Pedofil Kerap Beraksi di Lingkungan Bermain, Psikolog Ubaya Sarankan 'Perkuat Koneksi dengan Anak'

Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Pelecehan dan pencabulan dengan korban anak-anak.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pelecehan hingga kasus pencabulan pada anak kembali terjadi di Kota Surabaya.

Nahas kasus pelecehan seksual ini terjadi di lingkungan bermain anak.

Karena penyimpangan sesksual pelaku, anak-anak dijadikan sebagai obyek memenuhi nafsu. 

Psikolog Universitas Surabaya (Ubaya), Dr Elly Yuliandari MSi mengungkapkan statistik dunia menunjukkan satu dari tiga anak memiliki peluang menjadi korban pedofilia.

Kuli Surabaya Ini Jual dan Konsumsi Sabu Buat Jaga Stamina, Terancam 10 Tahun Penjara, Baru Menyesal

Drama Istri Hamil Kaget Hadiri Resepsi Suami Sendiri, Nikah Ditunda Polisi Turun, Keluarga Malu

Apalagi pedofil ini biasanya merupakan orang yang ada di lingkungan bermain atau lingkungan sekolah anak.

"Berhubungan seksual ini arahnya kekerasan pada anak, entah itu pedofil atau tidak, hal ini tergolong kejahatan,"ungkapnya.

Dikatakan kekerasan pada anak ini karena orang dewasa melakukan intervensi seksual pada anak. Dan korban dikategorikan anak jika berusia kurang dari 18 tahun.

Seorang Pedofil yang menjadikan anak sebagai objek seksual, akan mengganggu tumbuh kembang psikologis anak. Karena anak sering dilecehkan secara seksul maka bisa memancing perilaku seksual anak pada pada anak lainnya.

Terpapar Covid -19, Asisten I Pemkab Gresik dan Putranya Meninggal Dunia

Bakal Dicalonkan Sebagai Wakil Bupati, Kadinkes Situbondo Ajukan Pensiun Dini

"Misalnya anak sering dilecehkan, bisa jadi suatu saat anak ini akan melakukan pelecehan itu pada anak lainnya juga. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi anak ini dan anak lain,"lanjutnya.

Elly pun menyinggung kasus lelaki berumur 56 tahun karena mencabuli anak perempuan dan laki-laki berusia lima tahun di Surabaya. Dikatakannya kasus ini harus didalami karena bisa jadi korban lebih banyak dari yang melapor.

"90 persen kasus pelecehan anak ini silent. Karena kadang pelaku mengungkapkan perlakuannya merupakan sesuatu yang khilaf. Sehingga bisa berakhir damai,"ujarnya.

Padahal dampak pada anak berlangsung seumur hidup.

Sementara itu, ciri pedofil cukup beragam menurut Elly. Bahkan dari empat pedofil yang ia wawancarai, satu diantaranya melakukan kekerasan seksual pada anak lantaran kekecewaan pada istrinya.

"Para pedofil ini biasa menghindari pembicaraan yang berkaitan dengan norma. Mereka membenarkan perilakunya dengan berkata ia khilaf," tutur Elly.

Dari sejumlah kasus, Elly melihat pelaku pedofil ini bukan selalu kalangan berIQ rendah atau dari kalangan ekonomi rendah. Namun, sasaran mereka rata-rata merupakan anak yang memiliki kelemahan.

Halaman
12

Berita Terkini