"Nah fosilnya itu kena linggis, pecah sedikit, saya lihat seperti serat batu purbakala," tambahnya.
Dia tidak melanjutkan pekerjaannya dan kembali mengubur benda tersebut dengan tanah.
Rudi lalu melaporkan temuannya tersebut ke satpam yang ada di Museum Ngebung, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.
Kemudian, ada 2 orang dari museum datang ke lokasi temuan, yang mana diketahui jika fosil tersebut adalah fosil gading gajah.
Kepala Unit Museum Dayu, dan juga Pamong Budaya Ahli Situs Sangiran, Suwita Nugraha mengatakan awalnya pihaknya mengira temuan itu adalah fosil tulang rusuk.
Namun, ketika semakin disingkap, ternyata ukurannya lebih besar.
"Awalnya diperkirakan itu fosil rusuk, setelah disingkap, ternyata lebih besar dari rusuk, ternyata itu fosil gading gajah," jelasnya.
Fosil tersebut kemudian diberi cairan poliuretana sebelum dipindahkan ke Museum Ngebung untuk dilakukan konsolidasi.
Petugas BPSMP Sangiran segera melakukan verifikasi dengan mendatangi lokasi temuan.
Mereka memutuskan bahwa fosil itu harus diselamatkan.
Tim BPSMP Sangiran juga melakukan penggalian di lokasi temuan tersebut.
Penggalian dilakukan selama satu hari.
Pj Penyelamatan Temuan dan Imbalan Monitoring Situs Terpadu Sangiran Suwita Nugraha mengatakan, fosil gading gajah purba itu diperkirakan berusia 800.000 tahun.
Hasil pemeriksaan fosil menyimpulkan bahwa fosil tersebut diduga merupakan jenis Stegodon dan Elephas.
"Kita temukan tuf atau bagian dari gabuh karena warnanya memang kuning, sekitar 800.000 tahun yang lalu, memang tua," ucapnya.