Bahaya Bakar Sampah, Kebakaran di Tulungagung Sering Terjadi Karena Api yang Ditinggal
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Tulungagung telah menangani 39 kebakaran sejak Januari 2025
Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
Poin penting:
- Damkarmat Tulungagung mencatat telah menangani 39 kejadian kebakaran sepanjang 2025
- Pada bulan Agustus saja, 4 kebakaran disebabkan oleh pembakaran sampah di musim kemarau
- Damkarmat Tulungagung mengimbau warga untuk mengawasi pembakaran sampah dan tidak meninggalkannya tanpa mematikan api.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Tulungagung telah menangani 39 kebakaran sejak Januari 2025. Jika dirata-rata, angka kebakaran sejumlah 5 kejadian setiap bulan.
Termasuk di Bulan Agustus 2025 ini, sudah ada 5 kejadian kebakaran.
“Kita masuk ke kemarau basah, tapi belakangan panasnya lebih panjang. Ini yang ikut memicu kebakaran,” jelas Kasi Operasional Dinas Damkarmat Tulungagung, Bambang Pidekso.
Lanjutnya, kondisi panas dan kering ternyata ikut mengubah perilaku masyarakat Tulungagung.
Banyak warga yang melakukan pembakaran sampah selepas tengah hari sampai sore hari.
Pembakaran sampah ini setidaknya telah menyebabkan 4 kebakaran dari 5 kejadian yang ditangani.
“Penyebab kebakaran di Bulan Agustus ini mayoritas karena pembakaran sampah. Ini yang selalu kami peringatkan setiap kali sosialisasi,” sambung Bambang.
Baca juga: Lokasi Produksi Juragan Sepet di Tulungagung Terbakar, Bukan Kejadian Pertama
Dua dari kebakaran karena sampah ini nyaris mengancam sekolah.
Pertama di SMPN 1 Ngantru karena pembakaran daun tebu kering, kedua di SMAN 1 Karangrejo karena pembakaran sampah daun bambu.
Dua kejadian lainnya di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut karena pembakaran sampah sabut kelapa dan di Desa Kauman, Kecamatan kauman pembakaran sampah di dekat tumpukan kayu.
Untuk mencegah kebakaran, Bambang menyarankan agar warga mengawasi pembakaran sampah di saat cuaca kering dan panas.
“Rata-rata kebakaran terjadi setelah bakar sampah, kemudian ditinggalkan. Kalau mau ditinggal, lebih baik apinya dimatikan,” tegas Bambang.
Jika cuaca terus panas, Bambang yakin kebakaran karena pembakaran sampah akan terus terjadi, selama perilaku masyarakat tidak diubah.
Berbeda saat kemarau, di musim hujan kebakaran lebih disebabkan faktor teknis di rumah-rumah.
Yang paling sering adalah korsleting listrik atau kebocoran gas elpiji.
Bambang menyebut, peralatan non-SNI sering memicu korsleting dan kebakaran.
Salah satunya penggunaan kabel serabut untuk instalasi listrik.
Ada pula perilaku warga yang menggunakan sambungan T untuk sejumlah peralatan listrik di 1 titik secara bersamaan.
“Misalnya ada alat listrik dengan daya (watt) besar, kemudian dipasang dengan sambungan T. Nah, di titik T ini bisa ngefong sampai muncul api,” paparnya.
Nyala api dari sambungan T yang kelebihan beban ini bisa menyambar benda di sekitarnya, kemudian memicu kebakaran.
Selama ini kebakaran tidak pernah terjadi pada instalasi standar yang dibuat ahli listrik.
Kebakaran timbul pada jaringan tambahan yang dibuat pemilik rumah tanpa memperhatikan faktor keamanan.
kebakaran di Tulungagung
Tribun Jatim Network
jatim.tribunnews.com
berita Tulungagung
Damkarmat Tulungagung
Dukung Program Ketahanan Pangan, Ansor Jatim Sebar Benih Padi di Malang |
![]() |
---|
Mutasi Pejabat di Jombang Segera Digelar, Pemkab Urus Izin ke Pusat |
![]() |
---|
Pertamina SAF dari Minyak Jelantah Terbang Perdana, Catat Sejarah Baru Energi Hijau Indonesia |
![]() |
---|
Dalberto Cetak Brace, Bawa Arema FC Menang atas Bhayangkara FC dengan Skor 2-1 |
![]() |
---|
Kabupaten Pacitan Kini Punya Tagline Baru : 70 Mile Sea Paradise |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.