Reporter: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dari data bulan timbang tahun 2020 di Kabupaten Tulungagung, tercatat ada 2.901 atau 5,51 persen anak dengan status stunting.
Jumlah ini menempatkan Kabupaten Tulungagung menduduki peringkat ke-18 di Jawa Timur.
Ada lima kecamatan dengan prevalensi kasus stunting tertinggi, yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Sendang, Ngunut, Pagerwojo dan Pakel.
Menurut Kepala Badan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kabupaten Tulungagung, Maryani, ada 1 desa yang ditetapkan Bapenas menjadi lokus penanganan stunting 2021.
Masing-masing di Kecamatan Ngantru meliputi Desa Pucunglor dan Pakel, Kecamatan Pakel ada di Desa Bangunjaya dan Tamban, Kecamatan Sumbergempol di Desa Sambijajar dan Mirigambar, Kecamatan Gondang ada di Desa Macanbang, Gondosuli dan Gondang, serta Kecamatan Kedungwaru di Desa Tunggulsari.
“Tahun ini kami menganggarkan lebih dari Rp 300 miliar untuk penanganan stunting,” terang Maryani, saat Rembuk Stunting 2021 di Hotel Crown Victoria Tulungagung, Senin (19/4/2021).
Baca juga: Pakai Sound System Hajatan Buat Bangunkan Sahur, Kelompok Ronda di Tulungagung Diamankan Polisi
Baca juga: Hingga Awal April 2021, ETLE Menangkap 120 Pelanggaran di Tulungagung, Didominasi Roda Empat
Anggaran Rp 300 miliar ini melekat di 15 (organisasi perangkat daerah) OPD.
Jadi setiap OPD mengalokasikan penanganan stunting sesuai bidangnya.
Misalnya untuk Dinas Kesehatan ada pendampingan ibu hamil, dan di Dinas Sosial ada PKH.
“Anggaran belum lagi yang dari APBN. 10 desa itu yang menjadi sasaran intensif pencegahan stunting,” sambung Maryani.
Penanganan stunting ini untuk mempersiapkan Indonesia emas 2045.
Baca juga: DPRD Ponorogo Setujui Ranwal RPJMD, Bupati Sugiri Sancoko Mampatkan Misi 9 Poin Jadi 4 Poin
Baca juga: Awal Ramadan 2021, Stok Bahan Pangan di Trenggalek Aman, Harga Daging Ayam Naik, Cabai Rawit Turun
Jangan sampai di saat 100 tahun usia kemerdekaan, Indonesia dipenuhi generasi yang mengalami gangguan pertumbuhan.
Menurut Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, butuh upaya berkesinambungan untuk memerangi stunting.
“Harus ada sebuah gerakan yang terintegrasi, supaya tercipta generasi yang cerdas. Kita tekan seminimal mungkin, syukur jika bisa zero (nol),” ujar Maryoto.