Puan mengaku tidak berpura-pura ketika berjalan kaki dari kediamannya di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, menuju GBK.
Dia yakin pertemuan ini tidak hanya dinantikan awak media, melainkan juga oleh rakyat Indonesia.
"Bahwa membangun bangsa dan negara itu bukan hanya bicara politik praktis, tapi ada sebelumnya dan sesudahnya itu mau seperti apa. Dan kami bersepakat bahwa ini enggak boleh berhenti sampai di sini," jelas Puan Maharani.
Menurut Puan Maharani, ini adalah pertemuan pertama mereka.
Namun, dia berharap bisa bertemu lagi dengan AHY ke depannya.
Puan Maharani menjelaskan, untuk mencapai sebuah kesamaan, maka mereka harus sering berjumpa dan mengobrol.
Puan Maharani lantas menegaskan, obrolan mereka bukan sekadar pura-pura.
"Dengan melihat kami berdua akrab kayak gini ya, tadi kami lihat air mancur. Itu beneran loh ya ngobrolnya ya, bukan pura-pura. 'Ayo kita pura-pura', tidak loh ya," tutur Puan Maharani.
"Kan ada yang tanya juga, 'Mbak, ini sebenarnya pura-pura atau enggak sih?'. Masa pura-pura ngobrolnya satu jam lebih? Ya enggaklah. Ini enggak pura-pura kan, Mas?" tanya Puan Maharani.
"Enggak," kata AHY sambil tersenyum.
Maka dari itu, Puan Maharani menegaskan, pertemuan dengan AHY merupakan perbincangan antara adik dan kakak.
Apalagi, mereka sama-sama berasal dari keluarga mantan presiden, di mana Puan Maharani merupakan anak Megawati Soekarnoputri, sedangkan AHY anak Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ).
"Tentu ini akan menjadi lebih penting dalam membangun bangsa dan negara. Kami berharap bahwa pemilu ke depan ini adalah pemilu damai, pemilu yang gembira, pemilu yang bisa membuktikan bahwa pesta demokrasi rakyat itu adalah pestanya seluruh rakyat Indonesia," imbuh Puan Maharani.
Dalam kesempatan yang sama, AHY juga menyebut pertemuannya dengan Puan merupakan salah satu agenda untuk membahas isu kenegaraan dan dinamika politik bersama PDIP.
Ia mengatakan pertemuan kali ini tak melulu membahas soal Pemilu 2024.
"Pertemuan ini bukan hanya sekadar gimik politik, tetapi juga sesuatu yang penting dan substansial," kata AHY.
AHY menyebut partainya dan PDIP memiliki jejak riwayat yang sama dalam kancah perpolitikan Indonesia. Salah satunya, mereka sama-sama pernah menjadi ruling party alias partai penguasa dan partai oposisi.
PDIP misalnya menang dua kali berturut-turut pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, dan dalam dua periode itu Demokrat bertindak sebagai oposisi.