Kilas Balik

Jawaban Gus Dur Soal Pinjam Uang Rp 5 Juta Bikin Alissa Wahid Nangis, Jadi Kenangan Menyakitkan

Penulis: Januar AS
Editor: Melia Luthfi Husnika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jawaban Gus Dur Soal Pinjam Uang Rp 5 Juta Bikin Alissa Wahid Nangis, Jadi Kenangan Menyakitkan

"Medali tersebut ditemukan oleh seseorang di Surabaya. Beruntung, belum sempat dijual dan diinformasikan kepada saya," katanya.

Gatot lantas menanyakan kepada keluarga Gusdur melalui jaringan Gusdurian. Benar, medali yang diciptakan untuk mengenang Ramon Magsaysay, Almarhum Presiden Filipina itu hilang.

"Kami mendengar barang itu sangat laku di Singapura. Beruntung, kolektor itu langsung menghubungi saya," katanya.

Ia mengaku menjadi salah satu pengagum Gusdur dan mengingat sejarah panjang penerimaan medali itu. Medali itu diberikan saat Gusdur belum menjabat Presiden melainkan saat masih menjadi Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Medali ini diberikan sebagai hadiah sekaligus untuk menyebarluaskan keteladanan integritas mantan Presiden Filipina, Ramon Magsaysay.

Di antaranya di bidang menjalankan pemerintahan, kegigihannya dalam memberikan pelayanan umum, serta idealisme pragmatisme dalam lingkungan masyarakat berdemokratis.

"Gusdur laik menerimanya. Beliau adalah tokoh yang berjasa untuk membantu mengembalikan legalitas hak sipil, khususnya orang terdekreminasi. Di antaranya tionghoa," kata Gatot yang juga Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Jawa Timur ini.

Sifat Gusdur tersebut sangat laik untuk diteladani di era milenial saat ini. "Mungkin banyak yang belum mengenal Gusdur, terutama kalangan milenial. Penghargaan ini bisa menjadi bukti sejarah keteladanan Gusdur," katanya.

Di sisi lain, Alissa pun berterimakasih dengan kembalinya medali tersebut. Alissa tak memungkiri bahwa Gusdur kerap kali kehilangan berbagai macam barang. "Kami sangat senang medali ini kembali. Sebab, ini merupakan bagian dari garis perjuangan Gusdur," kata Alissa.

Menurutnya, penghargaan ini memiliki nilai besar sebab hanya tokoh tertentu yang dapat menerimanya. "Ini penghargaan yang sangat bergengsi atas kepemimpinan beliau di NU," katanya.

"NU di bawah kepemimpinan Gusdur menjadi organisasi Islam tradisional. Namun, bersikap progresif dan memajukan demokrasi," jelas Alissa.

Oleh karenanya, pihaknya menegaskan bahwa penghargaan ini menjadi sangat bernilai. "Ini adalah jejak dari kepemimpinan Gusdur. Medali ini menunjukkan peran Gusdur sebagai pemimpin," kata Koordinator Gusdurian ini.

Kedepan, Gusdur dapat menjadi tauladan pemerintah kedepan dalam mejaga keberagaman. "Pancasila harus dibumikan, meskipun ini tidak mudah. Pemerintah ke depan harus bisa memiliki strategi nasional dalam membangun ideologi bangsa," kata Alissa.

"Jadi, jangan hanya slogan atau seremonial perayaan Pancasila. Namun, harus menyiapkan strategi yang mendorong transformasi sosial," katanya.

Pihaknya mengaku kehilangan medali penghargaan ini sejak saat menginventarisasi barang milik Gusdur pasca lengser dari presiden pada 2001 lalu. "Saya yang bagian mengumpulkan barang milik Gusdur di istana untuk kemudian dibawa keluarga," katanya.

Medali itu kemungkinan tertinggal di istana sebab tak semua barang Gusdur dibawa, terutama penghargaan.

"Sebab, sebagian penghargaan diterima Gusdur sebagai presiden, sehingga seharusnya tetap berada di istana. Namun, sepeninggalan Gusdur mungkin saja diambil orang dan kemudian berganti kepemilikan hingga sampai di Surabaya ini," katanya.

Berita Terkini