TRIBUNJATIM.COM - Lembaga riset Indikator Politik Indonesia melakukan survei elektabilitas 19 nama bakal calon wakil presiden (cawapres) dengan simulasi semi-terbuka pada September 2023.
Hasilnya, Menteri BUMN sekaligus Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjadi cawapres pilihan utama warga Jawa Timur, dengan dukungan suara dari 17,2 persen responden.
Selanjutnya ada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang selisih tipis dengan Erick Thohir.
Khofifah berhasil mendulang 15,1 persen suara responden dari daerah yang dipimpinnya.
Kemudian Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menduduki urutan ketiga dengan elektabilitas 11,5 persen.
Di urutan berikutnya ada Ridwan Kamil dengan tingkat keterpilihan 9,2 persen, Sandiaga Uno 7,1 persen dan Gibran Rakabuming 5,5 persen.
Sementara cawapres pendamping Anies Baswedan, yakni Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, hanya meraih elektabilitas 4,9 persen di Jawa Timur.
"Meskipun Gus Muhaimin sudah ditetapkan sebagai cawapres oleh Nasdem, PKB, dan PKS. Tapi tidak serta-merta pemilih di Jawa Timur itu memilih Gus Muhaimin," tutur peneliti Indikator Burhanuddin Muhtadi pada hari Minggu (1/10/2023).
Selain itu, ada juga beberapa nama kandidat cawapres lain yang meraih elektabilitas kurang dari 5 persen, dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Hingga saat ini bakal capres yang sudah mendeklarasikan pasangan politiknya baru Anies Baswedan.
Sedangkan dua bakal capres lain, yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, masih belum mengumumkan nama pendampingnya untuk menghadapi Pemilu 2024.
Survei Indikator ini melibatkan 1.810 responden berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Sampel diambil secara acak menggunakan metode multistage random sampling.
Pengambilan data dilakukan pada 14-20 September 2023 melalui wawancara tatap muka.
Survei ini memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,4 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Profil dan Biodata Cak Imin
Lantas, siapakah sosok Cak Imin?
Mari simak profil dan biodata Cak Imin berikut dengan pendidikan dan perjalanan kariernya, yang dikutip berbagai sumber.
Cak Imin memiliki nama lengkap Abdul Muhaimin Iskandar, dia juga akrab dengan sapaan Gus Imin. Cak Imin lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 24 September 1966.
Ayahnya bernama Muhammad Iskandar yang merupakan guru di Pesantren Mamba'ul Ma'arif, sementara ibunya bernama Muhasonah Iskandar.
Tak lama, ayahnya kemudian menjadi pemimpin pesantren Mamba’ul Ma’arif.
Cak Imin memiliki beberapa saudara kandung yang bernama Muniroh, Abd. Halim Iskandar, Hasbiah, Abd. Alam dan Istiqomah.
Kakaknya Abdul Halim Iskandar kini menjabat sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT).
Cak Imin menikah dengan Rustini Murtadho dan dikaruniai tiga orang anak bernama Mega Safira, Rahma Arifa dan Egalita Az-Zahra.
Sejak kecil, Cak Imin dekat dengan pamannya Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur yang menjadi Presiden RI ke-4 pada tahun 1999.
Menurut Cak Imin, ia mengenal Gus Dur sebagai guru dan pedagang kacang, bahkan Gus Dur juga pernah mengajarinya bermain sepak bola.
Cak Imin aktif membagikan kegiatannya sebagai pimpinan DPR RI dan juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di akun Instagramnya @cakiminow yang memiliki 2,1 juta follower.
Pendidikan Cak Imin
Cak Imin mengenyam pendidikannya di SD Mamba’ul Maarif, Denanyar, Jombang pada 1979, kemudian melanjutkan pendidikan SMP ke Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Jombang dan lulus pada 1982.
Saat SMA, Cak Imin bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Yogyakarta dan lulus pada 1985.
Usai lulus SMA, Cak Imin berkuliah S1 di Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, kemudian melanjutkan S2 ke Magister Komunikasi Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada 1998, dan Cak Imin juga telah meraih gelar Doktor di Universitas Airlangga, Surabaya pada 2018 lalu.
Perjalanan Karier Cak Imin
Cak Imin telah aktif di berbagai organisasi pergerakan sejak duduk dibangku kuliah, Cak Imin bergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan terpilih menjadi Ketua Cabang PMII Yogyakarta pada 1994-1997.
Selain itu, Cak Imin juga aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Karier politik Cak Imin dimulai bersamaan dengan lahirnya Era Reformasi.
Pada tahun 1998, Cak Imin bersama tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama termasuk Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendirikan PKB dan ia ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen).
Pada Pemilu 1999, Cak Imin terpilih sebagai Anggota DPR RI dari PKB pada usia 32 tahun, Cak Imin juga menjadi Wakil Ketua DPR RI 1999-2004, dan termasuk kategori pimpinan termuda di DPR RI yang pernah ada saat itu.
Pada Pemilu 2004, Cak Imin terpilih kembali menjadi Anggota DPR RI dan kembali menjadi Wakil Ketua DPR RI 2004-2009.
Cak Imin terpilih sebagai Ketua Umum PKB hasil Muktamar Semarang 2005.
Cak Imin kemudian dilengserkan oleh Gus Dur yang menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB, lantaram Cak Imin dinilai kerap mendekati istana atau pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala itu, padahal PKB merupakan partai oposisi.
Akibatnya PKB terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu Gus Dur dan kubu Cak Imin.
Masing-masing kubu pun menggelar Muktamar Luar Biasa. Kubu Gus Dur menggelar Muktamar di Parung, Bogor pada 30 April sampai 1 Mei 2008.
Sementara Kubu Cak Imin menggelar muktamar di Hotel Mercure Ancol sehari kemudian, 2 Mei 2008.
Dalam muktamar tersebut, Cak Imin memutuskan dirinya kembali menjadi pemimpin PKB.
Cak Imin juga mendepak putri Gus Dur Yenny Wahid yang saat itu menjabat Sekretaris Jenderal PKB.
Bahkan, Gus Dur selaku pendiri dan Ketua Dewan Syuro PKB juga ikut dikeluarkan dan digantikan oleh KH Aziz Mansyur.
Kubu Gus Dur lantas menggugat kubu Cak Imin ke pengadilan sayangnya kalah.
Pada Pemilu 2009, Cak Imin kembali terpilih menjadi Anggota DPR RI, namun diminta Presiden SBY menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2009-2014.
Di pengujung jabatan menteri berakhir, pada tahun 2014 dan 2019, Cak Imin secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum PKB.
Karena Cak Imin dianggap berhasil menaikkan suara Pemilu PKB pada tahun 2014 dan juga Pemilu 2019 dengan menjadi parpol pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Cak Imin awalnya memutuskan bahwa PKB berkoalisi dengan Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto di Pemilu Presiden (PIlpres) 2024 mendatang dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Namun saat Partai Golkar dan PAN bergabung pada pekan lalu dan koalisi diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju, Cak Imin memutuskan untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) Koalisi Perubahan mendampingi calon presiden (capres) Anies Baswedan. Keputusan Cak Imin ini secara otomatis mengubah peta koalisi Pilpres 2024.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
---
Berita Jatim dan Berita Viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com