Namun sering kali pihak desa harus bersitegang dengan petugas SPBU, agar warga diperbolehkan membeli bahan bakar bersubsidi.
“Saya sampai bilang, pindah saja dari Jarakan kalau petani tidak boleh membeli BBM bersubsidi,” tegas Su’ad Bagyo.
Dari delapan hektar sawah yang kekeringan, empat hektar adalah sawah bengkok perangkat desa.
Bengkok ini biasanya digarap oleh petani penyewa dari warga Jarakan sendiri.
Bagi para penyewa, mereka hanya mau menyewa sawah yang bisa ditanami padi sekurangnya dua kali.
“Jadi mereka rugi kalau hanya bisa tanam padi sekali saja. Dampaknya tidak ada yang mau menyewa tanah tadah hujan,” ungkap Su’ad Bagyo.
• Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Ajak Anak Muda Ambil Peran dalam Pembangunan Kota Surabaya
Dari informasi yang didapat di lapangan, bukan hanya sawaj di Desa Jarakan yang tidak lagi mendapat pasokan air.
Namun tiga desa lainnya, Kauma, Tiudan dan Bolorejo juga mengalami hal serupa.
“Percuma kita bangaun saluran irigasi begitu bagus, tapi airnya tidak ada,” pungkas Su’ad.
Berulang kali surya.co.id menghubungi Kepala Sub Divisi ASA I/3 Perum Jasa Tirta, Hadi Witoyo.
Namun yang bersangkutan tidak merespon. (David Yohanes)
• Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Nongkrong Bareng Karang Taruna, Serap Gagasan Anak Muda Surabaya