TRIBUNJATIM.COM - Razan al-Najjar, tewas ditembak tentara Israel saat merawat demonstran yang terluka di jalur Gaza.
Najjar yang saat itu memakai seragam medis, ditembak tepat di bagian dada.
Saat berusaha diselamatkan, nyawa petugas medis asal Palestina ini tak tertolong.
Perempuan 21 tahun tersebut kemudian meninggal dunia.
Diduga lakukan Ratusan Dana Desa, Kades Sembayat Ditahan Kejari Gresik
Dengan berita kematiannya, Razan bisa menjadi salah satu contoh bahwa menjadi paramedis relawan di Gaza memang tidak mudah.
Meski mereka punya niat suci untuk menyelamatkan korban dari luka akibat serangan.
Dilansir dari Intisari, berikut beratnya perjuangan menjadi petugas medis di Jalur Gaza.
1. Paramedis tetap diserang
"Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun yang tidak terkait dengan Razan.
Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan bahwa dia berdiri di samping Razan ketika ditembak.
"Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan yang langsung mengenai Razan. Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami."
Caretaker Djoko Susilo Sukses Jadikan Alberto Supersub Madura United
"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, kemudian dia mulai menangis, 'Punggunggku, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah.
"Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami, dan tas medis, siapa kami sebenarnya," tambahnya.
2. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April 2018, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah tugas dan tanggung jawabnya untuk membantu orang-orang yang terluka.