Kabar Duka dari TNI, Serma Rama Wahyudi Gugur Diserang Milisi Saat Tugas Menjaga Perdamaian di Kongo

Editor: Adi Sasono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi : tim pasukan perdamaian PBB asal Indonesia sedang berpatroli.

TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Kabar duka dari TNI. Satu personelnya, Serma Rama Wahyudi, tewas ketika pasukan patrolinya diserangan di Republik Demokratik Kongo (RDK).

Serma Rama Wahyudi tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo (Monusco). Ia gugur dalam serangan yang terjadi di Beni, sebuah kota di Provinsi Kivu Utara, RDK.

Atas kabar duka dari TNI itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan ungkapan duka citanya.

Tingkatkan Kemampuan dan Kemahiran, TNI AU Muljono Gelar Latihan Pertahanan

VIDEO: Momen Haru Keluarga Sambut Kedatangan Pasukan Perdamaian Dunia KRI Usman Harun 359

Setahun di Lebanon, Koarmada II Sambut Pasukan Perdamaian Dunia KRI Usman Harun 359

"Penghargaan setinggi-tingginya kepada almarhum Serma Rama Wahyudi atas pengabdiannya dalam menjaga perdamaian dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan ketabahan," kata Retno dalam keterangan tertulis, Rabu (24/6/2020).

Dari informasi yang diterima, terdapat dua personel TNI yang menjadi korban dalam serangan tersebut.

Serma Wahyudi dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan korban lainnya, Prt M Syafii Makbul, masih dalam perawatan intensif.

"Dewan Keamanan PBB telah mengutuk keras serangan kepada Monusco dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi dan membawa pelakunya ke meja pengadilan," kata Retno.

Ungkapan duka cita juga disampaikan Ketua MPR Bambang Soesatyo. Bambsoet juga mengutuk serangan yang dilakukan oleh kelompok milisi di Kongo, yang mengakibatkan gugurnya pasukan perdamaian asal Indonesia, Serma Rama Wahyudi.

Bamsoet pun mendesak agar Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Pemerintah Kongo untuk menyelidiki serangan tersebut.

"Penyerangan terhadap pasukan keamanan PBB yang bertugas tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun," kata Bamsoet dalam keterangan tertulis, Rabu (24/6/2020).

Ia pun menyampaikan turut berduka cita atas gugurnya Serma Wahyudi yang tengah terlibat dalam Misi Stabillisasi PBB di Republik Demokratik Kongo (Monusco) itu.

Meski demikian, ia berharap agar peristiwa itu tidak menyurutkan moral prajurit TNI untuk terus berperan di dalam misi menjaga perdamaian dunia.

Selain itu, ia meminta, agar Kemenlu dan TNI dapat memastikan agar jenazah almarhum bisa segera dipulangkan ke Tanah Air untuk dikebumikan.

"Pemerintah dan TNI sangat layak menganugerahkan penghargaan kepada almarhum Serma Rama Wahyudi. Almarhum merupakan pahlawan yang gugur di luar negeri saat menjalankan tugas negara," pungkas Bamsoet.

Sebagai kontributor personel misi perdamaian PBB terbesar kedelapan di dunia, ia menambahkan, Indonesia selalu aktif dalam menyerukan pentingnya peningkatan keamanan dan keselamatan personel di misi perdamaian pada forum-forum PBB.

Monusco adalah salah satu misi pemelihara perdamaian PBB dan merupakan misi PBB terbesar kedua di dunia. Saat ini terdapat 1.047 orang personel dari Indonesia yang ditugaskan di sana.

Kabar meninggalnya Serma Wahyudi pertama kali disampaikan oleh perwira komunikasi Misi Stabilisasi PBB untuk RD Kongo (Monusco) Sy Koumbo.

"Satu anggota Helm Biru (pasukan perdamaian PBB) gugur dan satunya terluka, tetapi tidak serius. Saat ini kondisinya stabil," kata Koumbo seperti dilaporkan AFP, Selasa (23/6/2020).

Dia gugur setelah patrolinya diserang oleh milisi pada Senin malam waktu setempat (22/6/2020) di dekat Beni, kota di Provinsi Kivu Utara.

Dalam rilis resminya, Kepala Monusco Leila Zerrougui mengecam serangan itu, dan menduga pelakunya adalah Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).

ADF merupakan kelompok bersenjata yang terkenal mempunyai reputasi buruk, dan beroperasi di kawasan timur negara yang dulunya bernama Zaire tersebut.

Zerrougui menerangkan, prajurit Indonesia itu bertugas dalam proyek untuk membangun jembatan yang berada di kawasan Hululu.

ADF merupakan pergerakan yang awalnya berasal dari Uganda pada 1990-an silam, dan menentang pemerintahan Presiden Yoweri Museveni.

Pada 1995, mereka pindah dan bermarkas di Kongo, meski diyakini mereka tidak melancarkan serangan ke Uganda selama bertahun-tahun.

Berdasarkan data dari PBB, 500 orang tewas karena aksi mereka sejak akhir Oktober 2019, ketika militer RD Kongo melaksanakan operasi.

ADF diketahui membunuh 15 pasukan perdamaian PBB di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017 dan membunuh tujuh lainnya dalam penyergapan pada Desember 2018.

Seorang prajurit Indonesia yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB dilaporkan tewas dalam serangan di RD (Republik Demokratik) Kongo.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Menlu Retno Sampaikan Belasungkawa atas Gugurnya Pasukan Penjaga Perdamaian Asal Indonesia di Kongo

Berita Terkini