Saat perumusan Sumpah Pemuda, dia kerap menyumbangkan ide-ide brilian.
Amir juga merupakan aktivis anti Jepang dan pernah terancam hukuman mati.
(Korban Ledakan Pabrik Petasan Dapat Uang Kompensasi dari Perusahaan, Ini Rencana Korban)
10. Mohammad Roem
Merupakan aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum.
Rasa nasionalisme dalam dirinya terbakar setelah mendapatkan perlakukan diskriminatif di sekolah Belanda.
Akhirnya, pria yang sering disapa Moh Roem ini bertekad untuk ikut serta dalam perumusan ikrar Sumpah Pemuda.
11. AK Gani
Pria bernama asli Adnan Kapau Gani ini merupakan aktivis pemuda yang lahir di Palembang, Sumatra Barat pada tahun 1905.
Dia bergerak dalam organisasi Jong Sumatra Bond.
12. Kartosoewirjo
Pria bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosiewirjo ini merupakan pemimpin DI/TII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia.
Walau begitu, dia merupakan salah satu tokoh penting dalam pembuatan Sumpah Pemuda 1928.
13. Kasman Singodimedjo
Perintis keberadaan Pramuka di Indonesia.
Dia juga dikenal sebagai orator yang ulung.
Pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini pernah menjabat sebagai Jaksa Agung INdonesia dari tahun 1945 hingga 1946.
(Poster Sudah Dirilis, Ini 5 Fakta Film Keluarga Tak Kasat Mata yang Kisahnya Viral di Dunia Maya)
14. Siti Soendari
Siti Soendari merupakan satu dari perempuan yang berkesempatan menyampaikan pidatonya saat Kongres Sumpah Pemuda.
Seperti yang ditulis penulis memoar ‘Peranan Gedung Kramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda,’ Mardanas.
“Siti Soendari berbicara dalam bahasa Belanda yang diterjemahkan oleh Muhammad Yamin. Dia menanamkan bahwa rasa cinta tanah air terutama pada wanita harus ditanamkan sejak kecil dan bukan untuk pria saja,” tulis Mardanas.
15. Emma Poeradiredjo
Begitu pula dengan Emma Poeradiredjo.
Ia merupakan aktivis Jong Islamieten Bond cabang Bandung.
Dalam pidatonya, ia mengajak perempuan agar terus ikut andil dalam pergerakan.
(Wajib Registrasi Ulang Kartu SIM Prabayar, Simak 8 Poin Penting, Mulai Cara Daftar hingga Aturannya)
16. Poernamawoelan
Pada sidang kedua, Poernamawoelan mendapatkan kesempatan berpidato.
Berbeda dengan dua perempuan sebelumnya, Poernamawoelan yang memang seorang guru, berbicara tentang pendidikan.