TRIBUNJATIM.COM - Insiden Kawasan Bromo terbakar dipicu adanya flare yang digunakan para peserta prewedding memang menjadi peristiwa besar.
Hal itu karena akibat kecerobohan pengunjung wisata, kawasan Bromo yang dulunya indah kini jadi rusak.
Kawasan Bromo pasca terbakar mengalami penampakan gosong akibat proses pembakaran yang terjadi.
Dirangkum Tribun Jatim dari beberapa sumber, ternyata dampak yang dihasilkan dari kebakaran di Bromo itu cukup memprihatinkan.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) terus memantau kawasan Gunung Bromo pasca kebakaran yang melanda kawasan Gunung Bromo akibat foto prewedding menggunakan flare.
Pemantauan ini dilakukan setiap hari.
Akibat dari insiden kebakaran tersebut kini BBTNBTS terus mengawasi kawasan Gunung Bromo dengan seksama, hal itu untuk tidak memicu adanya kebakaran lanjutan.
"Lewat pemantauan ini, diharapkan dapat memberi informasi pada masyarakat perihal kondisi terkini pasca kebakaran di kawasan Bromo. Selain itu, juga informasi dampak atau akibat dari kekabaran," kata Ketua Tim Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BBTNBTS, Hendra, Kamis (21/9/2023).
Hendra melanjutkan, sejumlah petugas tetap disiagakan dalam mencegah kebakaran setelah wisata Gunung Bromo dibuka kembali pada Selasa (19/9/2023) pukul 00.01 WIB.
Berdasarkan pemantauan petugas, kondisi Wisata Gunung Bromo aman atau tidak ditemukan titik api.
Kobaran api telah padam sepenuhnya.
"Kami turut memberikan informasi kesiapan petugas dan sarpras (sarana prasarana) pendukung dalam mencegah kebakaran (pos pam hutla) setelah Wisata Gunung Bromo kembali dibuka," urainya.
Dia menyebut, luasan dampak kebakaran akibat foto prewedding pakai flare, terhitung sedari 6 sampai 10 September 2023 sekitar mencapai 504 hektare.
Baca juga: Kawasan Wisata Gunung Bromo Dibuka, Aktivitas Wisatawan Kembali Menggeliat, Pelaku Usaha Semringah
"Estimasi nilai kerugian Rp 5,2 miliar terdiri dari jasa wisata dan pemulihan ekosistem. Nilai kerugian itu di luar water bombing, kerusakan keanekaragaman hayati, dan pipa air bersih masyarakat," sebutnya.
Hendra menjelaskan, upaya memperbaiki ekosistem kawasan Gunung Bromo dilakukan melalui suksesi alam dan rehabilitasi.
"Suksesi alam seperti di Padang Savana sudah berlangsung. Mulai muncul trubus. Sedangkan untuk pohon melalui pemulihan ekosistem atau penanaman tanaman endemik, salah satunya cemara gunung," ucapnya. (Danendra Kusuma/TribunJatim.com)
Sementara itu dikutip Tribun Jatim dari Kompas.com, proses pemulihan ekosistem di wilayah Gunung Bromo, Jawa Timur, memerlukan waktu sampai lima tahun.
Hal tersebut diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada Rabu (6/9/2023).
Baca juga: 504 Hektare Kawasan Bromo Terbakar Gara-gara Foto Prewedding Pakai Flare, Kerugian Capai Rp 5,2 M
Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Hendro Widjanarko, pemulihan ekosistem berdurasi cukup lama agar pepohonan asli di wilayah tersebut tumbuh optimal.
"Untuk pohon-pohon asli di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, seperti cemara gunung, kesek, tutup, pasang, yang terdampak kebakaran, itu kurang lebih diperkirakan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun," ujar Hendro, dikutip dari Antara, Kamis (21/9/2023), dikutip Tribun Jatim via Kompas.com.
Adapun tiga mekanisme akan diberlakukan terkait pemulihan ekosistem di wilayah Gunung Bromo.
Mekanisme pertama adalah pemulihan secara alami, khususnya di area sabana atau padang rumput.
Baca juga: Wisata Gunung Bromo Dibuka Kembali, Tiket Masuk Hanya Bisa Dibeli Online, Berikut Linknya
Selanjutnya ada rehabilitasi lewat penanaman pohon dan restorasi, upaya mengembalikan unsur hayati.
"Pemulihan ekosistem, itu ada tiga mekanismenya, alam, rehabilitasi, restorasi. Jadi yang alam ini untuk savana secara alami, nanti kita lihat alam bisa memulihkan diri sendiri. Mudah-mudahan sebulan dua bulan ini sudah bisa pulih untuk savana," jelasnya.
Biaya yang diperlukan untuk pemulihan ekosistem tersebut, lanjutnya, mencapai Rp 3,5 miliar dari total taksiran kerugian hingga Rp 5,4 miliar.
Sebagai informasi, kebakaran telah melanda wilayah Gunung Bromo pada Agustus 2023 dan September 2023.
Akibatnya, kerusakan terjadi di area seluas 504 hektar yang didominasi oleh sabana.
Pada tahun 2022, wilayah ini dikunjungi oleh 318.919 orang yang meliputi 310.418 wisatawan nusantara dan 8.501 wisatawan mancanegara.
Selain merugikan hampir Rp5,2 M, 504 hektare, dan 5 tahun pemulihan, kejadian kebakaran juga melibatkan 5 orang saksi.
Nasib mereka kini diketahui.
Lima saksi kasus kebakaran Bukit Teletubbies blok Padang Savana, kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, kembali melaksanakan wajib lapor di Mapolres Probolinggo, Senin (18/9/2023).
Mereka datang didampingi kuasa hukumnya, Mustaji, sekitar pukul 10.00 WIB.
Setibanya di Polres Probolinggo, kelima saksi lantas memasuki ruang Tindak Pidana Tertentu (Tipidter).
Kuasa Hukum lima saksi dan satu tersangka, Mustaji mengatakan, kliennya datang ke Mapolres Probolinggo untuk memenuhi wajib lapor.
Dia memastikan, hari ini, kelima kliennya tidak sedang menjalani pemeriksaan.
"Hari ini agendanya bukan pemeriksaan kepada klien kami yang berstatus saksi. Klien kami datang memenuhi wajib lapor. Sementara sebelumnya, klien kami telah menjalani dua kali pemeriksaan," katanya.
Mustaji menyebut, dalam sepekan, kliennya harus melakukan wajib lapor dua kali, yakni pada Senin dan Kamis di Polres Probolinggo.
"Wajib lapor dilakukan Senin dan Kamis. Di sisi lain, berdasarkan informasi yang saya dapat, kasatreskrim dan tim sedang berada di Mapolda Jatim untuk proses gelar perkara kebakaran ini," paparnya.
Baca juga: Kawasan Wisata Gunung Bromo Kembali Dibuka dari 4 Pintu, Tak Ada Pembelian Tiket Offline
Kapolres Probolinggo, AKBP Wisnu Wardana membenarkan informasi yang diterima Mustaji.
Kasatreskrim Polres Probolinggo, AKP Achmad Doni Meidianto berada di Polda Jatim guna gelar perkara kasus kebakaran Bukit Teletubbies.
"Lebih lanjut hasil lainnya akan kami sampaikan, mohon waktu," ungkapnya.
Sementara identitas para saksi, calon pengantin pria, HP (38) warga Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya, dan calon pengantin wanita, PMP (26) warga Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat, Kota Palembang.
Baca juga: Sosok Calon Pengantin Foto Prewedding Pakai Flare di Bromo, Profesi Terkuak, Trauma Kini Minta Maaf
Kemudian, crew foto prewedding, MGG (38) warga Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya, dan ET (27) warga Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya.
Lalu, juru rias, AAV (34) warga Kelurahan Tandes, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya.
Dalam kasus kebakaran Bukit Teletubbies, Polres Probolinggo telah menetapkan Andrie Wibowo Eka Wardhana (AWEW) (41) asal Kelurahan Tompokersan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, sebagai tersangka.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com