Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ( PWNU Jatim ) menyerahkan penerapan new normal life di Pondok Pesantren ke masing-masing pengasuh ponpes.
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar menjelaskan hal tersebut telah dibahas dalam rapat pengurus PWNU Jatim.
"Kita menyerahkan ke pengasuh masing-masing. Tentu setelah memperhitungkan kerawanan dan menegakkan protokol sebisa mungkin dan pamit ke pemerintah setempat serta satgas Pemda setempat," kata KH Marzuki, Rabu (3/6/2020).
• Maia Pasang Badan saat Kekurangan Fisik Dul Jaelani Disinggung, Bela Ahmad Dhani? Lihat Tulisannya
• VIRAL Video Detik-detik Bayi Dikubur Hidup-hidup Digali dari Tanah, Terdengar Suara Rintihan
Hal tersebut dilakukan agar kepala desa, lurah ataupun camat bisa menjelaskan ke warga sekitar jika santri yang kembali ke pesantren dalam kondisi yang sehat sehingga tidak ada kesalahpahaman dengan warga sekitar.
"Jadi sebelum balik dilakukan cek kesehatan yang sewajarnya. Kalau santri itu dari desa lalu tidak pernah keluar ya tidak usah keterlaluan mengeceknya, kecuali dari zona merah perlu diketatkan," lanjut Pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, Gasek, Kota Malang ini.
• 8 Drakor tVN Rating Tinggi, Ada Crash Landing on You, Goblin, Reply 1988 hingga Hospital Playlist
• Cara Kota Kediri Menuju Masa New Normal, Pelayanan Publik hingga Pasar Bakal Serba Online
PWNU Jatim juga tidak membuat rambu-rambu atau imbauan kapan sebaiknya para santri mulai kembali masuk.
"Tergantung kesiapan masing-masing pondok kalau diseragamkan tanggal sekian masuknya nanti ada yang merasa kelamaan ada yang merasa terlalu cepat," lanjutnya.
Di Ponpes Sabilurrosyad sendiri, KH Marzuki tidak pernah memaksa agar santrinya pulang selama Pandemi Covid-19.
"Kita membebaskan yang mau pulang monggo yang tidak monggo. Karena misalnya ada santri dari Jakarta, lalu kita suruh pulang sama saja menyuruh bunuh diri karena di Jakarta lebih rawan," kata Marzuki.
Salah satu alasannya adalah keraguan Marzuki terhadap data persebaran Covid-19 yang menurutnya tidak seratus persen akurat.
"Banyak laporan yang bukan Covid dibuatkan berita acara Covid dikarena per mayit ada dananya. Di Dampit, Tulungagung, Kawi ada kasus seperti itu," lanjutnya.
Ia juga bercerita banyaknya masyarakat yang mengikuti Salat idul Fitri walaupun pemerintah gencar menyosialisasikan solat di Idul Fitri di rumah.
"Kota Malang ada 500an masjid, hanya satu dua yang tidak salat. Puluhan ribu jemaah salat id dan banyak yang tidak pakai protokol, nyatanya sampai sekarang sudah masuk hari ke 11-12 tidak ada kabar apa-apa, artinya aman-aman," kata Marzuki.
"Makanya saya tidak yakin seratus persen kalau segitu banyak angkanya (Covid-19)," pungkasnya.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti
Editor: Heftys Suud