UMKM Berbasis Sociopreneur Batik Wistara, Jadi Wadah Berkarya Kaum Difabel di Surabaya

Penulis: Fikri Firmansyah
Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(tengah, batik hijau) Ariyono Setiawan selaku Owner Batik Wistara saat berfoto bersama karyawan dari Batik Wistara di rumah produksi Batik Wistara di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No. 56B, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jumat (20/12/2019).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Batik Wistara merupakan UMKM asal Kota Surabaya yang memiliki visi sosial tinggi.

Batik Wistara berdiri pertama kali pada tahun 2010 dengan 3 karyawan.

Kini, Batik Wistara mampu berkespansi secara nasional.

Batik Wistara terletak di daerah Juanda.

Seiring berjalannya waktu, Batik Wistara semakin berkembang hingga ke tengah kota Surabaya, yakni di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No.56B, Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

Batik Wistara yang dipimpin oleh Ariyono Setiawan kini sudah memiliki 18 karyawan. Menariknya, dari keseluruhan karyawan Batik Wistara ini merupakan para difabel.

"Karyawan saya saat ini ada 18 dan semuanya difabel, semuanya tuna rungu dan tuna wicara," kata Owner Batik Wistara, Ariyono Setiawan saat ditemui TribunJatim.com di rumah produksi Batik Wistara di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No.56B, Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jumat (20/12/2019).

PENGAKUAN Saksi Lihat Truk Kontainer Muat Mebel Kayu Terbakar di Depo Tanto, Ada Suara Ledakan Keras

KRONOLOGI Truk Kontainer Bermuatan Mebel Kayu Terbakar di Depo Tanto III Surabaya, Karena Korek Api?

Para penyandang disabilitas yang juga karyawan dari Batik Wistara saat mengerjakan produk di rumah produksi Batik Wistara di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No. 56B, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jumat (20/12/2019). (TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH)

Ariyono Setiawan menceritakan, awal mula membangun bisnis batik tersebut di daerah Juanda.

Hanya karena sesuatu hal, akhirnya Ariyono Setiawan memindahkan basis bisnisnya di kantor sekaligus yang sebagai rumahnya yakni di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No.56B, Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

Agar bisnis terus bertahan, Ariyono Setiawan menjelaskan, ia harus bisa konsisten pada apa yang sudah dimulai.

Menghadapi hambatan-hambatan tersulit yang hampir saja membuatnya menyerah, justru menjadi titik balik suksesnya bisnis batik tersebut.

"Yang jelas kuncinya itu konsisten. Harus punya konsistensi dan kemauan yang kuat. Memulai usaha ini tujuannya untuk apa itu harus jelas dan terus ditanamkan dalam diri," kata pria lulusan Magister Elektro ITS tersebut.

Sejak awal, Ariyono Setiawan merintis usahanya sebagai sebuah sosiopreneur yang melibatkan anak-anak difabel.

Ariyono Setiawan menjelaskan, banyak hambatan yang telah dilaluinya sejak pertama kali mendirikan usaha.

"Batik Wistara ini jalannya tidak selalu mulus, banyak menemui kendala namun tetap konsisten dikerjakan. Kalau suka pasti bisa berkembang," ujarnya.

Saat ini, pemasaran Batik Wistara sudah mencakup wilayah nasional atau seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, beberapa produk Batik Wistara juga sering dijadikan cinderamata atau oleh-oleh untuk dibawa ke luar negeri.

Kasus Amblesnya Jalan Gubeng, Jaksa: Kuatkan Dakwaan Lokasi Proyek Tak Pernah Ditanam Bentonit

Kasus Jalan Gubeng Ambles, Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Gelar Sidang Peninjauan Setempat

Para penyandang disabilitas yang juga karyawan dari Batik Wistara saat mengerjakan produk di rumah produksi Batik Wistara di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No. 56B, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jumat (20/12/2019). (TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH)

"Kalau pemasarannya sendiri kami via offline dan online. Onliennya kami lewat Instagram, Facebook dan e-Commerce," kata Ariyono Setiawan.

Karena tak memiliki Sales Marketing, Ariyono Setiawan mengaku, menjajakan produk via offline dengan door to door ke beberapa kantor dan instansi.

"Kami nggak ada sales marketing. Wistara ini kalau dibilang ya masih one man show. Saya yang desain, marketing dan jualan," ujarnya.

Ariyono Setiawan menyatakan, masih belum bisa mengarah pada target ekspansi ekspor.

Namun ia memang berkeinginan untuk menuju ke arah sana.

"Batik Wistara ini masih terkendala proses produksi untuk menjangkau pasar ekspor. Namun sekarang omzet cukup lah. Lumayan. Sebulan bisa jual 100 pcs batik dengan range harga Rp 200 ribu - Rp 500 ribu," jelas Ariyono.

Pemesanan produk Batik Wistara banyak yang berupa seragam atau kain lembaran.

Pasalnya, konsep Batik Wistara sebagian besar dibuat untuk seragam, baik kemeja atau dress untuk kantor.

"Makanya batik yang kami tawarkan itu kombinasi dari batik cap dan tulis. Kalau batik tulis full untuk seragam bakal kuwalahan," tuturnya.

Demi Foya-Foya Rayakan Tahun Baru, 3 Pria Ini Curi Besi Galvalum di Pergudangan Margomulyo Surabaya

Libur Natal dan Tahun Baru, Arumi Bachsin Ajak Masyarakat Menikmati Desa Wisata di Jawa Timur

Motif yang ditawarkan pada konsumen merupakan motif abstrak dengan kombinasi cara pembuatan teknik cap dan tulis.

Untuk tren batik yang paling diminati menurut Ariyono adalah motif dengan warna cerah.

Batik Wistara yang terdafatar dalam CSR PLN UIP JBTB II selama satu tahun terakhir ini terus berkembang.

Saat ditemui wartawan TribunJatim.com, Ariyono Setiawan menceritakan, Batik Wistara sempat ingin berhenti beroperasi.

Hal tersebut dikarenakan tidak ada karyawan sama sekali yang bekerja di Batik Wistara.

"Saya pernah mengalami suatu kendala. Sempat ingin berhenti Batik Wistara ini. Saat itu pada tahun 2013 Wistara kehilangan semua karyawan. Tidak ada yang bekerja lagi, sama sekali," tutur Ariyono Setiawan.

"Saya sebagai yang mempunyai wadah ini jadi down karena tidak ada SDM dan karyawannya," imbuhnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Batik Wistara bisa bangkit dan kembali mendapatkan karyawan.

Menurut Ariyono Setiawan, Batik Wistara pertama kali mendapatkan para karyawan disabilitas dari Dinas Sosial Jawa Timur yang berada di Bangil, Pasuruan.

Polresta Sidoarjo Gelar Pemeriksaan Kesehatan dan Tes Urine bagi Sopir Bus, Ini Tujuannya

Sambut Hari Ibu Tanpa Asap Rokok Bersama Wanita Indonesia Tanpa Tembakau Jawa Timur

Di Bangil terdapat UPT Rehabilitasi Cacat Rungu Wicara ayng membina para difabel. "Nah setiap tahun ada pelepasan kami diundang. Mereka (para disabilitas) juga akan ditawarkan mau atau nggak ikut dengan kami di Wistara," paparnya.

"Sejak saat itu, saya memfokuskan kegiatan bisnis ini sebagai sosiopreneur yang menjadi wadah adik-adik difabel untuk berkarya," kata Ariyono Setiawan.

Ariyono Setiawan mengungkapkan, dalam membina karyawan difabelnya, ia harus memiliki kesabaran dan telaten.

Dalam prosesnya, Ariyono Setiawan berkata dirinya lebih banyak 'ngemong' dan membimbing karyawannya. Menurutnya, bekerja dengan adik disabilitas dirinya harus banyak pemakluman.

"Kalau normal bisa ditarget. Tapi kalau adik-adik ini kita amati ritmenya. Ada yang cepat dan dapat banyak, tapi ada juga yang hati-hati," ujarnya.

Ariyono Setiawan mengajak semua karyawan difabel tersebut tinggal di rumahnya karena panggilan jiwa.

Pun Ariyono Setiawan menyebut, tidak suka dengan kondisi rumah yang sepi.

Dan tentu ia lebih senang jika rumahnya diramaikan oleh para karyawan difabel binaannya.

Saat ini, 18 karyawan difabelnya berada di range usia produktif, yakni usia 16-30 tahunan.

Menyambut Hari Ibu, Warga Binaan Rutan Medaeng Menangis Haru Saat Sungkem dan Basuh Kaki Orang Tua

Desak China Hentikan Kekerasan ke Uighur, GUIB Jatim: Kebebasan Beragama Adalah Hak Asasi Manusia

Berita Terkini