rumah ada WiFi,” ucapnya.

Baca juga: Kakak Heran Lihat Adik Tantrum Kecanduan Game Online, Sering Mengurung Diri di Kamar: Harus ada WiFi

Wiwin berkata, saat ini memasrahkan nasib pendidikan adiknya ke pihak sekolah.

Pihak keluarga juga telah mengembalikan semua buku yang dipinjam ke sekolah.

Meski demikian, dia berharap adiknya tidak mengalami nasib putus sekolah.

"Kalau informasi terakhir tidak naik sekolah, tetapi masih tercatat sebagai siswa,” katanya.

Sementara itu, Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kabupaten Magetan, Irawan mengatakan, selama satu tahun terakhir pihaknya belum menerima laporan adanya siswa yang kecanduan ponsel hingga setahun tidak masuk sekolah.

"Sementara belum ada laporan, saya sudah kroscek, tapi informasinya mutasi ke Sulawesi ikut saudaranya. Selama ini tidak ada laporan ke dinas,” katanya.

Terkait tidak adanya laporan ke Dinas Pendidikan, menurut Irawan, ada prosedur dimana penyelesaian permasalahan dilakukan dengan tim pencegahan penangan sekolah atau guru BK.

Baca juga: Pantas Gadis SMP Mendadak Suka Mengurung Diri, Orangtua Menyesal saat Tahu Terlilit Utang: Pelajaran

Jika sudah tidak bisa mengatasinya, pihak sekolah disarankan melapor ke Dinas Pendidikan untuk ditangani satgas pendidikan, PPKB, dan Polres.

"Sampai saat ini belum ada laporan dari pihak sekolah, laporannya ini hanya dimutasi," ucapnya.

Sementara itu, Pj Bupati Magetan, Nizhamul meminta kepala Dinas Pendidikan memberikan solusi terhadap siswa yang bermasalah dengan pendidikan mereka. 

Dia berharap anak-anak yang bermasalah diberi bimbingan agar tidak sampai putus sekolah.

"Kami minta untuk ada pendampingan terhadap mereka agar permasalahan mereka bisa diatasi terkait permasalahan gadget maupun bullying,” katanya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved