"Sehingga ada rasa sungkan dan tidak enak hati bila menaikkan harga," ujarnya.
Baca juga: KPU Gelar Tes Swab untuk Komisioner dan Penyelenggara Pilkada Sidoarjo 2020, Cegah Klaster Covid-19
Baca juga: Pemkot Surabaya Lakukan Kajian Ulang Soal Sekolah Tatap Muka, Dewan Minta Matangkan Pertimbangan
Padahal ketika harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu melambung tinggi sedangkan harga jual tetap, tentu produsen merugi.
Dengan mogok produksi, para produsen berharap agar pemerintah bisa memperhatikan nasib mereka. Serta memberikan solusi.
"Melalui aksi mogok ini, kami juga berharap pemerintah bisa lebih peduli dengan industri tempe dan tahu," lanjutnya.
Selama terjadi aksi mogok produksi, tahu dan tempe sulit ditemukan di pasaran. Warga pun banyak penasaran. Di warung-warung, kios, tukang sayur, dan sebagainya jarang yang jual tahu dan tempe.
"Kalau ada yang jualan, harganya mahal. Tempe yang biasanya Rp 2.000 sekarang jadi Rp 5.000," kata Rosita, warga Waru, Sidoarjo.
Hal serupa disampaikan warga Gedangan, Buruan, Tulangan, Sukodono, dan beberapa daerah lain. Semua mengaku kesulitan mendapat tahu dan tempe selama tiga hari terakhir.
Editor: Dwi Prastika