“Kalau Sabtu dan Minggu biasanya bapak-bapak ngebor pipa itu dibuat lubang buat tempat potnya, kalau ibu-bunya nempelin flanel ke pot buat meresapnya air,” ucapnya.
Menurutnya, kerjasama warga untuk menggalakkan kampung hidroponik cukup besar. Tiap harinya, warga bergantian merawat tanaman selada tersebut. Mulai dari mengecek aliran air hingga nutrisi tanaman.
“Kami juga titip ke rumah yang didekat hidroponik buat kut merawatnya, nanti listrik dan air diganti kampung,” katanya.
Baca: Harganya Mahal, BBKSDA Ungkap Pemilik Ikan Arapaima Gigas yang Kaya Raya
Yanti Sulistyowati (33) menambahkan, hasil panen selada ini akan didapat setelah 30 hari. Hasilnya dijual ke kenalan, warga lain dan teman kantor warga. Karena besarnya peminat, harga jual selada inis empat mencapai Rp 10.000 perpot, namun kemudian diturunkan menjadi Rp 7.000.
“Harga hidroponik dan biasa kan beda, meskipun mahal banyak yang mau beli. Ke depan hasil panen juga akan masuk kas untuk mengembangkan hidroponik lagi. Harapannya nanti setiap rumah bisa punya hidroponik,” pungkasnya. (Surya/Sulvi Sofiana)
Baca: Mahasiswa Unair Ubah Daun Ashitaba, untuk Penyembuhan Radang Paru Akibat Asap Rokok