Ratusan Orang & Pesepeda Padati Alun-alun Tulungagung Tanpa Masker, Gugus Tugas: Sesalkan Perilaku

Penulis: David Yohanes
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pesepeda di alun-alun saat dibubarkan polisi

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Ratusan orang menyemut, memadati area jalan di seputar alun-alun Tulungagung, Sabtu (13/6/2020) malam.

Kondisi ini masih berlanjut keesokannya, minggu (14/6/2020) malam meski dengan jumlah yang lebih sedikit.

Para pesepeda yang didominasi kalangan muda nongkong di sepanjang jalan salah satu tempat rekreasi keluarga ini.

Sementara yang lain berarak-arakan dengan sepeda mengelilingi alun-alun.

Gara-gara Nenek, Ibu dan Bayi 2 Tahun di Tulungagung Positif Covid-19: Rangkaian Kasus Pabrik Rokok

Tersangka Pemecah Botol Bir di Pendopo Tulungagung Minta Maaf ke Masyarakat, Akui Kondisi Mabuk

UPDATE CORONA di Tulungagung Sabtu 13 Juni, Tambahan Kasus Positif Melonjak 27: Angka Terbesar

Mayoritas mereka tidak mengenakan masker dan mengabaikan protokol jaga jarak maupun menghindari kerumunan.

Aktivitas mereka begitu bebas, seolah masa pandemi virus Corona tidak lagi berlaku.

Seorang warga bernama Andika mengaku kaget, saat alun-alun dipenuhi kalangan muda.

Ia pun mempertanyakan kesigapan sikap aparat yang terkesan abai dengan situasi ini.

“Apakah status pandemi sudah dicabut? Kemana aparat kok sepertinya tutup mata,” ucap karyawan swasta ini.

Andika menambahkan, saat awal diberlakukannya masa pandemi, aparat begitu tegas merazia warung dan warung kopi.

Setiap ada warga yang bergerombol selalu ditegur dan diminta bubar.

Namun saat jumlah pasien positif Covid-19 di Tulungagung melonjak tajam hingga 99 orang, justru ketegasan itu kini tidak lagi terlihat.

“Bersepeda dalam jumlah besar, apalagi bergerombol adalah perilaku yang berpotensi menularkan virus corona. Seharusnya kalau pandemi belum dicabut, mereka dibubarkan,”sambung Andika.

Aktivitas pesepeda ini memang akhirnya dibubarkan Polisi bersama Satpol PP Kabupaten Tulungagung.

Namun pembubaran itu menurutnya sudah sangat terlambat, setelah aktivitas ini berlangsung hingga pukul 22.00 WIB.

Andika mengingatkan, New Normal bukan berarti mengabaikan protokol kesehatan Covid-19.

New Normal adalah perilaku hidup baru dengan membiasakan diri selalu menegakkan protokol Covid-19.

Menurut Wakil Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tulungagung, Galih Nusantoro, menyesalkan perilaku para pesepeda itu.

“Mereka mengabaikan protokol kesehatan. Bergerombol, bersepeda dalam jumlah banyak dan tidak memakai masker,” ujar Galih.

Lanjut Galih, bersepeda sebenarnya bukan kegiatan yang dilarang, apalagi untuk menjaga kesehatan.

Namun kegiatan sebaiknya dilakukan pagi hari hingga sore hari, bukan di malam hari.

Sebab saat dilakukan malam, kegiatan olahraga ini berubah menjadi ajang nongkrong, kumpul-kumpul dan swafoto ria.

“Bersepeda penting jika untuk menjaga imun tubuh. Tapi tetap mengedepankan protokol kesehatan,” tegas Galih.

Galih meminta orang tua mengawasi anaknya yang hendak keluar rumah, agar tetap mematuhi protokol kesehatan .

Sebab perilaku yang abai terhadap potensi penyebaran virus corona, justru akan memperlama masa pandemi.

Upaya para pihak terkait untuk memutus mata rantai penularan akan sia-sia, jika perilaku masyarakat tidak disiplin.

“Karena kebanyakan yang bersepeda dan nongkrong itu kalangan remaja dan pemuda, kami minta orang tua aktif mengawasi anaknya. Beri pehaman untuk bersama-sama menjaga protokol kesehatan,” pungkas Galih.

Berita Terkini