Pemilu 2024

Bertemu Presiden Jokowi, Gus Miftah hingga Gus Hans Bahas Soal Kondusivitas Pilpres 2024

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah kiai muda (gus) dari berbagai pondok pesantren di Indonesia bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (16/9/2023).

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sejumlah kiai muda (gus) dari berbagai pondok pesantren di Indonesia bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (16/9/2023).

Berbagai hal dibahas, termasuk soal persiapan pemilihan presiden atau Pilpres 2024. 

Berlangsung di Istana Kepresidenan Bogor, pertemuan berlangsung sekitar 90 menit.

"Alhamdulillah pertemuan kemarin dengan bapak Jokowi di Istana Negara atau istana presiden Bogor berjalan melebihi dari apa yang kita pikirkan," kata KH Zahrul Azhar Asumta Asad yang ikut dalam acara tersebut.

Kiai muda yang akrab disapa Gus Hans ini menjadi satu di antara 8 ulama yang ikut dalam pertemuan ini.

Selain Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Queen Peterongan Jombang ini, ada pula Pengasuh Pondok Pesantren (PP) Ora Aji, Sleman Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), Pengasuh PP Tremas Pacitan Jawa Timur, KH Luqman Haris Dimyati (Gus Lukman), dan beberapa kiai muda lainnya.

Gus Hans mengungkapkan, pembicaraan berlangsung gayeng.

Presiden banyak meminta masukan soal berbagai persoalan. Termasuk, tentang pemilihan presiden dan pemilihan legislatif atau Pileg 2024. 

"Jadwal yang ditentukan hanya 30 menit untuk makan bareng. Ternyata, di balik itu banyak diskusi yang mengasyikkan sehingga molor hingga satu setengah jam," ungkap Gus Hans. 

Baca juga: Tokoh Muda NU Gus Hans Sebut Wacana Penundaan Pemilu Justru Cederai Demokrasi: Kufur Nikmat

Menurut Gus Hans, para kiai muda dan presiden sepakat untuk saling berbagi peran dalam menjaga kondusivitas saat pemilu. Event lima tahunan tersebut harus berjalan tanpa gejolak dan mengutamakan persatuan.

"Yang bisa kita simpulkan bahwa kita memiliki pemikiran yang sama bahwa pilpres harus berjalan dengan damai. Bapak presiden pun berpesan kepada kita agar para tokoh-tokoh agama yang masih muda-muda ini bisa memberikan peran untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang bagaimana kita dewasa di dalam berpolitik dan juga bernegara," katanya.

Event pemilu di beberapa tahun sebelumnya menjadi pelajaran.

Gesekan antar pendukung harus diminimalisir, dan adu gagasan harus diutamakan. 

Baca juga: Gelar Doa Bersama, Kiai Kampung Dukung Yenny Wahid Jadi Cawapres di Pilpres 2024

"Kalau seumpama semuanya bisa memiliki kedewasaan, maka insyaallah pilpres yang akan datang tidak akan terjadi sesuatu tidak kita inginkan. Pemilu sebelumnya dan beberapa pilkada juga berdampak cukup lama. Itu adalah sebuah peristiwa yang tidak kita inginkan terjadi lagi," katanya.

Menurut Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) ini, presiden juga memerlukan berbagai masukan soal dinamika di bawah.

"Maka dengan diskusi dengan penggalian informasi dari presiden kepada kami-kami yang memang turun langsung di masyarakat, bisa memberikan insight bagi presiden untuk mengambil keputusan apabila memang ada sebuah kebijakan yang diperlukan," katanya.

Baca juga: PKS Jatim Siap Totalitas Menangkan Pasangan AMIN di Pilpres 2024

Pertemuan ini juga membahas sejumlah nama yang kemungkinan akan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden bersama wakilnya. Sekalipun, ia menegaskan hal ini tak menyinggung soal dukungan politik.

"Pertemuan ini juga menyinggung sedikit tentang siapa-siapa calon potensial yang akan berlaga di pilpres ini. Tetapi, presiden tidak bermaksud untuk masuk wilayah sana," katanya.

"Tapi lebih kepada menggali informasi dan potensi, serta langkah mitigasi yang bisa dilakukan ketika ada sesuatu yang di luar dugaan. Peranan aktif dari para pengasuh pesantren yang masih muda-muda ini diharapkan bisa lebih aktif lagi dan bisa memberikan dampak positif dalam pelaksanaan pilpres yang akan datang," katanya.

Baca juga: Bawa Ganjar Pranowo dan PDIP ke Rumah Warga, Adi Sutarwijono: Banteng Surabaya Terus Bergerak

Dalam pembicaraan tersebut, para kiai mengungkap soal kriteria pemimpin nasional yang patut mengisi pencalonan. Menurut mereka, calon pemimpin harus memiliki track record sebagai pemimpin yang bersih.

"Kami juga menyampaikan harapan melalui presiden. Mudah-mudahan siapapun calon yang nanti berlaga, sebaiknya orang-orang yang tidak memiliki track record yang tidak baik di dalam dalam konteks berbangsa dan bernegara," kata Gus Hans.

Menurutnya, salah satu indikator pemimpin bersih adalah tidak tersangkut kasus korupsi.

"Terutama, jangan sampai berkaitan dengan korupsi atau dugaan korupsi," katanya. 

Baca juga: Hasil Survei Capres 2024 Litbang Kompas: Ganjar Bersaing Ketat dengan Prabowo di Mata Pemilih NU

"Jadi kami berharap kalau misalnya sudah ditentukan para capres-capresnya, para capres (calon presiden) tersebut bisa memilih cawapres atau pendampingnya yang merupakan orang-orang yang tidak memiliki sangkut paut dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Apalagi, kantornya pernah digeledah tapi belum ada kejelasan status," katanya.

Selain itu, para kiai juga bicara soal partisipasi pemilih milenial.

"Kami harap anak muda juga dilibatkan di dalam proses pilpres ini. Saya yakin teman-teman milenial juga akan terpancing untuk berpartisipasi di dalam pilpres ini," katanya.

Daftar Gus yang Hadir pada Pertemuan Silaturahim dengan Presiden Joko Widodo:

1. KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), dari Ponpes Ora Aji, Sleman Yogyakarta.

2. KH Luqman Haris Dimyati (Gus Lukman) dari Ponpes Tremas Pacitan, Jawa Timur, sekaligus Koordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok.

3. HM Zahrul Azhar Asad (Gus Hans) dari Ponpes Darul Ulum Queen Peterongan Jombang Jatim sekaligus Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN).

4. KH M Zaim Ahmad Mashoem (Gus Zaim) dari Ponpes Kauman Lasem, Rembang, Jateng, sekaligus Ketum Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se Indonesia (MP3I).

5. KH Moch Choiri Fathullah (Gus Muh) dari Ponpes Joglo Perdamaian VII dan Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti Klaten-Jateng.

6. KH Ibnu Athoillah Yusuf (Gus Aad) dari Ponpes Mahad Baitul Arqom Al Islami Lemburawi Kab Bandung, Jabar.

7. KH Abdul Hadi Nur (Gus Hadi) dari Ponpes Nurul Qodim Probolinggo, Jatim, sekaligus Ketua SAMAWI

8. KH Hisyam Muhsin (Gus Hisam) dari Ponpes Darussa’adah Lampung (Tuan Rumah Muktamar NU).

Berita Terkini