Sebut NU Tinggal Fosil Jika Ma'ruf Amin Kalah, BPP Prabowo Jatim: Provokatif & Pecah Belah Umat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Harian BPP Prabowo-Sandi Jatim, Anwar Sadad

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandi di Jawa Timur menyayangkan pernyataan KH Anwar Iskandar.

Sebelumnya, beredar video pernyataan Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri tersebut yang mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) tinggal fosil andai Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin kalah di pemilihan presiden.

Video tersebut beredar di beberapa aplikasi media sosial dan pesan instan. Di dalam cuplikan video tersebut, Kiai Anwar menyebutkan apabila Kiai Ma'ruf kalah di pilpres maka Nahdlatul Ulama akan menjadi fosil.

Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Jatim Gelar Nobar Debat Cawapres 2019 di Sejumlah Titik

Jokowi-Maruf Dapat Dukungan dari 2700 Santri Ponpes Bustanul Ulum Pamekasan di Pilpres 2019

Menanggapi video tersebut, Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Jatim memberikan pernyataan.

Ketua Harian BPP Jatim, Anwar Sadad menegaskan bahwa arah dari pernyataan itu dapat dibaca bahwa Kiai Anwar ingin mengatakan bahwa di belakang Paslon 02 ada kekuatan Islam (lain) yang berkonsolidasi.

Soal Prabowo Marah-marah dari Atas Mobil, Dahnil Anzar Unggah Video Permintaan Maaf Tim Pengawalan

Kekuatan ini sedang membangun kekuatan untuk menjadikan Islam mainstream dan para Ulama NU (yang diklaim berada di belakang Paslon 01) sebagai ‘fosil’ di masa depan.

"Pernyataan ini amat provokatif. Bernuansa memecah-belah umat. Membuat garis batas antara ‘kami’ dan ‘kalian’. Ini seperti membangun kembali tembok tribalisme yang telah dengan sekuat-tenaga dirobohkan di zaman Rasulullah SAW," kata Sadad ketika dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (20/3/2019).

Padahal menurut Sadad, muqaddimah Qanun Asasi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, pendiri NU, dibuka dengan ide tentang ijtima’, ta’aruf, ittihad, dan ta’aluf.

Qanun Asasi bagi warga NU adalah spirit perjuangan, sudah seharusnya dihayati dalam perilaku berjamiyah.

"Sebagai ulama, amat disayangkan KH Anwar Iskandar membingkai perbedaan pilihan dalam Pilpres sebagai ‘pertempuran’ kelompok Ahlussunnah Waljamaah vis-a-vis Non-Ahlussunnah Waljamaah," kata Sadad.

Sadad juga menilai Kiai Anwar telah berilusi bahwa kekalahan pihaknya dalam pilpres nanti akan berdampak pada kehancuran kekuatan Islam Ahlussunnah Waljamaah di bumi nusantara.

"Ini kan seperti menutup mata terhadap fakta banyak tokoh-tokoh NU, beberapa di antaranya bahkan adalah keturunan langsung para Pendiri NU, dengan tegas telah memihak Paslon 02," katanya.

Menurut Ketua Dewan Pakar Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) ini, jauh lebih bijak jika KH Anwar Iskandar membingkai perbedaan pilihan Pilpres sebagai perbedaan ijtihad politik.

Sebab, sebagai ijtihad selalu ada ruang untuk berbeda.

"Ruang bagi perbedaan aspirasi politik bagi Warga NU diizinkan asalkan berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadhu’, dan saling menghormati sebagaimana tercantum dalam ‘Sembilan Pedoman Politik Warga NU’ yang menjadi Keputusan Muktamar NU XXVIII di Krapyak Yogyakarta Tahun 1989," tegas Anggota DPRI Jatim ini.

Halaman
12

Berita Terkini