Mereka mulai memadati area lorong menjelang pergantian tahun.
Banyaknya jumlah warga membuat pergerakan menjadi sangat terbatas.
Kondisi inilah yang memicu terjadinya aksi saling dorong.
Akibatnya, banyak warga yang tak sadarkan diri hingga meninggal dunia.
Polisi menyebut, jumlah korban tewas dilaporkan ada sembilan orang.
"Banyak orang mati lemas. Sejauh ini sembilan orang dipastikan tewas," kata polisi, dikutip dari The Guardian via TribunVideo ( grup TribunJatim.com ).
Baca juga: Polisi Olah TKP Rumah yang Meledak Gegara Tabung Elpiji Bocor, Terungkap Pemicu Ledakan
Sementara puluhan lainnya mengalami luka dan dilarikan ke rumah sakit.
Salah satu korban yang selamat, Sylvia Nakalema (27) menceritakan detik-detik peristiwa mencekam itu.
Ia mengaku mendengar suara tangisan dan teriakan anak-anak.
Sejumlah orang bahkan langsung tergeletak di lokasi karena kehabisan napas.
"Anak-anak menangis dan terjadi kekacauan," kata dia.
Ia sendiri bisa selamat karena terdorong ke sisi luar kerumunan.
Baca juga: Malam Tahun Baru 2023, Tak Ada Pesta Kembang Api di Simpang Lima Gumul, Ini Alasannya
Dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, dari sejumlah pengalaman di negara setempat, kembang api biasanya berisiko menimbulkan cedera saat:
- Disulut anak-anak
- Mejan (melempem atau tidak dapat meletus) dan disulut ulang
- Dilempar
- Dipegang langsung dengan tangan, minim pengaman
- Kembang api disimpan di saku
- Disulut sembari mengonsumsi alkohol
WHO pun tidak menyarankan kita menyalakan kembang api tanpa dukungan profesional.