"Waktu itu, saya start motor tidak hidup, motor sudah mogok dan tanpa berpikir panjang, saya pergi ambil kuda di padang," ungkapnya.
"Saat itu pula bapak dan mama sudah pergi ke sawah," ujar Rio Jonatan Adu kepada Pos Kupang, Sabtu (4/3/2023).
Menurut Rio Jonatan Adu, apapun tantangannya, dirinya harus pergi ke sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan.
"Saya sekarang sudah kelas tiga SMA, saya harus pergi ke sekolah untuk dapat pelajaran dan mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir," ujarnya.
"Meski banyak tantangan yang saya hadapi," tegasnya.
Setibanya di sekolah, Rio Jonatan Adu justru mendapatkan apresiasi dari kepala sekolahnya karena datang bawa kuda.
"Saya sampai di sekolah, bapak kepala sekolah tanya saya, kenapa bawa kuda, saya jawab, 'Saya takut terlambat, Bapak,'" ujarnya.
Baca juga: Terkuak Alasan Siswa di NTT Masuk Sekolah Jam 5 Pagi, Kemendikbud Turun Tangan, Guru-Murid Mengeluh
Saat itu Rio Jonatan Adu hendak mengikat kudanya di halaman sekolah, namun tidak ada tempat yang cocok.
"Karena ada padang rumput dan pohon di depan sekolah, saya memilih untuk ikat di situ," tambahnya.
"Dan bapak kepala sekolah beri tahu sekuriti untuk menjaga kuda saya," pungkasnya.
Rio Jonatan Adu rupanya tidak hanya terampil menunggang kuda.
Saat pulang sekolah, ia membantu ayah dan ibunya menanam padi dan menjaga ladang sawah mereka.
"Kalau saya pulang sekolah, saya bantu bapak dan mama jaga sawah," ucap Rio Jonatan Adu.
Bahkan Rio Jonatan Adu juga mewarisi talenta ayahnya sebagai seorang joki kuda dalam pacuan kuda Hus (gelaran budaya pacuan kuda indah orang Rote).
Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Rote Baratdaya, Adi Adu, pun buka suara.