Bambang Suprapto Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo mengatakan, yadnya kasada ini memang acara rutin yang dilakukan suku tengger setiap satu tahun sekali.
"Ini merupakan pesan suci dari leluhur kami. Makanya, kami akan melakukan hal ini setiap tahunnya. pesannya itu, membawa hasil bumi di kawah bromo sebagai tanda menghormati leluhur tengger," katanya kepada Surya.co.id
Bambang mengatakan, makna kasada ini sebenarnya untuk mensyukuri nikmat yang sudah didapatkan. Motivasi masyarakat bahwa apa yang sudah didapatkan ini merupakan berkah dari leluhur dan alam semesta.
"Kami hanya memberikan kewajiban bahwa apa yang didapatkan ini campur tangan dari leluhur dan alam. Semoga yadnya kasada tahun inj membawa berkah bagi suku tengger untuk satu tahun ke depannya," paparnya.
Baca: Demi Eksotika Bromo, Yadnya Kasada Digelar Berbeda dan Super Meriah, Begini Rangkaian Acaranya
Sementara itu, peringatan Yadnya Kasada ini juga membawa dampak negatif untuk sekitar kawasan lautan pasir.
Wisatawan kurang bertanggung jawab. Lautan pasir dijadikan tempat pembuangan sampah. Banyak sampah plastik dan non plastik berserakan di lautan pasir.
Kondisi ini jelas merusak pemandangan Bromo secara umum. Hingga berita ini ditulis, belum ada upaya pengambilan sampah oleh pihak terkait dan yang bertanggung jawab memungut sampah ini.
Kendati demikian, jumlah pengunjung Bromo untuk tahun ini diperkirakan sudah mengalami kenaikan sekitar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam waktu yang sama, yakni pelaksanaan kasada.
Diperkirakan tahun ini, jumlah pengunjung mencapai lebih dari 5.000 wisatawan. (Surya/Galih Lintartika)