Pemilu 2024

Cucu Pendiri NU Yakin Duet Anies-Cak Imin Bisa Menang Tebal di Jatim: Bisa Sampai 70 Persen

Penulis: Fikri Firmansyah
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang, KH. Abdussalam Shohib (Gus Salam).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sebagaimana yang diketahui bersama, Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) resmi menjadi pasangan Capres dan Cawapres.

Duet Capres Anies dan Cawapres Muhaimin yang disingkat AMIN diyakini bisa mendulang suara banyak di Jawa Timur (Jatim).

Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang, KH Abdussalam Shohib kepada Tribun Jatim Network.

"Insyallah bisa menang tebal di Jatim duet AMIN ini," ujar Gus Salam, sapaan akrab KH Abdussalam Shohib, Kamis (7/9/23).

Keyakinan Gus Salam terkait AMIN bisa mendulang suara banyak di Jatim bukan lah tanpa alasan.     

Dari kacamatanya, hal tersebut bisa terjadi lantaran Jatim adalah basis Nahdliyin serta PKB.

"Jatim ini basisnya Nahdliyin, basisnya PKB juga. Bahkan dalam perjalannya kan memang banyak kiai-kia sepuh, ponpes-ponpes yang mendorong Cak Imin untuk ikut kontestasi maju sebagai pimpinan nasional," jelas Gus Salam.

Gus Salam memperkirakan, bahwa raupan suara AMIN bisa mencapai 60 hingga 70 persen.

Baca juga: Cak Imin Dipanggil KPK, NasDem dan PKB Optimistis Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar Bisa Sampai KPU

"Untuk hal ini juga dilihat siapa saja yang kontestasi. Jika dari kader NU yang maju hanya Cak Imin yang sebagai Cawapres mendampingi Anies, mungkin bisa saja sampai 70 persen. Sebagai contoh pilpres tahun lalu, dimana dari dua pasangan yang kontestasi, yang kader NU nya hanya KH Ma'ruf Amin," kata Gus Salam yang juga merupakan cucu dari pendiri NU, KH Bisri Syansuri.

Gus Salam menambahkan, nantinya jika Cak Imin bisa resmi terpilih menjadi RI 2 (Wakil Presiden) dalam kemenangan pemilu 2024, dirinya berharap, agar AMIN bisa mensejahterakan masyarakat NU.

"Namun demikian, maksud saya bukan NU saja yang harus diperjuangkan. Tapi, faktanya masyarakat yang kelas ke bawah kan banyak dari jama'ah NU, sehingga dengan mensejahterakan NU sama dengan mensejahterakan masyarakat Mustadh'afin."

"Dan menurut saya, tujuan pembangunan bangsa memang harus seperti itu. Dimana harus memberikan hal ideal kepada masyarakat dalam sektor ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya," pungkasnya.

Sekadar informasi, sebelumnya, pasangan Anies-Cak Imin atau AMIN resmi mendeklarasikan pencalonan mereka di Pemilu Presiden 2024 pada Sabtu (2/9/23) kemarin di Hotel Majapahit Surabaya. Pasangan ini diusung oleh koalisi Partai NasDem dan PKB  . 

Hasil Survei Capres

Sementara itu, hasil survei Capres 2024 dari Litbang Kompas periode Agustus 2023. 

Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan merupakan tiga calon Presiden (Capres) terkuat dalam Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024). 

Anies Baswedan baru-baru ini mendeklarasikan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai calon Wakil Presiden. 

Pengamat menyoroti peluang suara di Jawa Timur saat Anies Baswedan gandeng Cak Imin. 

Sementara Litbang Kompas periode Agustus 2023 menilai perubahan konfigurasi persaingan antarbakal calon presiden yang semakin kompetitif.

Beirkut rangkuman hasil survei Capres 2024 versi Litbang Kompas periode Agustus 2023.

Dengan pertanyaan survei bersifat terbuka (open ended question) yang memungkinkan setiap responden menyatakan sosok calon presiden pilihannya secara bebas, Ganjar Pranowo mampu meraih dukungan 24,9 persen.

Sementara Prabowo sebesar 24,6 persen, tidak terlalu berbeda dengan dukungan yang ia raih dalam periode survei sebelumnya (24,5 persen).

Keunggulan Ganjar kali ini semakin bersinar jika dilakukan simulasi pertanyaan tertutup, yang membatasi jumlah bakal capres.

Tampak konsisten, baik kompetisi 10 sosok, berlanjut pada 5 sosok, maupun terakhir persaingan di antara tiga sosok teratas, Ganjar unggul.

Keunggulan Ganjar atas Prabowo terbilang tipis dan jarak terbesar hanya terpaut kurang dari 3 persen.

Namun, kondisi menjadi berbalik tatkala simulasi head to head antara Ganjar dan Prabowo dilakukan.

Menggunakan metode seperti ini, Ganjar terkalahkan dari Prabowo.

Kali ini, Prabowo meraih 52,9 persen, mengungguli Ganjar yang hanya mampu meraih 47,1 persen dukungan.

Padahal, pada survei Januari 2023, Ganjar masih mampu meraih 56,7 persen.

Dengan demikian, sepanjang kurun waktu tersebut, Prabowo mampu menarik dukungan sangat signifikan, bukan hanya dari para pemilih yang sejak semula enggan memilih Ganjar, melainkan juga mereka yang sebelumnya terbilang memilih Ganjar.

Terlepas dari dinamika persaingan yang semakin kompetitif, kenaikan suara dukungan pemilih pada Ganjar belakangan ini menarik dicermati.

Menjadi semakin menarik dikaitkan dengan tekanan politik yang sebelumnya dialami hingga menekan perluasan elektabilitasnya.

Semua bermula tatkala Ganjar turut menggaungkan penolakan terhadap kehadiran timnas sepak bola Israel di negeri ini dalam Piala Dunia U-20.

Ia mendukung sikap penolakan partainya, PDI-P, dengan argumen sejalan dengan amanat Bung Karno terkait dengan kemerdekaan Palestina.

Sontak sikap penolakan Ganjar memancing pandangan kontra sebagian masyarakat.

Kendatipun sikap penolakan yang sama juga disampaikan beberapa tokoh ataupun elemen masyarakat di negeri ini, Ganjar menjadi sasaran cemoohan mereka yang kontra terhadap penolakan.

Terlebih, dalam perjalanan selanjutnya, FIFA memutuskan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

Sedemikian kuatnya reaksi terhadap penolakan Ganjar, hingga memengaruhi elektabilitas Ganjar yang selama ini berada di puncak persaingan calon presiden.

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode Mei 2023, terbukti terjadi penurunan elektabilitas sekitar 3 persen dan tersisa 22,8 persen pendukung yang masih terbilang loyal.

Survei Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 menunjukkan rebound atau peningkatan kembali elektabilitas Ganjar Pranowo.

Salah satunya ternyata disebabkan oleh pemilih pemula.

"Hasil survei menunjukkan bahwa kalangan inilah yang memang terbilang signifikan memberikan tambahan elektabilitas Ganjar, yang sebelumnya justru meninggalkan Ganjar.," tulis Litbang Kompas, dikutip dari Kompas.id, Senin (4/9/2023).

Gubernur Jawa Tengah itu sempat menduduki posisi teratas dalam peta elektabilitas calon presiden (capres) pada Januari 2023 di angka 25,3 persen.

Ketika itu, proporsi pemilih pemula yang mendukung Ganjar terdapat sebanyak 22,4 persen.

Kemudian, menurut survei pada Juni 2023, elektablitas Ganjar turun menjadi 22,8 persen. Proporsi pemilih pemula yang mendukung Ganjar juga turun menjadi 20,9 persen.

Pada saat yang sama, kalangan pemilih pemula menjadi lebih banyak terkonsentrasi pada Prabowo yang elektabilitasnya menyalip Ganjar pada survei edisi Juni 2023.

Survei Litbang Kompas: Perkembangan Elektabilitas Tiga Besar Bakal Calon Presiden Berdasarkan Pertanyaan Terbuka (Litbang Kompas/RFC/BES)

"Tidak kurang dari 25,5 persen dari total pemilih Prabowo merupakan pemilih pemula. Atau, dibandingkan dengan survei Januari 2023, Prabowo mengalami surplus pemilih pemula hingga sekitar empat persen," tulis Litbang Kompas.

Kemudian, ketika elektabilitas Ganjar rebound ( kebangkitan )menjadi 24,9 persen dan kembali menduduki peringkat teratas pada survei edisi Agustus 2023, proporsi pemilih pemula pada dirinya sekitar 23,2 persen.

Sementara itu, proporsi pemilih pemula pada Prabowo pun surut menjadi 19,1 persen.

"Peningkatan elektabilitas Ganjar pada survei terakhir ini sekaligus mengonfirmasikan kembalinya dukungan para pemilih pemula kepada dirinya," tulis Litbang Kompas.

Survei melalui wawancara tatap muka ini dilakukan Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 dan melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi.

Metode ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error penelitian lebih kurang 2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Survei Litbang Kompas ini dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.

Itulah mengapa hasil survei kali ini yang menunjukkan Ganjar rebound mengundang pertanyaan besar, apa penyebabnya?

Penyebab kenaikan elektabilitas Ganjar

Mencermati gerak perubahan pemilih, tampaknya dinamika pilihan para pemilih pemula, mereka pada Pemilu 2024 baru pertama kalinya akan memilih, menjadi salah satu penyebab peningkatan elektabilitas Ganjar.

Dikatakan demikian lantaran hasil survei menunjukkan kalangan inilah yang memang terbilang signifikan memberikan tambahan elektabilitas Ganjar, yang sebelumnya justru meninggalkan Ganjar.

Pada survei Januari 2023, saat Ganjar masih memuncaki persaingan bakal capres, diketahui jika keberadaan para pemilih pemula terbilang signifikan dari total karakteristik pendukungnya.

Tidak kurang dari 22,4 persen dari total pendukung Ganjar merupakan pemilih pemula.

Proporsi pemilih pemula Ganjar menyusut tatkala ia menghadapi persoalan pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Proporsi dukungan pemilih pemula menjadi 20,9 persen.

Pada saat yang sama, kalangan pemilih pemula menjadi lebih banyak terkonsentrasi pada Prabowo. Tidak kurang dari 25,5 persen dari total pemilih Prabowo merupakan pemilih pemula.

Atau, dibandingkan dengan survei Januari 2023, Prabowo mengalami surplus pemilih pemula hingga sekitar 4 persen.

Peningkatan elektabilitas Ganjar pada survei terakhir ini sekaligus mengonfirmasikan kembalinya dukungan para pemilih pemula kepada dirinya. Saat ini, dari seluruh bagian pemilih Ganjar, tidak kurang dari 23,2 merupakan pemilih pemula. Sementara pemilih pemula pada Prabowo susut menjadi 19,1 persen.

Kembalinya para pemilih pemula sekaligus menempatkan kembali Ganjar sebagai bakal capres yang paling tinggi elektabilitasnya pada kalangan ini.

Dalam peta persaingan, kembalinya para pemilih pemula ini terbilang positif dan dapat dijadikan pijakan bagi Ganjar guna mempertahankan keunggulannya.

Dari segi jumlah, pemilih mula bisa jadi tidak terlalu signifikan besarnya dibandingkan dengan mereka yang sudah punya pengalaman dalam memilih pada pemilu. Merujuk pada Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2019, jika dikalkulasi, mereka yang berada pada rentang usia 17-21 tahun diperkirakan berada pada kisaran 10-12 persen.

Dengan proporsi sebesar itu, jika diasumsikan tidak akan banyak berubah proporsinya pada Pemilu 2024, suara pemilih mula tentu saja menjadi semakin penting.

Dalam kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kemenangan ataupun kekalahan bisa terjadi lantaran penguasaan faktor pemilih mula.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini