Apalagi, kalau hujan pada malam hari, sepertinya sudah tak bisa dihitung berapa banyak pengendara sepeda motor yang jatuh terjerembab karena jalannya sudah tak bisa dipilih, mana yang baik karena di mana-mana kubangan.
"Sebaliknya, kalau tak musim hujan, penderitaan warga juga kian parah. Sebab, kalau cuaca lagi panas, jalan ini berubah jadi berdebu apalagi yang lewat itu truk-truk besar bermuatan tebu, kami seperti dihujani debu," paparnya.
Bahkan, bukan hanya warga yang rumahnya di tepi jalan, yang tersiksa dengan debu berterbangan itu namun semua warga, dan pengendara sepeda motor, juga sama-sama tak nyaman.
Itu semua akibat pabrik tebu, yang dianggap tak punya kepedulian atas kerusakan jalan desanya karena dilewati truk yang kirim tebu ke pabrik itu.
"Kalau mau merasakan penderitaan kami, ya coba saja orang pabrik itu suruh berdiri di tepi jalan desa kami satu jam saja, biar merasakan debunya akibat jalan kami yang rusak seperti ini," tegas warga.
Memang, sejak pabrik gula itu berdiri seperti tak pernah tuntas masalahnya dengan warga.
Mulai dugaan pencemaran sungai, dugaan penyerobotan lahan, sampai jalan desa, yang rusak di mana-mana.
Bahkan, dari dulu, kerusakan jalan itu seperi sudah jadi kasus yang abadi karena tak pernah terselesaikan, meski sudah berkali-kali diprotes.
Malah, kian lama, kerusakan jalan itu kian parah dan kian meluas atau diperkirakan sepanjang 10 km.
Itu mulai dari Dusun Brongkos, Kecamatan Kesamben sampai Desa Rejoso, Kecamatan Binangun atau sampai akan masuk ke kawasan pabrik gula.
Baca juga: Sopir Truk Pelaku Tabrak Lari di Blitar Ditangkap, Berdalih Kabur Karena Takut Banyak Warga
Bukan hanya berlubang, namun yang mendekati pabrik itu sudah hancur.
"Gimana tak hancur, wong yang lewat itu trukk tronton dengan muatan tebu di atas 30 ton, sementara jalan desa kami itu hanya ditambal dengan pasir dan semen. Begitu dilewati dua kali, tambalannya mengelupas lagi, sehingga warga menuntut, untuk kali ini tak mau ditambal namun perbaikan total," ujarnya.
Sementara, Pitoyo, Kades Ngembul mengatakan, aksi itu spontanitas dan memang keinginan warganya karena mereka menuntut agar semua pihak punya kepedulian atas kondisi jalan desanya yang rusak.
"Kami nggak bisa berbuat banyak karena memang faktanya demikian. Dan, yang aksi itu warga kami sendiri," ujarnya.
Meski aksi protes warga itu tak ada yang menemuinya namun pihak pabrik gula sudah meresponsnya.
Putut Hendaruji, Deputy Project Manager PT RMI mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan anggaran buat perbaikan jalan di sejumlah desa yang rusak itu.
"Namun, untuk sementara ini, agar tidak memperparah kerusakan jalan itu, truk yang mengirim tebu itu dihentikan dulu," ujarnya.
Berita Blitar lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com