Termasuk Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso. Sementara Rizki menegaskan belum berminat untuk mencoba peruntungan di kontestasi Pilkada. "Kalau saya sampai hari ini, tidak punya minat di eksekutif," ujar anggota DPR RI tersebut.
Sementara itu, lembaga Surabaya Survei Center (SSC) merilis hasil penelitian terhadap calon pemilih di Surabaya, Kamis (13/7/2023).
Bertajuk "Palagan Surabaya, Geliat Elektoral Menuju 2024", survei ini memotret perilaku calon pemilih jelang pemilu serentak tahun depan.
Penelitian SSC ini berlangsung pada 20 - 30 Juni 2023 di 31 Kecamatan di Kota Pahlawan dengan margin of error ± 2,83 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Menggunakan metode stratified multistage random sampling, survei ini melibatkan 1.200 responden.
Selain pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, satu di antara yang turut dipotret adalah arah dukungan masyarakat di Pemilihan Gubernur Jatim atau Pilgub Jatim. Menariknya, ada sejumlah nama baru yang mengemuka sebagai kandidat gubernur potensial.
Dari sisi elektabilitas, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa masih memuncaki hasil survei elektabilitas di Jatim dengan 36,3 persen. Dengan potensi tersebut, Khofifah memiliki kans besar untuk terpilih apabila kembali mencalonkan sebagai Gubernur.
Di bawah Khofifah, berturut-turut ada Menteri Sosial Tri Rismaharini (19,8 persen), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (18,4 persen), dan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak (11,3 persen). Selanjutnya, ada beberapa nama politisi senior dengan elektabilitas berada tipis di bawahnya.
Di antaranya, Wali Kota Pasuruan Syaifullah Yusuf/Gus Ipul (3,3 persen), Ketua Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad (2,4 persen), Ketua DPRD Jatim Kusnadi (1,8 persen), serta Bupati Sumenep Achmad Fauzi (1,6 persen).
"Menarik melihat Wali Kota Eri ternyata memiliki elektabilitas cukup tinggi sebagai Calon Gubernur di mata masyarakat Surabaya. Trennya meningkat, bahkan mengalahkan Emil Dardak," kata Peneliti Senior SSC, Wildan Krisnawanto dalam rilis survei tersebut.
Angka tak jauh berbeda ditunjukkan dalam bursa Calon Wakil Gubernur. Emil Dardak memang masih memimpin dari sisi elektabilitas sebagai Calon Wakil Gubernur dengan angka 34,4 persen.
Namun, lagi-lagi Emil ditempel ketat Eri Cahyadi dengan 17,1 persen. Untuk posisi kandidat Wakil Gubernur, Eri unggul dari Risma (11,5 persen), Anwar Sadad (6,3 persen), Gus Ipul (5 persen), dan beberapa nama lain dengan persentase di bawah 5 persen.
Kokohnya Emil Dardak di puncak elektabilitas bursa Cawagub Jatim ini berbanding lurus dengan popularitas Emil yang juga terus meningkat. Ini seiring dengan kepuasan warga Surabaya terhadap kinerja Emil yang juga tetap tinggi.
"Hal ini juga tak lepas dengan exposure positif media baik media massa maupun media sosial selama ini," kata Peneliti Senior SSC, Ikhsan Rosidi di tempat yang sama.
"Sehingga, kuatnya elektabilitas Emil sebagai Cawagub tentu bukan hal yang mengejutkan. Tapi menyeruaknya nama Eri Cahyadi baik di bursa Cagub atau Cawagub adalah fenomena elektoral baru dalam kancah perpolitikan Jawa Timur," kata Ikhsan.
Sebagai politisi muda, Eri memiliki potensi memimpin di tingkat provinsi. "Bahkan, angka-angkanya sudah melampaui mentornya sendiri yakni Tri Rismaharini," ujar kandidat Doktor Marketing Politik ini.