Ngaji Gus Baha

Tak Banyak yang Tahu, Begini Penjelasan Gus Baha Tentang 3 Tingkatan Sabar: Gembira Dapat Cobaan

Editor: Taufiqur Rohman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gus Baha atau Kiai dengan nama asli KH Ahmad Bahauddin Nursalim.

TRIBUNJATIM.COM - Belakangan ini, sosok Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim menyita perhatian publik Tanah Air.

Selain memiliki pemahaman ilmu agama yang luas, sosok ulama muda yang alim dan kharismatik ini banyak dikagumi karena sikap kesederhanaannya.

Potret kesederhanaan Gus Baha ini mudah dijumpai, kemanapun ia ke luar kota selalu naik bus umum.

Bahkan tidak segan-segan nganterin anak-anaknya ke toko swalayan dengan naik motor.

Bahkan Gus Baha benar-benar melarang keluarganya untuk menyuruh para santri mengurus keperluan pribadi mereka.

Baca juga: Gus Baha : Pentingnya Uang, Tidak Punya Uang Susahkan Orang Lain

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha menjelaskan, bahwa banyak cerita hikmah dari berbagai Nabi, sahabat, ulama’ salaf dan ulama’ Nusantara.

Dengan kisah-kisah itu, Gus Baha memberikan ilmu hikmah yang luar biasa kepada para santri dan pecintanya.

Tanpa terasa, pemahaman kitab kuning yang sulit akhirnya mudah dipahami santri dan masyarakat awam.

Dalam suatu ngajinya, Gus Baha menceritakan tentang tingkatan sabar.

Pertama, sabar meninggalkan keluhan. Sabar di sini merupakan sabarnya para tabi'in.

Sebab ciri dari rasa sabar sendiri adalah seseorang yang mampu meninggalkan keluhan.

"Tingkatan tersebut merupakan maqamnya para tabi'in, pokoknya tabi'in adalah generasi setelah sahabat," kata Gus Baha dikutip dari video YouTube Santri Gayeng, Selasa (21/12/2021).

Baca juga: Gus Baha : Hargai Tukang Parkir, Ojek, Penjaga Toko dan Pekerja di Malam Hari Tidak Bisa Tarawih

Kedua, sabar yang ridha terhadap sesuatu yang sudah menjadi ketetapan-Nya. Sabar kelas ini merupakan sabarnya maqam seseorang yang zuhud.

"Itu merupakan maqam bagi orang zuhud," kata ujar Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Narukan Rembang itu.

Ketiga sabar yang paling puncak adalah gembira ketika mendapatkan cobaan. Sebab yang memberi cobaan adalah Allah SWT.

Seperti di dalam kitab Hikam yang menurut Gus Baha dijelaskan, seseorang yang protes ketika mendapat cobaan karena tidak pernah berpikir bahwa yang memberi cobaan itu siapa.

Karena menurut Gus Baha, jika seseorang sudah mengetahui jika yang memberi cobaan adalah Allah SWT, maka dirinya akan menerima.

"Andaikan tahu dan yakin yang memberi cobaan adalah Allah SWT, maka dia akan malu ketika hendak memprotesnya," ucap santri kesayangan KH Maimoen Zubair ini.

Berita Terkini