Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Penjelasan Dinkes soal Insiden Kepala Bayi Putus saat Bersalin, Tak Terima Disebut Malpraktik

Tak terima disebut malpraktik, dinas kesehatan Tapanuli Tengah mengungkapkan kronologi versinya terkait kasus bayi kepala terputus.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews.com
PENJELASAN DINKES - Puskesmas Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara diduga melakukan malpraktek terhadap seorang warga yang hendak melahirkan viral di sosial media, Rabu (20/8/2025). Potongan layar curhatan keluarga korban di media sosial, (18/8/2025). 

Pada saat proses pemeriksaan terhadap ibu dan calon bayi, kata Lisna tekanan darah sang ibu cukup tinggi. 

"Kemudian sampai di sana, petugas kami melaksanakan pemeriksaan tekanan darah. Ternyata ibu alami  darah tinggi 160/80 mm hg.  Kemudian setelah dicek itu petugas kami berikan obat tensi diharapkan turun tensinya kan," ucapnya. 

Pada saat memastikan denyut jantung janin, Bidan awalnya tak percaya kalau janin sudah tiada. Akhirnya dilakukan pemeriksaan detak jantung sebanyak 4 kali.

"Petugas kami melakukan pemeriksaan kehamilan teryata di situ dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin sampai 4 kali bidan kami lakukan itu namun denyutnya sudah tidak terdengar lagi begitu.  Artinya bayi sudah meninggal di kandungan," tuturnya.

Keterangan tersebut kata Lisna ia dapat dari petugas Puskesmas Pinangsori yang berjaga pada hari itu.

"ini saya lakukan penyelidikan kepada petugas saya kepala puskesmas dokter bertugas bidan bertugas kami apa namanya cerita yang sejujurnya. Jadi info ini saya dapatkan berdasarkan audit dan investigasi," ucapnya. 

ARTI MIMPI - Ilustrasi bayi meninggal. Simak beberapa arti mimpi anak meninggal dunia.
Ilustrasi bayi meninggal. Simak beberapa arti mimpi anak meninggal dunia. (freepik.com)

Petugas Puskesmas Pinangsori mengarahkan pasien untuk rujuk.

Namun,  pada saat itu, Pihak Puskesmas tidak memberitahu ke pasien maupun keluarga pasien  terkait janin tersebut sudah tidak bernyawa.

"Segeralah dilakukan itu, petugas kami arahkan rujuk ke  RSUD Pandan, Tapteng. Supaya di sana pertolongan persalinan agar bayi bisa di keluarkan dan ibu selamat. Namun keluarga menolak mentah-mentah, sampai empat  kali juga petugas kami menyarankan rujuk tapi tetap ditolak," tuturnya. 

Alasan petugas tak memberitahu kondisi janin yang sudah tidak bernyawa ke keluarga pasien karena semua dalam keadaan panik.

"Kalau ibunya tidak dikasih tahu takut makin drop pasien. Dan tidak diberitahu ke keluarga atau suami pasien  karena semua dalam keadaan panik," jelasnya.

"Petugas kami bilang, kalau ibu bertahan dirawat berarti kami  (Puskesmas) hanya bisa melakukan keselamatan ke ibu dengan cara pemberian tindakan persalinan yang sesuai dengan ANC atau  asuhan persalinan normal. Ini seharusnya tindakannya di  rumah sakit  yang harusnya  operasi untuk mengeluarkan bayi," jelasnya.

Setelah ada persetujuan, bidan tersebut langsung melakukan proses persalinan normal

"Ternyata dalam perjalanan proses pemberian tindakan itulah si bidan ini kan,  si mamak tidak bisa lagi mengejan.   Kemudian  kontraksi juga sudah enggak ada.

Jadi terpaksa lah si bidan mencari ide,  kiat mengeluarkan janin dengan cara mendorong dari perut.  Jadi satu orang mendorong dari perut satu orang menarik kepala," jelasnya. 

Baca juga: Reaksi Kaget Terdakwa Kasus Mutilasi Koper Merah di Kediri usai JPU Tuntut Hukuman Mati, Syok

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved