1. Pilih Lawan Bicara
Sebelum memulai deep talk, sebaiknya kamu harus sudah menemukan dan menentukan lawan bicara yang tepat.
Pastikan orang tersebut merupakan orang yang benar-benar bisa kamu percayai, yang mau mendengarkan semua kelah kesah kamu.
2. Minta Waktu Luangnya
Sebaiknya kamu meminta waktu luang lawan bicaramu untuk deep talk. Kamu bisa mencoba berbincang atau berbicara secara langsung jika memungkinkan.
Meski demikian, jika sulit untuk mencari waktu atau bertemu secara langsung, kamu bisa berbincang melalui video call.
3. Tempat Nyaman
Sebaiknya kamu melakukan deep talk di tempat yang nyaman dan tenang, serta dengan suasana hati yang baik.
4. Obrolan Ringan
Jangan langsung menceritakan semua masalahmu, kamu bisa mulai dengan obrolan ringan.
Misalnya dengan menanyakan “Ada cerita apa hari ini?”.
Kemudian, kamu bisa menceritakan tentang apa pun yang bersifat pribadi dengan jujur dan hindari menghakimi.
Tanyakan pendapat lawan bicara tentang topik yang dibicarakan.
Hal ini untuk melihat pandangan lain dari topik tersebut.
Anak-Anak Juga Perlu Deep Talk dengan Orang Tua
Ada banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membangun kedekatan dengan anak.
Salah satunya meluangkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati atau deep talk.
Psikolog anak Jovita Maria Ferliana mengatakan, idealnya anak dan orangtua melakukan deep talk setiap hari.
Topik yang dibicarakan pun bisa bermacam-macam. Mulai dari hal serius hingga yang lebih ringan.
Contohnya kegiatan yang dilakukan sepanjang hari, atau perasaan di hari itu.
Orangtua dan anak bisa saling bercerita.
Baca juga: Apakah Diet Aman untuk Anak-Anak? Perhatikan Tips dan Kalori Ideal, Jangan Sampai Kurang atau Lebih
Baca juga: Cara Membuat Baju Imlek Anak-anak yang Nyaman, Bisa Kombinasikan Kain Satin dan Katun Jepang
“Kalau pun tidak ada hal yang mau dibahas, deep talk tetap harus dilakukan. Tapi durasinya bisa lebih pendek,” ujar Jovi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/10/2020).
Apabila deep talk bersifat ringan, maka waktu yang dibutuhkan kira-kira 15-20 menit per hari. Namun, jika ada pembicaraan serius tentu waktunya akan lebih lama.
Kendati demikian, Jovi mengatakan, hal ini kembali lagi kepada kondisi masing-masing keluarga.
Mungkin ada orangtua yang sibuk sekali, sehingga tidak bisa meluangkan waktu setiap hari untuk berbicara dengan anak. Atau sebaliknya, kegiatan anak sangat padat sehingga tidak sempat untuk berbicara dengan orangtuanya.
Bila kondisinya seperti itu, maka tidak masalah deep talk dilakukan tiga hari sekali, seminggu sekali, atau sesuai waktu yang telah diatur oleh keluarga.
“Idealnya memang setiap hari, tapi situasi setiap keluarga tidak bisa dipukul sama rata. Yang penting waktu itu ada, sediakan,” tambah Jovi.
Meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak membuat anak merasa orangtuanya ada untuk dirinya.
Dengan begitu otomatis kedekatan anak dan orangtua akan terjalin.
Di sisi lain, untuk anak yang usianya masih kecil, memang sebaiknya deep talk dilakukan secara rutin.
Sebab, anak belum bisa meminta waktu sendiri ke orangtua untuk berbicara.
Beda halnya dengan anak-anak yang sudah memasuki usia remaja.
Mereka bisa meminta orangtuanya untuk meluangkan waktu berbicara.
Saat anak sudah meminta waktu untuk bicara, sebisa mungkin orangtua harus menyediakan waktu untuk itu.
-----
Sebagian artikel ini telah ditayangkan di Kompas.com.
Berita Jatim dan arti kata lainnya.