Berita Blitar

Jalan Rusak, Warga di Binangun Blitar Tolak Hanya Ditambal Sulam, Sambat Bisa Celakai Pengendara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karena dianggap tak ada kepedulian dari pihak pabrik gula dan Pemkab Blitar, warga kembali menutup akses jalan desanya dengan ditanami pohon pisang.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Taufiq

TRIBUNJATIM.COM, BLITARĀ - Sudah tak bisa dihitung dengan jari lagi, entah berapa kali warga desa di sepanjang jalan yang menuju ke pabrik gula PT Rejoso Manis Indo (RMI), yang ada di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun itu melakukan aksi protes terhadap tuntutan jalan desanya, yang rusak.

Sebab, kian hari kerusakan jalannya itu kian parah, sementara dari pihak pabrik gula tidak ada kepedulian, untuk memperbaikinya, sehingga warga desa itu yang kian jadi korbannya atas kerusakan jalannya itu.

Akhirnya, Senin (31/10/2022) pagi, warga Desa Ngembul, Kecamatan Binangun, Blitar kembali melakukan aksi protes dengan cara yang seperti dilakukan sebelum-sebelumnya.

Tujuannya, agar ada perhatian dari pabrik gula itu karena kerusakan jalan desa sepanjang 10 km itu akibat tiap hari dilewati ratusan truk tronton yang mengirim tebu ke pabrik tersebut.

Makanya, untuk meluapkan emosi dan kekesalannya, warga kembali menutup jalan desanya, dengan cara dikasih tumpukan saks pasir dan ditanami sejumlah pohon pisang di sepanjang jalan yang rusak, terutama di jalan yang berlubang, mulai dari jembatan Kali Brantas atau utara Pasar Ngembul sampai ke selatan balai desa setempat.

"Jalannya sudah tak bisa dipilih karena seperti sudah berubah jadi lubang sewu. Itu karena saking banyaknya lubang sehingga kalau hujan bukan seperti jalan melainkan berubah jadi kubangan," ujar pria berusia 43 tahun, yang selama aksi itu terlihat beberapa kali menanam pohon pisang di kubangan jalan.

Baca juga: Rekrutmen Anggota PPK Pemilu 2024 di Kota Blitar Dimulai November, Pendaftaran lewat Online

Aksi kali ini juga jadi perhatian kepolisian dan TNI karena juga bersiaga di lokasi meski tanpa melakukan tindakan apapun.

Mereka hanya diam ketika melihat bapak-bapak dan ibu-ibu, dengan kompak menaruh tumpukan saks pasir, dan berbagai penghalang lainnya di tengah jalan, seperti batang kayu.

Sesekali para petugas itu mengatur kendaraan yang kerepotan melintas karena protes warga kali ini tidak seperti aksi-aksi sebelumnya, yang langsung menutup jalan desanya.

Namun aksi kali ini, semua kendaraan masih bisa melintas meski bergantian, termasuk truk tebu juga masih bisa melintas.

"Namun, kalau masih tidak ada kepedulian dari pihak pabrik tebu, ya tidak menutup kemungkinan, jalan desa kami ini akan kami tutup total," ujarnya.

Menurutnya, aksi itu mereka lakukan karena pihak pabrik tebu dianggap tutup mata dengan penderitaan yang dialami warga akibat dari dampak rusaknya jalan desanya itu.

Sebab, kalau musim hujan seperti ini, jalan desanya, yang aspalnya sudah mengelupas itu berubah jadi kubangan karena tertutup air hujan.

Akibatnya, itu sering kali mencelakai warga terutama yang mengendarai sepeda motor.

Baca juga: Kecelakaan di Blitar, Truk Muat Bekatul 10 Ton Terguling, Diduga Hindari Jalan Berlubang

Halaman
12

Berita Terkini