TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dari 13 wali kota yang menghadiri Rapat Koordinasi Komisariat Wilayah IV (RAKORKOMWIL IV) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ke-15 di Surabaya, 22-24 Maret 2019, tujuh di antaranya dijadwalkan ikut menanam pohon di Taman Harmoni dekat Hutan Bambu, namun gagal karena turun hujan.
Sebagai pengganti, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang hari itu duduk di kursi roda, telah menyiapkan rencana cadangan.
Para wali kota diajak menyaksikan perkembangan Kota Pahlawan lewat mal layanan publik Gedung Siola.
"Mohon maaf, karena turun hujan sehingga tidak memungkinkan, kita ada plan B, yakni ke Gedung Siola," ujarnya dalam balutan jas hujan berwarna merah muda, Jumat (22/3/2019).
(Kisah Sepatu Docmart Favorit Tri Rismaharini, Dibeli Saat Diskonan dan Bantu Wali Kota Blusukan)
Begitu sampai di Gedung Siola, Risma langsung menuju ruang 112 Command Center dan menjelaskan kepada para wali kota cara kerjanya.
Kemudian, rombongan melanjutkan tur ke PUSPAGA, lalu Koridor, co-working space milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
"Anak-anak itu bikin usaha di sini, mereka yang usaha online. Ini buka 24 jam, kita sediakan co-working space. Ini dulu jembatan, terus pertokoan," tuturnya.
Ia mengatakan, Koridor merupakan tempat anak-anak muda mengawali start up mereka. Jika bisnis sudah besar, biasanya mereka akan menyewa kantor.
"Jadi mereka desain produk, packaging, branding, dan lain-lain itu di sini," katanya.
Jefri Riwu Kore, Wali Kota Kupang, mengaku terkesan dengan program-program Pemkot Surabaya, utamanya Koridor.
Menurutnya, keberadaan Koridor menunjukkan pemimpin yang sudah memahami potensi anak muda sekaligus pengelolaannya.
(Tri RIsmaharini Pastikan Area Tembak Taraf Internasional Milik Surabaya Rampung Tahun 2019)
(Pemkot Surabaya Target Punya 5 Rumah Kompos Tahun Ini, Tri Rismaharini: DPR RI Sampai Tanya)
"Ini harusnya punya pemikiran jauh pemimpinnya. Mereka sudah punya wawasan bahwa pemuda punya kekuatan luar biasa, jadi bisa dikelola dengan baik lewat pembangunan start up," ujar ayah dua anak ini.
Satu hal yang sangat bagus menurutnya adalah bagaimana Pemkot memberikan modal awal pada anak muda, dengan memberi tempat, lokasi dan fasilitas.
Sehingga, anak-anak muda tak lagi bermimpi untuk kerja di bawah perintah orang, tetapi membuka lapangan pekerjaan sendiri.
"Di Kupang belum organized. Ada anak-anak yang punya start up, tapi kita kendala di anggaran dan sebagainya," ucap Wali Kota Jefri.
"Memang kita hanya ada anggaran 175 miliar, Surabaya kan sekian triliun. Memang tahap awal sudah mulai ada start up yang dikembangkan," ungkapnya.
Ketua APEKSI Regional IV, Dewanti Rumpoko, turut mengapresiasi kinerja dan inovasi Pemkot Surabaya dalam membangun gedung Siola itu.
"Saya cuma punya satu kalimat, di sini kita tahu bahwa pemerintah itu ada untuk masyarakat, semua fasilitas dan semua apa yang dibutuhkan untuk masyarakat ada di sini. Jadi, judulnya Pemerintah Kota Surabaya ada untuk masyarakat,” kata Wali Kota Batu ini.
Menurut Dewanti, banyak hal yang dapat dipelajari dari Surabaya dan dapat diimplementasikan di daerah-daerah anggota APEKSI, termasuk di Kota Batu.
Satu di antara yang akan diterapkan oleh Dewanti di Kota Batu adalah penerapan CCTV yang menjangkau hingga ke pelosok kota.
“Mungkin seperti CCTV di seluruh pelosok. Apalagi kota kami kan kota pariwisata, sehingga untuk keamanan dan kenyamanan para wisatawan, CCTV itu sangat penting untuk memantau situasi dan kondisi, supaya para wisatawan nyaman,” pungkasnya.
Reporter: Surya/Delya Oktovie
(Pemkot Surabaya Target Punya 5 Rumah Kompos Tahun Ini, Tri Rismaharini: DPR RI Sampai Tanya)